Upload
praktikum-tpsusu
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
1/16
Acara IV
ES KRIM
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh:
Nama: Donna Larissa Khuangga
NIM: 13.70.0171
Kelompok: B1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2016
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
2/16
1
1. TOPIK DAN TUJUAN
1.1. Topik
Praktikum Es Krim kloter B dilaksanakan pada Senin, 23 Mei 2016 di Laboratorium
Rekayasa Pangan, sedangkan pengamatan dilakukan pada Selasa, 24 Mei 2016. Asisten
praktikum yang bertanggung jawab dalam praktikum ini adalah Beatrix Restiani, serta
didampingi oleh Tjan, Ivana Chandra, Graytta Intannia, dan Rr. Panulu P.M. Pada
praktikum ini, dilakukan pembuatan 2 macam es krim, yaitu es krim tanpa custard
( American Ice Cream / Philadelphia Ice Cream ) dan es krim dengan custard ( French Ice
Cream ). Analisa yang dilakukan meliputi karakteristik fisik ( overrun ) dan karakteristik
organoleptiknya (flavor, rasa, tekstur).
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara membuat es krim
dengan bahan dasar yang berbeda (dengan custard dan tanpa custard ), serta untuk
mengetahui perbedaan kedua jenis es krim tersebut berdasarkan karakteristik fisik
(overrun ) dan karakteristik organoleptiknya (flavor, rasa, tekstur).
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
3/16
2
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan karakteristik es krim tanpa custard dan dengan custard dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakteristik Es Krim Tanpa Custard dan Dengan Custard
Kel. Formula Waktu Flavor Rasa Tekstur Overrun (%)
B1 Mix 1 Setelah penyimpanan 4-6 jam ++ Kuat, manis Kasar 76Setelah proses pemecahan kristal es ++ Kuat, manis Halus
B2 Mix 1 Setelah penyimpanan 4-6 jam ++ Tidak kuat, kurang manis Kasar 59,26Setelah proses pemecahan kristal es ++ Tidak kuat, kurang manis Halus
B3 Mix 2Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Halus 83,3Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis Halus
B4 Mix 2 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Tidak kuat, agak manis Halus 320Setelah proses pemecahan kristal es +++ Tidak kuat, agak manis Halus
B5 Mix 2Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Halus
200Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis HalusKeterangan:Rasa : meliputi rasa susu (kuat atau tidak) dan tingkat kemanisan (tidak manis, agak manis, manis, atau sangat manis)Tekstur : ukuran kristal es saat dirasakan (kasar atau halus)
Flavor Tidak creamy : +Agak creamy : ++
Creamy : +++Sangat creamy : ++++
Pada Tabel 1, dapat dilihat perbandingan antara es krim mix 1 (tanpa custard ) dengan es krim mix 2 (dengan custard ) dalam karakteristik
flavor, rasa, tekstur, dan overrun . Dari segi flavor, es krim mix 1 memiliki flavor agak creamy , sedangkan es krim mix 2 memiliki flavor
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
4/16
3
creamy . Dari segi rasa, es krim mix 1 memiliki rasa yang bervariasi, ada yang memiliki rasa susu yang kuat dan manis, ada yang memiliki
rasa susu yang tidak kuat dan kurang manis. Es krim mix 2 juga memiliki rasa yang bervariasi, ada yang memiliki rasa susu yang kuat dan
manis, ada yang memiliki rasa susu yang tidak terlalu kuat dan agak manis. Dari segi tekstur, es krim mix 1 memiliki tekstur yang kasar
setelah penyimpanan 4-6 jam dan berubah menjadi halus setelah proses pemecahan kristal es, sedangkan es krim mix 2 memiliki tekstur yang
halus baik setelah penyimpanan 4-6 jam maupun setelah proses pemecahan kristal es. Dari segi overrun , es krim mix 1 memiliki rata-rata
overrun yang lebih rendah dibandingkan es krim mix 2. Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa es krim mix 2 memiliki karakteristik yang
lebih baik dibandingkan es krim mix 1.
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
5/16
4
3. PEMBAHASAN
Es krim merupakan salah satu jenis makanan beku yang dibuat dari campuran produk
susu, gula, penstabil, pengemulsi, dan bahan-bahan lain yang telah dipasteurisasi dan
dihomogenisasi untuk memperoleh hasil yang seragam (Darma et al ., 2013). Es krim
dapat digolongkan sebagai bahan pangan yang memiliki kandungan protein tinggi karena
menggunakan susu dan telur yang mengandung protein tinggi sebagai bahan baku
pembuatannya. Adanya gula dalam es krim akan memberikan rasa manis dan menambah
kalori pada es krim (Astawan & Astawan, 1988). Bennion & Hughess (1975) mengatakan
bahwa proses pembuatan es krim umumnya terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi
pencampuran bahan, pasteurisasi, homogenisasi, penguatan adonan, dan pembekuan.
Pada dasarnya, menurut Padaga & Sawitri (2005), prinsip pembuatan es krim adalah
dengan membentuk rongga udara pada adonan es krim sehingga terjadi pengembangan
volume yang membuat es krim menjadi lebih ringan, tidak terlalu padat, dan bertekstur
lembut. Es krim yang baik umumnya mengandung lemak minimal 10%, gula minimal
12%, penstabil 0-0,4%, pengemulsi 0-0,25%, dan air minimal 55%.
Pada praktikum ini, ada 2 macam es krim yang dibuat, yaitu tanpa custard ( American IceCream / Philadelphia Ice Cream ) dan dengan custard ( French Ice Cream ). Bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat es krim mix 1 adalah 284 ml susu full cream , 284 ml
whipping cream cair, 100 g icing sugar , 3 tetes essens vanilla, dan es batu, sedangkan
bahan-bahan yang digunakan untuk membuat es krim mix 2 adalah 368 g whipping cream
cair, 200 ml susu full cream , 3 butir kuning telur, 100 g gula castor , 3 tetes essens vanilla,
dan es batu. Dalam pembuatannya, kedua macam es krim ini sama-sama menggunakan
bahan baku susu full cream dan whipping cream cair. Namun, pada es krim mix 1 tidakditambahkan kuning telur, sedangkan pada es krim mix 2 ditambahkan kuning telur.
Menurut Gaman & Sherrington (1994), cream merupakan suatu emulsi lemak dan air
yang diperoleh dengan pemisahan susu melalui proses sentrifugasi. Cream memiliki
tekstur yang lembut, berbusa, dan berwarna putih. Bennion & Hughes (1975)
menambahkan bahwa cream dapat meningkatkan penggumpalan partikel lemak,
viskositas, dan sifat pengembangan. Sementara susu full cream berwarna putih, sedikit
berbusa dengan tekstur yang lembut. Susu full cream dan whipping cream mengandung
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
6/16
5
lemak susu sehingga berfungsi untuk memberikan rasa yang khas dan tekstur yang
kompak serta lembut. Semakin tinggi kandungan lemak, maka es krim yang dihasilkan
akan memiliki tekstur yang lebih baik dan tidak mudah meleleh. Namun, kandungan
lemak yang terlalu banyak juga dapat mengakibatkan es krim menjadi keras. Selain itu,
jumlah lemak juga akan mempengaruhi viskositas adonan dan masukan udara. Potter &
Hotchkiss (1996) juga menambahkan bahwa lemak susu juga berperan dalam
memberikan flavor dan tekstur pada produk, serta merupakan sumber kalori yang akan
menopang volume es krim. Komposisi es krim akan mempengaruhi viskositas, stabilitas,
dan sifat produk akhir. Dengan komposisi bahan yang tepat, maka dapat dihasilkan
produk es krim yang tidak mudah meleleh (Desrosier & Desrosier, 1978).
Penggunaan gula dalam pembuatan es krim berfungsi sebagai pemberi rasa manis dan
dapat menurunkan titik beku (Potter & Hotchkiss, 1996). Selain itu, gula juga dapat
menurunkan kekerasan dan meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan
cream (Bennion & Hughes, 1975). Pada praktikum ini, digunakan 2 jenis gula yang
berbeda, yaitu icing sugar (es krim mix 1) dan gula castor (es krim mix 2). Menurut Suter
(1996), icing sugar merupakan gula yang mengalami proses penghalusan sehingga
berbentuk bubuk. Icing sugar biasanya mengandung pati jagung sehingga rasa manisyang dihasilkan tidak terlalu manis seperti gula pada umumnya. Sedangkan gula castor
memiliki warna putih bersih dan ukuran yang lebih halus daripada gula pasir. Gula ini
memiliki sifat mudah larut sehingga produk memiliki rasa yang lebih manis. Penggunaan
gula castor dimaksudkan untuk memudahkan atau mempercepat proses pengocokan telur.
Pada praktikum ini, penggunaan kedua jenis gula ini dimaksudkan untuk mendapatkan
tekstur yang halus dan tidak berpasir pada produk akhir. Penggunaan gula juga tidak
boleh berlebihan karena dapat menyebabkan turunnya titik beku yang semakin besar,menghambat pembekuan, dan juga menurunkan pengembangan (Temiz & Yesilsu, 2010).
Penggunaan emulsifier dalam pembuatan es krim bertujuan untuk membantu
terdispersinya globula lemak, mencegah penggumpalan globula lemak selama
pencampuran dan pembekuan, serta meningkatkan pengembangan ( overrun ) (Potter,
1978). Arbuckle (1986) dalam Soad et al ., (2014) menambahkan bahwa emulsifier juga
berfungsi untuk mengurangi waktu pengocokan, meningkatkan kehalusan tekstur, serta
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
7/16
6
agar es krim tidak mudah meleleh dan menyusut. Salah satu emulsifier yang sering
digunakan dalam pembuatan es krim adalah kuning telur (Potter & Hotchkiss, 1996).
Kuning telur berperan sebagai emulsifier dan memiliki kemampuan membentuk buih
yang tinggi (Stadelman & Schmieder, 2002 dalam Alfaifi & Stathopoulos, 2010). Buckle
et al ., (1987) menambahkan bahwa selain berperan sebagai emulsifier , kuning telur juga
berperan sebagai stabilizer . Stabilizer dapat mencegah lelehnya es krim yang biasanya
terjadi selama beberapa waktu setelah keluar dari freezer . Selain itu, menurut Potter &
Hotchkiss (1996), stabilizer akan berikatan dengan air dan mencegah pembentukan kristal
es yang besar selama proses pembekuan.
Pembuatan es krim mix 1 diawali dengan mencampurkan semua bahan ke dalam wadah.
Kemudian diratakan dan dihitung volume sebelum pengocokan dengan rumus (p x l x t).
Setelah itu, adonan dikocok menggunakan mixer kecepatan tinggi dalam wadah di atas es
batu hingga tercampur rata, lembut, dan mengembang. Pengocokan dilakukan di atas es
dengan tujuan untuk menciptakan suhu yang rendah. Menurut Bennion & Hughes (1975),
suhu yang rendah dapat meningkatkan viskositas sehingga meningkatkan sifat
pengocokan whipping cream tersebut. Pengocokan dilakukan menggunakan mixer
kecepatan tinggi dengan tujuan untuk memperoleh kristal es yang baik pada produk akhirkarena kecepatan rendah dapat memungkinkan terbentuknya kristal es selama proses
pembekuan yang lama-kelamaan membesar. Karakteristik kaku yang terbentuk selama
pengocokan disebabkan oleh udara yang tergabung dan membentuk busa sehingga
partikel lemak akan menggumpal. Setelah dilakukan pengocokan, volume kembali
dihitung untuk menghitung overrun dari es krim.
Pembuatan es krim mix 2 diawali dengan mengocok whipping cream dalam wadah di atases batu hingga mengembang (adonan 1). Pengocokan tidak boleh dilakukan terlalu lama
agar tidak menjadi butter . Menurut Buckle et al ., (1987) untuk mendapatkan hasil
pengadukan yang terbaik, baik cawan ( bowl ) maupun krim yang akan diaduk harus berada
pada suhu di bawah 10ºC dan pengadukan dilakukan sedikit demi sedikit karena pada
temperatur di bawah 10ºC, agitasi dan viskositas dari krim meningkat. Selanjutnya,
adonan 1 ditutup dengan cling wrap dan disimpan dalam chiller selama satu jam. Di
wadah lain, gula castor , kuning telur, dan essens vanilla dicampur lalu dikocok hingga
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
8/16
7
mengembang dan warnanya menjadi agak keputihan. Setelah itu, susu full cream
dipanaskan hingga mendidih kemudian dicampur dengan adonan telur sambil diaduk
secara perlahan-lahan dengan api yang kecil agar tekstur tidak rusak. Custard yang
terbentuk selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah dan dihitung volume sebelum
pengocokan (p x l x t). Setelah suhu custard turun, custard dimasukkan dalam chiller
selama satu jam. Adonan custard ini dianggap sebagai adonan 2. Setelah itu, adonan 1
dan adonan 2 dicampur lalu diaduk hingga bercampur rata, lembut, dan mengembang.
Kemudian volume kembali dihitung untuk menghitung overrun dari es krim.
Pemanasan susu full cream pada es krim mix 2 yang dilakukan hingga mendidih dapat
memicu reaksi antara laktosa dan protein. Menurut Adnan (1984), gugus reduksi dari
laktosa akan bereaksi dengan gugus amino bebas dari kasein (96% terdapat pada asam
amino lisin) dan terbentuk zat yang tidak berwarna. Kemudian terjadi perubahan laktosa
yang mengalami dekomposisi membentuk suatu senyawa kompleks yang berwarna
coklat. Bennion & Hughes (1975) menjelaskan bahwa pemanasan susu akan mengubah
protein susu, membentuk lapisan lemak pada susu, dan mengakibatkan pecahnya lapisan
protein di sekitar globula lemak. Hal ini mengakibatkan globula lemak menjadi keras dan
menyatu. Oleh karena itu, perlu ditambahkan emulsifier pada adonan yang akanmembantu terdispersinya globula lemak dan mencegah penggumpalan globula lemak
(Potter, 1978). Penggunaan kuning telur (sebagai emulsifier ) pada praktikum ini sudah
tepat.
Selanjutnya, adonan es krim mix 1 dan mix 2 disimpan dalam freezer selama 24 jam. Hal
ini dimaksudkan agar pendinginan berlangsung dengan cepat karena freezing dilakukan
pada suhu yang sangat rendah, yaitu kurang dari -18ºC (Jay, 2000). Selain itu, Potter(1978) menambahkan bahwa pendinginan cepat perlu dilakukan agar terbentuk kristal es
berukuran kecil. Sebaliknya, pendinginan lambat akan mengakibatkan terbentuknya
kristal es yang berukuran besar. Selama pendinginan, terjadi perubahan-perubahan dalam
adonan es krim, antara lain globula lemak akan berbenturan akibat pergolakan mekanik
yang terjadi secara cepat sehingga akan terjadi perubahan fase dari cair menjadi padat.
Daya kristal es globula lemak, rongga-rongga untuk mengisi bahan, dan titik beku akan
menjadi kecil. Selain itu, terjadi pengembangan kristal-kristal es yang akan meningkatkan
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
9/16
8
kestabilan lemak, sedangkan senyawa-senyawa yang larut dalam fase tidak beku akan
terkonsentrasi dan menyebabkan adanya pergantian keseimbangan mineral-mineral
garam, penyerapan protein di sekitar globula lemak, serta berubahnya sifat-sifat membran
menjadi rapuh dan cenderung pecah. Penyerapan protein akan menyebabkan kompleks
emulsifier protein terganggu, viskositas permukaan di samping globula bertambah
hidrofobik, serta berkurangnya aktivitas emulsifier dan stabilitasnya. Namun, pembekuan
cepat dapat mencegah terjadinya hal-hal tersebut. Pendinginan dilakukan pada suhu
serendah mungkin untuk meningkatkan volume es krim hingga 100-120% karena
terjadinya penyatuan gelembung udara yang halus dalam proses pembuihan (Buckle,
1985). Setelah penyimpanan selama 24 jam, es krim diambil dari freezer dan dikocok
kembali menggunakan mixer . Pengocokan ini dimaksudkan untuk memecah kristal es
agar tekstur es krim menjadi lembut. Selanjutnya, es krim dianalisa secara sensori.
Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan es krim yang dihasilkan
memiliki flavor creamy . Flavor creamy dapat terbentuk karena adanya kandungan lemak
susu yang berperan dalam memberikan flavor creamy (Potter & Hotchkiss, 1996).
Namun, es krim mix 2 memiliki flavor yang lebih creamy dibandingkan es krim mix 1.
Hal ini dapat terjadi karena menurut Potter (1978), penambahan kuning telur pada es krimmix 2 berfungsi untuk membantu penyebaran globula lemak dan mencegah
penggumpalan globula lemak selama pencampuran dan pengadukan. Oleh karena itu,
flavor creamy yang dihasilkan lebih merata penyebarannya dan lebih terasa ketika
dikonsumsi.
Dari segi rasa, dapat dilihat bahwa es krim mix 1 memiliki rasa yang bervariasi, ada yang
memiliki rasa susu yang kuat dan manis, ada yang memiliki rasa susu yang tidak kuat dankurang manis. Es krim mix 2 juga memiliki rasa yang bervariasi, ada yang memiliki rasa
susu yang kuat dan manis, ada yang memiliki rasa susu yang tidak terlalu kuat dan agak
manis. Menurut Herchdoerfer (1986), aroma dan rasa es krim tergantung dari jenis serta
seberapa kuat rasa dari flavor yang ditambahkan pada adonan. Sementara rasa manis
dikarenakan adanya penambahan gula. Pada praktikum ini, digunakan 2 jenis gula yang
berbeda, yaitu icing sugar (es krim mix 1) dan gula castor (es krim mix 2). Menurut Suter
(1996), icing sugar biasanya mengandung pati jagung sehingga rasa manis yang
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
10/16
9
dihasilkan tidak terlalu manis seperti gula pada umumnya. Sedangkan gula castor
memiliki sifat mudah larut sehingga produk memiliki rasa yang lebih manis. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan gula castor akan menghasilkan rasa es
krim yang lebih manis. Hasil pengamatan yang diperoleh sudah sesuai dengan teori
karena secara keseluruhan, es krim mix 2 memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan
es krim mix 1.
Dari segi tekstur, dapat dilihat bahwa sebelum pengocokan, es krim mix 1 memiliki
tekstur yang lebih kasar dibandingkan es krim mix 2. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Bennion & Hughes (1975) bahwa penambahan kuning telur pada es
krim mix 2 dapat meningkatkan viskositas dan membantu proses penggabungan udara ke
dalam adonan es krim sehingga tekstur es krim yang dihasilkan lebih halus. Potter (1978)
juga menambahkan bahwa kuning telur berfungsi untuk melembutkan tekstur dengan cara
mendispersi globula lemak sehingga penggumpalan globula lemak selama pencampuran
dan pembekuan dapat dicegah. Namun, tekstur es krim mix 1 berubah menjadi halus
setelah proses pemecahan kristal es. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bennion & Hughes
(1975) bahwa pengocokan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kristal es sekecil
mungkin sehingga dihasilkan produk akhir yang merata dan lembut.
Selain diamati karakteristik sensorinya, juga dilakukan perhitungan overrun pada es krim.
Overrun menunjukkan banyak atau sedikitnya udara yang terperangkap di dalam es krim
(Handayani, 2014). Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa es krim mix 1 memiliki
rata-rata overrun yang lebih rendah dibandingkan es krim mix 2. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Potter & Hotchkiss (1996) bahwa penambahan kuning telur (sebagai
emulsifier ) pada es krim mix 2 dapat meningkatkan pembentukan busa untukmendapatkan overrun yang diinginkan. Selain itu, telur dapat menangkap udara dengan
baik dengan cara membentuk buih. Pengocokan telur akan menyebabkan telur menjadi
kaku dan bagian-bagian gelembung udara bertambah sehingga nilai overrun meningkat.
Semakin besar overrun yang dihasilkan, maka semakin baik kualitas es krim tersebut.
Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa es krim mix 2 yang dihasilkan oleh
kelompok B4 memiliki kualitas yang paling baik. Carke (2004) dalam Handayani (2014)
menyatakan bahwa besarnya overrun dipengaruhi oleh proses homogenisasi. Potter &
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
11/16
10
Hotchkiss (1996) juga menambahkan bahwa besarnya overrun pada es krim sangat
dipengaruhi oleh proses yang terjadi selama mixing . Peningkatan volume pada es krim
terjadi karena pengocokan, dimana udara menjadi tercampur selama proses pembekuan.
Nilai overrun es krim yang baik, yaitu berkisar antara 70-100% dan minimal memiliki
overrun sebesar 40%. Jika dibandingkan dengan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa
pada kelompok B4 dan B5 dihasilkan es krim dengan overrun lebih dari 100% bahkan
mencapai 320% dan 200%, sementara pada kelompok B2 dihasilkan es krim dengan
overrun hanya sebesar 59,26%, jauh berbeda dengan yang lain. Hal ini dapat terjadi
karena besarnya overrun pada es krim dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti bahan
pengemulsi, penggunaan cream , dan gula. Selain itu, besarnya overrun pada es krim juga
dipengaruhi oleh proses pendinginan. Proses pendinginan perlu dilakukan agar dihasilkan
es krim dengan tekstur yang baik dan overrun yang tinggi (Bennion & Hughes, 1975).
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
12/16
11
4. KESIMPULAN
Proses pembuatan es krim terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pencampuran bahan,
pasteurisasi, homogenisasi, penguatan adonan, dan pembekuan.
Pengocokan bertujuan untuk memecah kristal es agar tekstur es krim menjadi lembut. Komposisi es krim akan mempengaruhi viskositas, stabilitas, dan sifat produk akhir. Perbedaan antara es krim tanpa custard dan es krim dengan custard terletak pada
penambahan kuning telur dan jenis gula yang digunakan.
Penggunaan gula dalam pembuatan es krim berfungsi sebagai pemberi rasa manis dan
dapat menurunkan titik beku.
Penggunaan emulsifier dalam pembuatan es krim akan membantu terdispersinya
globula lemak, mencegah penggumpalan globula lemak selama pencampuran dan
pembekuan, serta meningkatkan pengembangan ( overrun ).
Emulsifier yang sering digunakan dalam pembuatan es krim adalah kuning telur. Es krim dengan custard memiliki flavor yang lebih creamy , tekstur yang lebih halus,
rasa yang lebih kuat, overrun yang lebih tinggi dibandingkan es krim tanpa custard .
Flavor creamy dapat terbentuk karena adanya kandungan lemak susu dalam es krim.
Penggunaan gula castor pada es krim dengan custard akan menghasilkan rasa es krim
yang lebih manis.
Semakin besar overrun yang dihasilkan, maka semakin baik kualitas es krim tersebut.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap overrun es krim yaitu bahan pengemulsi,
penggunaan cream , gula, dan proses pendinginan.
Semarang, 1 Juni 2016Praktikan Asisten Dosen
- Beatrix Restiani
Donna Larissa Khuangga
13.70.0171
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
13/16
12
5. DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. (1984). Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset. Yogyakarta.
Alfaifi, M.S. & Stathopoulos, C.E. (2010). Effect of Egg Yolk Substition By Sweet WheyProtein Concentrate (WPC), on Physical Properties of Gelato Ice Cream.International Food Research Journal; 17:787-793.
Astawan, M. & Astawan, M.W. (1988). Teknologi Pengolahan Pangan Hewani TepatGuna. CV Akademika Pressindo. Jakarta.
Bennion, M & Hughes, O. (1975). Introductory Foods. Macmillan Publishing Co., Inc.
New York.
Buckle, K.A.; Edwards, R.A.; Fleet, G.H. & Wooton, M. (1987). Food Science. UI Press.Jakarta.
Buckle, K.A. (1985). Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.
Darma, G.S.; Puspitasari, D. & Noerhartati, E. (2013). Pembuatan Es Krim jagung ManisKajian Jenis Zat Penstabil, Konsentrasi Non Dairy Cream Serta Aspek KelayakanFinansial. REKA Agroindustri; 1(1):45-55.
Desrosier, N.W. & Desrosier, J.N. (1978). The Technology of Food Preservation. AVIPublishing Company, Inc. Wesport.
Gaman, P.B. & Sherrington, K.B. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi,dan Mikrobiologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Handayani, N.; Sulistyowati, M. & Sumarmono, J. (2014). Overrun, Waktu Leleh danKesukaan Es Krim Yogurt Susu Sapi dengan Persentase Gula yang Berbeda.Jurnal Ilmiah Peternakan; 2(1):1-7.
Herchdoerfer, S.M. (1986). Quality Control In The Food Industry Volume 3. AcademicPress. Toronto.
Jay, J. M. (2000). Modern Food Microbiology 3 rd Edition. Van Nostrand ReinholdCompany, Inc. New York.
Padaga, M. & Sawitri, M.E. (2005). Membuat Es Krim yang Sehat. Trubus Agrisarana.
Surabaya.
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
14/16
13
Potter, N. (1978). Food Science 3 rd Edition. CBS Publishers & Distributors. New Delhi.
Potter, N.N. & Hotchkiss, J.H. (1996). Food Science 5th
Edition. CBS Publishers &Distributors. New Delhi.
Soad, H.T.; Mehriz, A.M. & Hanafy, M.A. (2014). Quality Characteristics of Ice MilkPrepared with Combined Stabilizers and Emulsifiers Blends. International FoodResearch Journal; 21(4):1609-1613.
Sulistyowati, M. (2000). Penggunaan Berbagai Macam Lemak Dalam Pembuatan Icecream dengan Susu Segar dan Susu Kental. Jakarta.
Suter, I.K. (1996). Perubahan Gula dan Asam Organik Pengantar Teknologi Pangan. PT.Gramedia. Jakarta.
Temiz, H. & Yesilsu, A.F. (2010). Effect of Pekmez Addition on the Physical, Chemical,and Sensory Properties of Ice Cream. Czech J. Food Sci.; 28(6):538-546.
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
15/16
14
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus:
Volume = p × l × t
=(volume setelah pengocokan − volume sebelum pengocokan)
volume sebelum pengocokan × 100%
Kelompok B1
Volume sebelum pengocokan = 24,5 × 11,5 × 2,5 = 704,375 cm
Volume setelah pengocokan = 24,5 × 11,5 × 4,4 = 1239,7 cm
=(1239,7 − 704,375)
704,375 × 100% = 76%
Kelompok B2
Volume sebelum pengocokan = 24 × 17 × 2,7 = 1101,6 cm
Volume setelah pengocokan = 24 × 17 × 4,3 = 1754,4 cm
=(1754,4 − 1101,6)
1101,6 × 100% = 59,26%
Kelompok B3
Volume sebelum pengocokan = 25,5 × 11,5 × 3 = 879,75 cm
Volume setelah pengocokan = 25,5 × 11,5 × 5,5 = 1612,875 cm
=(1612,875 − 879,75)
879,75 × 100% = 83,33%
Kelompok B4
Volume sebelum pengocokan = 17 × 12 × 1 = 204 cm
Volume setelah pengocokan = 17 × 12 × 4,2 = 856,8 cm
=(856,8 − 204)
204 × 100% = 320%
8/16/2019 ES KRIM_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
16/16