BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    1/21

    Acara V

    BUTTER & BUTTERM I LK  

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

    Disusun oleh:

     Nama: Donna Larissa Khuangga

     NIM: 13.70.0171

    Kelompok: B1

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2016 

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    2/21

     

    1

    1.  TOPIK DAN TUJUAN

    1.1.  Topik

    Praktikum  Butter   dan  Buttermilk   kloter B dilaksanakan pada Selasa, 24 Mei 2016 di

    Laboratorium Rekayasa Pangan. Asisten praktikum yang bertanggung jawab dalam

     praktikum ini adalah Graytta Intannia, serta didampingi oleh Tjan, Ivana Chandra dan

    Beatrix Restiani. Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan butter dengan cara mengocok

    whipping cream hingga lemak dan buttermilk terpisah. Butter yang terbentuk kemudian

    diamati karakteristik sensori (warna, rasa, aroma, tekstur) dan fisiknya (penampakan,

    rendemen) baik sebelum maupun setelah disimpan dalam kulkas.  Buttermilk yang

    dihasilkan sebagai produk samping dari proses pembuatan butter   juga diamati baik

    karakteristik sensori maupun fisiknya.

    1.2.  Tujuan

    Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara membuat unsalted

    butter  yang tidak difermentasi dan memahami prinsip pembuatannya.

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    3/21

     

    2

    2. 

    HASIL PENGAMATAN

    Hasil pengamatan karakteristik butter dan buttermilk  dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Karakteristik Butter  dan Buttermilk  

    Kel ProdukSensori Fisik

    Warna Rasa Aroma Tekstur Penampakan Rendemen (%)

    B1

     Butter

    ++ +++ + +++ Ada body, gampang dioles, creamy  26,14

     Butter setelah disimpan di kulkas

    ++ +++ + + Ada body, susah dioles, tidak creamy 

     Buttermilk

    + ++++ + +++ Creamy 65,33

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    4/21

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    5/21

    4

     Butter setelah disimpan di kulkas

    ++ +++ + + Ada body, susah dioles, tidak creamy 

     Buttermilk  

    + ++++ + +++ Creamy  63,33

    B4 Butter  

    +++ ++++ +++ ++++Tidak ada body, sangat mudah dioles,

    sangat creamy34,71

     Butter setelah disimpan di kulkas

    +++ ++++ +++ +++ Ada body, mudah dioles, creamy

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    6/21

    5

     Buttermilk  

    ++ + ++ +++ Sangat creamy 52,67

    B5

     Butter  

    +++ ++++ +++ ++++ Tidak ada body¸sangat mudah dioles,sangat creamy

    42,26

     Butter setelah disimpan di kulkas

    +++ ++++ +++ +++ Ada body, mudah dioles, creamy 

     Buttermilk  

    ++ + ++ +++ Sangat creamy  56,67

    Keterangan :

    Warna Rasa Penampakan

    + : putih + : tidak enak  punya body atau tidak

    ++ : agak kuning ++ : agak enak  mudah dioles atau tidak

    +++ : kuning +++ : enak  creamy atau tidak++++ : sangat kuning ++++ : sangat enak

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    7/21

    6

    +++++ : coklat

    Aroma Tekstur+ : tidak kuat + : kasar/keras

    ++ : agak kuat ++ : agak kasar/agak keras+++ : kuat +++ : lembut

    ++++ : sangat kuat ++++ : sangat lembut

    Pada Tabel 1, dapat dilihat karakteristik sensori dan fisik dari butter sebelum dan disimpan dalam kulkas serta buttermilk . Dari segi

    karakteristik sensori, pada kelompok B1, B2, dan B3 dihasilkan butter yang memiliki warna agak kuning, rasa enak, aroma yang tidak kuat,

    serta tekstur yang lembut. Pada kelompok B4 dan B5 dihasilkan butter yang memiliki warna kuning, rasa sangat enak, aroma yang kuat, serta

    tekstur yang sangat lembut. Dari segi penampakan fisik, pada kelompok B1, B2, dan B3 dihasilkan butter yang memiliki body, mudah dioles,

    dan creamy. Pada kelompok B4 dan B5 dihasilkan butter yang tidak memiliki body, sangat mudah dioles, dan sangat creamy. Rendemen

    butter yang dihasilkan kelompok B1, B2, dan B3 cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok B4 dan B5. Perbedaan antara butter

    sebelum dan setelah disimpan dalam kulkas terdapat pada tekstur dan penampakan fisik. Dari segi tekstur, butter  setelah disimpan dalam

    kulkas memiliki tekstur yang cenderung lebih keras. Dari segi penampakan fisik, pada kelompok B1, B2, dan B3 butter setelah disimpan

    dalam kulkas memiliki body, sulit dioles, dan tidak creamy. Pada kelompok B4 dan B5 butter setelah disimpan dalam kulkas memiliki body,

    mudah dioles, dan creamy. Sedangkan untuk buttermilk , pada kelompok B1, B2, dan B3 dihasilkan buttermilk  yang memiliki warna putih,

    rasa sangat enak (sangat manis), aroma yang tidak kuat, tekstur yang lembut, serta penampakan yang creamy. Pada kelompok B4 dan B5

    dihasilkan buttermilk yang memiliki warna agak kuning, rasa tidak enak (hambar), aroma yang agak kuat, tekstur yang lembut, serta

     penampakan yang sangat creamy. Rendemen buttermilk yang dihasilkan kelompok B1, B2, dan B3 cenderung lebih tinggi dibandingkan

    kelompok B4 dan B5.

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    8/21

     

    7

    3.  PEMBAHASAN

     Butter merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara pengocokan atau churning

    hingga bagian lemaknya terpisah (Walstra et al ., 2006). Ucuncu (2010) dalam Demirkol

    (2016) menambahkan bahwa butter  merupakan emulsi air dalam lemak yang terdiri dari

    80-90% lemak susu, 10-20% air, 0,5-0,8% laktosa dan asam laktat, 0,6-0,7% protein susu,

    serta 0,14% mineral. Hal ini juga didukung oleh Gunstone (2002) yang mengemukakan

     bahwa butter   mengandung lemak sekitar 80-82% dan fase air sekitar 18-20%. Saleh

    (2004) dan Buckle et al ., (1987) menambahkan bahwa butter  juga mengandung vitamin

    A yang berasal dari β-karoten. Menurut Kosikowski (1977), berdasarkan kadar garamnya,

    butter dapat dibedakan menjadi 2, yaitu unsalted butter dan salted butter . Unsalted butter

    dan salted butter  masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu  sweet cream tanpa penambahan

    kultur dan ripened cream dengan penambahan kultur bakteri asam laktat. Kultur bakteri

    yang biasanya ditambahkan, antara lain Streptococcus lactis,  Streptococcus cremoris, 

    Streptococcus diacetilactis, dan Leuconostoc. Jenis butter yang dibuat pada praktikum ini

    adalah unsalted butter  yang tidak difermentasi karena tidak dilakukan penambahan garam

    maupun kultur starter.

    Pada praktikum ini, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan butter  adalah whipping

    cream cair dengan brand yang berbeda. Pada kelompok B1, B2, dan B3 digunakan brand

    “Roselle Supreme”, sedangkan pada kelompok B4 dan B5 digunakan brand “Elle &

    Vire”. Penggunaan whipping cream cair ini sesuai dengan pernyataan Gunstone (2002)

     bahwa butter dapat dibuat dari cream. Gaman & Sherrington (1994) menambahkan

     bahwa cream merupakan emulsi lemak dalam air (o/w) yang dipisahkan dari susu melalui

     proses sentrifugasi. Cream mengandung semua jenis lemak susu dan sebagian laktosa, protein susu (kasein), vitamin A, dan vitamin D. Cream memiliki tekstur yang lembut,

     berbusa, dan berwarna putih. Sebelum digunakan dalam pembuatan butter , cream harus

    dipasteurisasi terlebih dahulu dengan suhu yang lebih tinggi dibandingkan pasteurisasi

    susu. Hal ini dikarenakan tingginya kandungan lemak pada cream  akan melindungi

     bakteri dari pasteurisasi. Whipping cream cair yang digunakan pada praktikum ini

    merupakan cream komersial dari skala industri sehingga tahap pasteurisasi tidak perlu

    dilakukan lagi. Menurut Bruhn & Bruhn (1988), whipping cream  yang telah melalui

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    9/21

    8

     proses UHT (Ultra High Temperature) atau pasteurisasi akan memiliki kestabilan yang

    tinggi, rasa yang enak, dan umur simpan yang lebih panjang, serta dapat membentuk

    kekakuan produk yang diinginkan apabila ditambahkan ke dalam suatu produk.

    Pembuatan butter diawali dengan menyiapkan whipping cream  cair sebanyak 300 ml

    dalam gelas ukur yang telah diketahui beratnya, lalu berat whipping cream tersebut

    ditimbang. Setelah itu, whipping cream dikocok menggunakan mixer  berkecepatan tinggi

    hingga lemak dan cairan terpisah. Pengocokan dilakukan untuk memisahkan fase lemak

    dan fase air. Fase lemak yang terbentuk akan menjadi padatan yang disebut butter , 

    sedangkan fase air yang terbentuk akan menjadi cairan yang disebut buttermilk (Winarno,

    1993). Saleh (2004) menyatakan bahwa selama proses pengocokan, terjadi pemecahan

    globula lemak dan selanjutnya globula lemak akan terkoagulasi sehingga terbentuk

     butiran butter . Selanjutnya, mixer  dimatikan dan didiamkan hingga semua lemak naik ke

    atas. Setelah itu, dilakukan pemisahan lemak dari buttermilk   dengan cara menyaring

    menggunakan kain saring. Menurut Susilorini & Sawitri (2006), proses pemisahan ini

    disebut fase working dimana droplet air kecil dipecah sehingga dihasilkan droplet dengan

    ukuran yang lebih stabil. Butter  harus memiliki permukaan yang kering, maka butter  yang

    dihasilkan ditekan-tekan agar buttermilk   yang masih ada dapat dipisahkan. Setelah

    seluruh buttermilk terpisah, buttermilk diukur volumenya. Berat butter  juga ditimbang.

    Selanjutnya, butter dan buttermilk diamati karakteristik sensori (warna, rasa, aroma, dan

    tekstur) dan fisiknya (penampakan, rendemen).  Butter  ditutup dengan cling wrap dan

    disimpan dalam kulkas selama 1 jam, lalu diamati kembali karakteristik sensori dan

     penampakannya.

    Pembuatan butter  pada praktikum ini dilakukan dengan metode churning secarakonvensional. Menurut Bruhn & Bruhn (1988), prinsip dari metode churning ini adalah

    dilakukan pengocokan dan selama pengocokan, globula lemak akan mengikat gelembung

    udara. Gelembung tersebut akan pecah dan bergabung menjadi satu membentuk

    gerombolan (coalescence). Apabila pengocokan terus dilakukan, maka gelembung udara

    akan mengecil dan semakin banyak. Buih yang terbentuk akan meningkatkan volume dan

    kekakuannya. Semakin lama pengocokan dilakukan, maka gerombolan lemak yang

    terbentuk akan membesar dan pecah yang selanjutnya mengelilingi gelembung udara.

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    10/21

    9

    Oleh karena itu, gelembung-gelembung udara akan kembali bergabung sehingga overrun 

     berkurang dan diperoleh hasil akhir pengocokan tersebut. Rønholt et al ., (2014)

    menambahkan bahwa selama churning , terjadi inversi fase dari emulsi minyak dalam air

    (o/w) menjadi emulsi air dalam minyak (w/o).

    Dari segi warna, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3 butter sebelum dan

    setelah disimpan dalam kulkas memiliki warna agak kuning, sedangkan pada kelompok

    B4 dan B5 butter sebelum dan setelah disimpan dalam kulkas memiliki warna kuning.

    Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Saleh (2004) dan Buckle et al ., (1987) bahwa

    butter  memiliki warna yang bervariasi dari kuning gelap hingga hampir putih. Warna

    kuning pada butter   disebabkan oleh β-karoten yang terdapat dalam cream. Perbedaan

    warna butter   antar kelompok dapat terjadi karena perbedaan bahan baku cream  yang

    digunakan, yaitu dari segi komposisi maupun brand  dari cream. Cream dengan brand

    “Roselle Supreme” yang digunakan oleh kelompok B1, B2, dan B3 kemungkinan

    mengandung β-karoten yang lebih rendah dibandingkan cream dengan brand  “Elle &

    Vire” yang digunakan oleh kelompok B4 dan B5 sehingga warna butter  yang dihasilkan

    lebih pucat. Hal didukung oleh pernyataan Lee & Jackson (1980) bahwa warna butter  

    tergantung pada keberadaan pigmen terlarut dan kandungan karotenoid. Waghorn &

    Knight (1992) menambahkan bahwa pakan ternak mempengaruhi kandungan karoten

     pada susu yang dihasilkan, yang nantinya juga mempengaruhi warna butter yang

    terbentuk. Oleh karena itu, warna butter   yang dihasilkan pada setiap brand cream

     berbeda. Seharusnya, warna butter  setelah disimpan dalam kulkas selama waktu tertentu

    menjadi lebih memudar dan terang (Krause et al ., 2008), namun dari hasil pengamatan,

    dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan antara warna butter sebelum dan setelah

    disimpan dalam kulkas. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena penyimpanan butteryang hanya dilakukan selama 1 jam sehingga tidak terjadi perubahan warna yang

    signifikan pada butter .

    Dari segi rasa, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3 butter sebelum dan

    setelah disimpan dalam kulkas memiliki rasa enak, sedangkan pada kelompok B4 dan B5

    butter sebelum dan setelah disimpan dalam kulkas memiliki rasa sangat enak. Perbedaan

    ini dapat terjadi karena perbedaan komposisi dari brand  cream yang digunakan sebagai

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    11/21

    10

     bahan baku pembuatan butter . Menurut Susilorini & Sawitri (2006), rasa pada butter  

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tipe ternak penghasil susu, musim, dan proses

     pembuatan. Siddique et al ., (2011) menambahkan bahwa perbedaan kandungan lemak

     pada cream  juga dapat mempengaruhi rasa butter yang dihasilkan. Rasa yang tidak

     berubah pada butter  sebelum dan setelah disimpan dalam kulkas sesuai dengan teori yang

    dikemukakan oleh Krause et al ., (2008) bahwa penyimpanan butter  pada suhu rendah

    dapat mempertahankan rasa butter  untuk waktu yang lama.

    Dari segi aroma, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3 butter sebelum dan

    setelah disimpan dalam kulkas memiliki aroma yang tidak kuat, sedangkan pada

    kelompok B4 dan B5 butter sebelum dan setelah disimpan dalam kulkas memiliki aroma

    yang kuat. Perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan komposisi dari brand  cream yang

    digunakan sebagai bahan baku pembuatan butter . Menurut Demirkol et al ., (2016) butter  

    mengandung senyawa-senyawa volatil yang berperan dalam menghasilkan aroma butter ,

    seperti diasetil, heksanal, nonanal, asam butirat, asam heksanoat, asam oktanoat, asam

    dekanoat, δ-octalactone,  δ-octalactone, dan  δ-decalactone. Perbedaan aroma dapat

    terjadi karena jumlah senyawa-senyawa pembentuk aroma pada masing-masing brand  

    cream berbeda. Aroma butter yang tidak berubah setelah disimpan dalam kulkas sesuai

    dengan pernyataan Lozano et al ., (2007) bahwa penyimpanan butter pada suhu rendah

    dapat mempertahankan aroma butter  dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang.

    Dari segi tekstur, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3 butter sebelum dan

    setelah disimpan dalam kulkas mengalami perubahan tekstur dari lembut menjadi keras,

    sedangkan pada kelompok B4 dan B5 butter sebelum dan setelah disimpan dalam kulkas

    mengalami perubahan tekstur dari sangat lembut menjadi lembut. Hal ini sesuai denganteori Herschdoefer (1986) yang menyatakan bahwa butter umumnya memiliki tekstur

    lembut atau sangat lembut. Menurut Smit (2003) bahwa tekstur butter dipengaruhi oleh

    komposisi lemak susu, struktur globula lemak, laju kristalisasi lemak dari cream, jumlah

    lemak cair, serta ukuran kristal lemak pada butter . Hal ini juga didukung oleh Siddique

    et al ., (2011) yang menyatakan bahwa perbedaan kandungan lemak pada cream  juga

    dapat mempengaruhi tekstur butter yang dihasilkan. Tekstur butter  menjadi lebih keras

    setelah disimpan dalam kulkas karena menurut Herschdoefer (1986), suhu dan lama

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    12/21

    11

     penyimpanan akan mempengaruhi tekstur butter . Semakin rendah suhu dan semakin lama

    waktu penyimpanan, maka butter  yang dihasilkan akan semakin padat dan keras. Hal ini

     juga diperkuat oleh teori Rønholt et al ., (2014) yang mengemukakan bahwa butter akan

    memiliki tekstur yang lebih keras ketika disimpan pada suhu rendah (4ºC).

    Dari segi penampakan fisik, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3 butter

    sebelum dan setelah disimpan dalam kulkas mengalami perubahan penampakan dari yang

    memiliki body, mudah dioles, dan creamy menjadi memiliki body, sulit dioles, dan tidak

    creamy. Sedangkan pada kelompok B4 dan B5 butter sebelum dan setelah disimpan

    dalam kulkas mengalami perubahan penampakan dari dihasilkan butter yang tidak

    memiliki body, sangat mudah dioles, dan sangat creamy menjadi memiliki body, mudah

    dioles, dan creamy. Kemudahan oles butter   dipengaruhi oleh jumlah padatan lemak,

     jaringan kristal, jumlah serta ukuran kristal (deMan et al ., 1979 dalam Pothiraj et al .,

    2012). Herschdoefer (1986) menambahkan bahwa kemudahan oles disebut juga

     spreadability, yaitu sifat kompleks butter yang berhubungan dengan viskositas. Faktor-

    faktor yang mempengaruhi  spreadability  dan adanya body  pada produk, antara lain

    tekanan, perubahan suhu, jenis lemak, metode pendinginan cream, dan working butter .

    Oleh karena itu, perbedaan penampakan dapat terjadi karena perbedaan komposisi dari

    brand  cream yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan butter . Setelah disimpan

    dalam kulkas, butter   yang dihasilkan menjadi lebih sulit dioles. Hal ini dapat terjadi

    karena menurut Herschdoefer (1986), selama penyimpanan pada suhu rendah, terjadi

     pengkristalan lemak sehingga butter  menjadi lebih keras dan sulit dioles. Pothiraj et al .,

    (2012) menambahkan bahwa suhu penyimpanan akan mempengaruhi tekstur dan

    kemudahan oles butter . Tekstur butter akan mempengaruhi kemudahan olesnya, dimana

    tekstur butter sendiri ditentukan oleh komposisi lemak susu, struktur globula lemak, lajukristalisasi lemak dari cream, jumlah lemak cair, serta ukuran kristal lemak pada butter  

    (Smit, 2003).

     Buttermilk merupakan produk samping (by-product ) dari pembuatan butter .  Buttermilk

    mengandung semua komponen larut air yang berasal dari cream, seperti protein susu,

    laktosa, dan mineral. Selain itu, buttermilk mengandung komponen seperti lesitin yang

    merupakan turunan dari membran globula lemak susu melalui proses perusakan selama

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    13/21

    12

     proses churning dan bermigrasi ke fraksi buttermilk . Oleh karena itu, buttermilk memiliki

    kandungan fosfolipid (membran globula lemak susu) yang lebih banyak dibandingkan

    susu (Lonkar et al ., 2011). Kandungan fosfolipid yang tinggi ini menyebabkan buttermilk  

     banyak digunakan sebagai bahan campuran berbagai macam produk makanan, seperti

     salad dressing , pasta sauce, coklat, cheese seasoning , campuran es krim, dan  yoghurt .

    Selain itu, buttermilk  juga dapat berperan sebagai emulsifier   karena adanya membran

    globula lemak susu yang akan menahan tumbukan antar globula lemak dan mencegah

     penggumpalan globula lemak (Jinjarak et al ., 2006). Secara umum, buttermilk  memiliki

     proporsi protein yang terdiri dari 59% kasein, 23% protein serum,  -lactalbumin dan   -

    lactoglobulin (Britten et al ., 2008). Kosikowski (1977) menambahkan bahwa buttermilk  

    memiliki ciri-ciri sedikit asam, rasa susu yang kuat, warna sedikit pucat, serta kalori yang

    lebih rendah dibandingkan susu.

    Dari segi warna, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3 dihasilkan buttermilk  

    yang memiliki warna putih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kosikowski (1977) bahwa

    buttermilk   memiliki warna putih. Namun, pada kelompok B4 dan B5 dihasilkan

    buttermilk yang memiliki warna agak kuning. Hal ini dapat terjadi karena adanya butter  

    yang ikut tersaring saat proses penyaringan. Menurut Kosikowski (1977), warna

    buttermilk dipengaruhi oleh keberadaan pigmen larut lemak yang lolos pada tahap

     penyaringan. Dari segi rasa, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3

    dihasilkan buttermilk  yang memiliki rasa sangat enak (sangat manis), sedangkan pada

    kelompok B4 dan B5 dihasilkan buttermilk yang memiliki rasa tidak enak (hambar).

    Menurut Sodini et al ., (2006) rasa enak pada buttermilk   disebabkan oleh adanya

    kandungan laktosa sebanyak 5% dalam buttermilk yang berasal dari lemak susu. Namun,

     pada kelompok B4 dan B5 dihasilkan buttermilk dengan rasa tidak enak (hambar). Halini dapat terjadi karena perbedaan komposisi dari brand  cream yang digunakan sebagai

     bahan baku pembuatan butter , dimana brand “Elle & Vire” yang digunakan oleh

    kelompok B4 dan B5 mengandung lebih sedikit gula sehingga rasa buttermilk yang

    dihasilkan hambar.

    Dari segi aroma, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3 dihasilkan

    buttermilk  yang memiliki aroma yang tidak kuat, sedangkan pada kelompok B4 dan B5

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    14/21

    13

    dihasilkan buttermilk yang memiliki aroma yang agak kuat. Hal ini tidak sesuai dengan

     pernyataan Sodini et al ., (2006) bahwa buttermilk  seharusnya memiliki aroma yang kuat

    dan menyenangkan yang dihasilkan dari peningkatan flavor ketika proses ripening .

    Perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan komposisi dari brand  cream yang digunakan

    sebagai bahan baku pembuatan butter terutama dari segi kandungan lemak. Dari segi

    tekstur, dapat dilihat bahwa pada seluruh kelompok dihasilkan buttermilk  yang memiliki

    tekstur yang lembut. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bobe et al .,

    (2003) bahwa buttermilk memiliki tekstur yang sangat lembut. Tekstur yang sangat

    lembut ini dihasilkan dari proses pengocokan yang sempurna akibat terdapatnya air pada

    buttermilk   yang mengakibatkan pecahnya membran globula lemak selama proses

    churning .

    Dari segi penampakan fisik, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B2, dan B3

    dihasilkan buttermilk   yang memiliki penampakan yang creamy, sedangkan pada

    kelompok B4 dan B5 dihasilkan buttermilk yang memiliki penampakan yang sangat

    creamy. Menurut Sodini et al ., (2006) buttermilk memiliki kandungan lemak yang tinggi,

    yaitu sekitar 6-20%, dibandingkan susu skim atau whey. Smit (2003) menambahkan

     bahwa kandungan lemak cair dapat mempengaruhi tingkat creaminess dari buttermilk .

    Dengan demikian, hasil pengamatan yang diperoleh sudah sesuai dengan teori bahwa

    buttermilk memiliki penampakan yang creamy. Perbedaan tingkat creaminess yang

    diperoleh antar kelompok dapat terjadi karena perbedaan komposisi dari brand  cream 

    yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan butter terutama dari segi kandungan

    lemak.

    Dari segi rendemen, dapat dilihat bahwa rendemen butter yang dihasilkan kelompok B1,B2, dan B3 cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok B4 dan B5. Sedangkan

    rendemen buttermilk yang dihasilkan kelompok B1, B2, dan B3 cenderung lebih tinggi

    dibandingkan kelompok B4 dan B5. Menurut Simpson (2006), besarnya nilai rendemen

    dipengaruhi oleh jumlah lemak yang mengalami kristalisasi. Semakin besar jumlah lemak

    yang mengalami kristalisasi, maka jumlah butter yang dihasilkan semakin banyak dan

    meminimalkan kehilangan lemak menjadi buttermilk   saat churning . Gunstone (2002)

    mengatakan bahwa butter  mengandung lemak sekitar 80-82%, fase air sekitar 18-20%,

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    15/21

    14

    dan jika dijumlah hasilnya adalah 100%. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa bila

    nilai rendemen butter dan buttermilk dijumlahkan, maka akan diperoleh hasil mendekati

    100%. Namun, rendemen buttermilk yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan rendemen

    butter . Hal ini dapat terjadi karena proses pengocokan yang kurang lama sehingga lemak

    yang dihasilkan kurang banyak, proses penyaringan yang tidak sempurna, dan adanya

    kehilangan lemak selama pengocokan dan penyaringan.

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    16/21

     

    15

    4.  KESIMPULAN

      Pembuatan butter   dilakukan dengan metode churning   yang prinsipnya adalah

    dilakukan pengocokan.

      Selama proses pengocokan, terjadi pemecahan globula lemak dan selanjutnya globula

    lemak akan terkoagulasi sehingga terbentuk butiran butter .

      Proses pemisahan butter  dan buttermilk  disebut fase working , dimana droplet air kecil

    dipecah sehingga dihasilkan droplet dengan ukuran yang lebih stabil.

       Butter  memiliki warna bervariasi dari kuning gelap hingga hampir putih.

      Warna butter  tergantung pada keberadaan pigmen terlarut dan kandungan karotenoid.

     

    Rasa butter  dipengaruhi oleh tipe ternak penghasil susu, musim, proses pembuatan,

    dan kandungan lemak.

      Aroma butter  dipengaruhi oleh keberadaan senyawa-senyawa volatil.

       Butter  memiliki tekstur yang lembut yang dipengaruhi oleh komposisi lemak susu,

    struktur globula lemak, laju kristalisasi lemak dari cream, jumlah lemak cair, serta

    ukuran kristal lemak pada butter .

      Spreadability dan body pada butter dipengaruhi oleh tekanan, perubahan suhu, jenis

    lemak, metode pendinginan cream, dan working butter .

      Penyimpanan butter dalam kulkas menyebabkan beberapa perubahan pada butter ,

    yaitu warna menjadi lebih memudar dan terang, tekstur lebih keras, lebih sulit dioles,

    dan tidak creamy, namun tidak menyebabkan perubahan pada aroma dan rasa.

       Buttermilk  memiliki warna putih, rasa enak, aroma yang kuat dan menyenangkan,

    tekstur yang lembut, dan penampakan yang creamy.

      Kandungan lemak cair mempengaruhi tingkat creaminess buttermilk .

     

    Besarnya nilai rendemen dipengaruhi oleh jumlah lemak yang mengalami kristalisasi .

    Semarang, 2 Juni 2016

    Praktikan Asisten Dosen- 

    Graytta Intannia

    Donna Larissa Khuangga

    13.70.0171 

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    17/21

     

    16

    5.  DAFTAR PUSTAKA

    Bobe, G.; Hammond, E.G.; Freeman, A.E.; Lindberg, G.L. & Beitz, D.C. (2003). Texture

    of Butter from Cows with Different Milk Fatty Acid Compositions.  Journal ofDairy Science; 86(10):3122-3127.

    Britten, M.; Lamothe, S. & Robitaille, G. (2008). Effect of Cream Treatment on

    Phospholipids and Protein Recovery in Butter-Making Process. Int. J. Food Sci.

    Technol.; 43:651-657.

    Bruhn, C.M. & Bruhn, J.C. (1988). Observation on The Whipping Characteristic of

    Cream. Journal of Dairy Science; 71(3):857-862.

    Buckle, K.A.; Edwards, R.A.; Fleet, G.H. & Wooton, M. (1987). Food Science. UI Press.

    Jakarta.

    Demirkol, A.; Guneser, O. & Karagulyuceer, Y. (2016). Volatile Compounds, Chemical

    and Sensory Properties of Butters Sold in Çanakkale. Journal of Agricultural

    Sciences; 22:99-108.

    Gaman, P.B. & Sherrington, K.B. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi,

    dan Mikrobiologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    Gunstone, F.D. (2002). Food Application of Lipid, in Food Lipids: Chemistry, Nutrition

    & Biotechnology 2nd Edition. Marcel Dekker, Inc. New York.

    Herschdoefer, S.M. (1986). Quality Control in the Food Industry Volume 2. Academic

    Press. London.

    Jinjarak, S.; Olabi, A.; Jimenez-Flores, R. & Walker, J.H. (2006). Sensory, Functional,

    and Analytical Comparisons of Whey Butter With Others Butter. California

    Polytechnic University. San Luis Obispo.

    Kosikowski, F.V. (1977). Cheese and Fermented Milk Foods. Edwards Brother, Inc.

    USA.

    Krause, A.J.; Miracle, R.E.; Sanders, T.H.; Dean, L.L. & Drake, M.A. (2008). The Effectof Refrigerated and Frozen Storage on Butter Flavor and Texture. J. Dairy Sci.;

    91:455 – 465.

    Lee, R. & Jackson, E.B. (1980). Sugar Confectionery and Chocolate Manufacture.

    Leonard Hill. Glasgow.

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    18/21

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    19/21

    18

    Walstra, P.; Wouters, J.T.M. & Geurts, T.J. (2006). Dairy Science and Technology 2nd 

    Edition. Taylor & Francis Group, LLC. Boca Raton.

    Winarno, F.G. (1993). Ilmu Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumsi. PT Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta.

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    20/21

     

    19

    6.  LAMPIRAN

    6.1.  Perhitungan

    Rumus:

    Rendemen butter  =  berat butter 

     berat awal × 100% 

    Rendemen buttermilk  = volume buttermilk 

    volume awal×100% 

    Kelompok B1

      Rendemen butter  = 83

    317,5

     × 100% = 26,14% 

      Rendemen buttermilk  =196

    300 × 100% = 65,33% 

    Kelompok B2

      Rendemen butter  = 90

    311 × 100% = 28,94% 

      Rendemen buttermilk  =185

    300 × 100% = 61,67% 

    Kelompok B3

      Rendemen butter  =100,4

    312,6 × 100% = 32,12% 

      Rendemen buttermilk  =180

    300 × 100% = 63,33% 

    Kelompok B4

      Rendemen butter  =104,9

    302,2 × 100% = 34,71% 

      Rendemen buttermilk  =158

    300 × 100% = 52,67% 

    Kelompok B5

      Rendemen butter  =130

    281 × 100% = 46,26% 

      Rendemen buttermilk  =170

    300 × 100% = 56,67% 

  • 8/16/2019 BUTTER & BUTTERMILK_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    21/21

    20

    6.2.  Foto

    6.3.  Jurnal

    6.4.  Laporan Sementara