ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
53
ANALISIS PELAKSANAAN TATA TERTIB SEKOLAH DI
SEKOLAH DASAR
Eva Anggraini;
Moh. Ghofal;
Moh. Royhan Firdaus;
Putri Aningsih;
Raudhatul Jannah;
Sunfatun Qasidah;
Supriyadi;
Syafiatur Rofi’ah. STKIP PGRI Sumenep
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian pelaksanaan tata tertib di SD
Negeri Pordapor 3 dan hukuman yang diberikan atau diterima oleh siswa yang telah
melanggar tata tertib tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif yang dilaksanakan di SD Negeri Pordapor 3. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan pelaksanaan observasi dan wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan dari beberapa tata tertib yang di terapkan di SD Negeri Pordapor 3,
diantaranya: memakai seragam sekolah dan atribut sesuai aturan sekolah,
membersihkan kelas sesuai jadwal (piket kelas), menghormati guru, saling menghargai
antar siswa, datang tepat waktu ke sekolah, mengikuti upacara bendera setiap hari
senin, menyelesaikan tugas sesuai waktunya, dan meminta izin ketika siswa hendak
keluar ruangan saat jam pelajaran sedang berlangsung, persentase tingkat
pencapaiannya rata-rata 83, 125%. Adapun jenis hukuman yang dibrikan atau direrima
oleh siswa yang melanggar tata tertib tersebut diantaranya: ditegur dan dinasehati,
berdiri didepan kelas selama 1 jam pelajaran berlangsung, membersihkan kamar mandi,
berdiri di lapangan selama satu jam pelajaran.
Kata Kunci : tata tertib, sekolah dasar, siswa
Konstitusi merupakan salah
satu elemen terpenting dalam sebuah
negara. K.C Wheare (dalam Winarno,
2010: 67) mennyatakan bahwa
Konstitusi adalh kumpulan dari
seluruh sistem ketatanegaraan negara
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
54
yakni keseluruhan peraturan yang
membentuk, mengatur, atau
memerintah dalam suatu negara.
Konstitusi diciptaakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan, sehingga
tercipta hubungan kekuasaan yng
seimbang antara cabang-cabag
kekuasaan yang ada (Kus Eddy,
2009: 94).
Setiap negara pasti memiliki
konstitusi yang dijadikan sebagai
landasan dalam menjalankan
pemerintahan. Pernyataan ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh
Barus (2017: 31) yakni konstitusi
adalah hukum dasar yang menjadi
pegangan dalam menyelenggarakan
suatu negara. Konstitusi berperan
penting dalam mempertahankan
keutuhan negara, menciptakan
perdamaian dan kesejahteraan
masyarakat. Karena itu, konstitusi
memiliki kedudukan yang cukup
krusial dalam sebuah negara.
Di Indonesia, konstitusi banyak
mengalami perubahan sejak
proklamasi. Pada awal kemerdekaan,
konstitusi yang dipakai di Indonesia
adalah Undang-Undang 1945 yang
disahkan oleh PPKI sehari setelah
kemerdekaan, yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945. Tetapi, pada 27
Desember 1950 dengan diubahnya
bentuk negara Indonesia dari
kesatuan menjadi federal sebagai
hasil dari kesepakatan pemerintah
Indonesia dengan pihak Belanda yang
ingin menjajah kembali Indonesia,
maka konstitusi yang digunakan
sebelumnya diganti ke Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
Konstitusi RIS tidak sampai berlaku
satu tahun, karena bangsa Indonesia
pada dasarnya menginginkan bentuk
kesatuan, sehingga bentuk negara
Indonesia dikembalikan pada bentuk
negara kesatuan. Adanya perubahan
bentuk ini, mengharuskan konstitusi
yang digunakan untuk diubah,
sehingga pada 17 Agustus 1950
konstitusi yang digunakan yaitu
Undang-Undang Sementara tahun
1950. UUDS 1950 tidak berjalan
dengan baik, yang membuat presiden
harus mengeluarkan dekrit yakni
tepatnya tanggal 5 Juli 1959 yang
salah satu isinya menyatakan bahwa
UUD 1945 diberlalukan kembali.
Untuk menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, maka UUD
1945 dilakukan amandemen.
Amandemen ini dilakukan empat
empat kali setiap tahunnya, yakni
pada tahun 1999 sampai tahun 2002.
Di sekolah, bentuk penerapan
konstitusi UUD 1945 dapat dilihat
dari pelaksanaan tata tertib sekolah.
Kurniasih dan Sumaryati (2014: 170)
mengartikan tata tertib sebagai suatu
kumpulan aturan atau kaidah yang
dibuat menurut nilai-nilai yang dianut
di sekolah ataupun masyarakat yang
harus dipatuhi oleh seluruh
komponen yang ada di dalamnya. Hal
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
55
ini didukung oleh pendapat Octavia
(2017: 15) yang mendefinisikan tata
tertib sekolah sebagai suatu aturan
atau ikatn yang wajib dipatuhi oleh
seluruh warga sekolah dimana proses
pembelajaran berlangsung.
Sedangkan menurut Fawaid (2017:
11) tata tertib sekolah adalah suatu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
antara yang satu dan yang lainnya
sebagai peraturan yang diberlakukan
di sekolah sehingga kegiatan
pendidikan bisa berlangsung secara
efektif dan efisien.
Pelakasanaan tata tertib ini
dilakukan untuk mendukung proses
pembelajaran sehingga berjalan
sesuai perencanaan dan dapat
mencapai target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Menurut Irwansa (2015:
3) tata tertib sekolah memiliki tujuan
yaitu agar semua siswa dapat
mengetahui dan memahami apa saja
tugas, hak, dan kewajiban mereka
sehingga dapat melaksanakannya
dengan baik.
Menurut Berutu, dkk (2018: 77)
pelaksanaan tata tertib ini dapat
mencegah perilaku-perilaku negatif
yang bertentangan dengan norma-
norma yang ada di lingkungan
sekolah.
Selain itu, Tata tertib sekolah juga
berfungsi dalam mendisiplinkan
siswa, karena apabila siswa
melakukan pelanggaran terhadap tata
tertib tersebut, maka ada sanksi yang
akan didapat. Sehingga, siswa akan
berfikir ulang untuk melanggar tata
tertib tersebut.
Hasil observasi yang
dilaksanakan di SD Negeri Pordapor
3 menunjukkan dari beberapa
peraturan yang diberlakukan di
sekolah, pelaksanaannya telah
berjalan cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari minimnya jumlah
pelanggaran yang dilakukan oleh
siswa. Keberhasilan tersebut
dikarenakan jumlah siswa yang
sedikit sehingga memudahkan guru
dalam mengontrol setiap siswa dan
letaknya yang ada di daerah
pegunungan yang terkenal dengan
masyarakatnya yang agamis, patuh
terhadap norma yang ada di
masyarakat, dan memiliki rasa
persaudaraan yang tinggi antar
warga. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh persentase pencapaian
dari proses penerapan tata tertib di
SD Negeri Pordapor 3 dan bentuk
sanksi yang digunakan dalam
menangani siswa yang melanggar tata
tertib tersebut.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini
mengggunakan metode kualitatif
dengan deskriptif kualitatif. Menurut
David H. Penny (dalam Sri Mudji,
2011) penelitian adalah pemikiran
sistematis tentang berbagai macam
masalah dimana dalam
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
56
memecahkannnya memerlukann
pengumpulan serta penfsiran fakta-
fakta. Penelitian ini menggunakan
data-data kualitatif yakni wawancara,
dataa observasi partisipn dan data
dokumen unttuk memahami dan
menjelaskkan fenomena-fenomena
sosial (Parker, 2008). Penlitian
dilaksanakan dengan mengumpulkan
data-data dan menyusunnya, serta
mendeskripsikann sehingga hasil
yang diperoleh dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang situasi
yang terjadi.
Lokasi penelitian yang sudah
dilakukan yaitu di SD Negri Pardopor
3 Jl. Lamojong Desa Pardopor
Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten
Sumenep. Subjek penelitiannya
adalah guru dan siswa.
Data dikumpulkan melalui
pelaksanaan observasi serta kegiatan
wawancara. Observasi adalah
pengumpulan data-data atau
keterangan dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung di
tempat yang akan diteliti sehingga
diperoleh informasi-informasi yang
aktual. Penelitian ini dilakukan
dengan secara langsunng dengan
terjun kelapangan untuk mengetahui
situasi tertentu guna memperolah
inforamsi.
Wawancara adalah proses yang
penting dalam melaksanakan suatu
penellitian khususnya dalam
penelitian yang bersifat kualitatif.
Wawancara merupakan kegiatan
bertanya secara langsung kepada
narasumber atau pihak terkait secara
face to face atau melalui media untuk
mengumpulkan data-data sehingga
diperoleh informasi tertentu.
Data-data yang telah
dikumpulkan akan diolah dengan
teknik analisis data, model data, lalu
dapat ditarik kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di SD Negeri
Pordapor 3 pelaksanaan tata tertib
disekolah dapat dikategorikan baik.
Hal tersebut dikarenakan minimnya
jumlah siswa di SD Negeri Pordapor
3 sehingga memudahkan guru dalam
memantau semua siswa. Selain itu di
SD Negeri Pordapor 3 terletak di
daerah pegunungan, dimana
masyarakat disana sangat kental
dengan ilmu keagamaan sehingga
siswa dapat membedakan tindakan
baik atau buruk untuk dirinya
ataupun kepada orang lain.
Rekap data dari hasil penelitian
di SD Negeri Pordapor 3 mengenai
pelaksanaan tata tertib sekolah
sebagai berikut:
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
57
Tabel 1. Persentase pencapaian tata
tertib di SD Negeri
Pordapor 3
Tata Tertib Persentase
Pencapaian
Memakai seragam
sekolah dan atribut sesuai
aturan sekolah
85%
Membersihkan kelas
sesuai jadwal (piket
kelas)
80%
Menghormati guru 90%
Saling menghargai antar
siswa 80%
Datang tepat waktu ke
sekolah 90%
Mengikuti upacara
bendera setiap hari senin 80%
Menyelesaikan tugas
sesuai dengan waktunya 85%
Meminta izin kepada
guru jika hendak keluar
kelas saat jam pelajaran
sedang berlangsung
80%
Tabel 2. Bentuk sanksi pelanggaran
tata tertib di SD Negeri
Pordapor 3
Pelanggran
Tata Tertib
Bentuk
Sanksi
Tidak memakai
seragam sekolah dan
atribut sesuai aturan
sekolah
Berdiri
didepan kelas
selama 1 jam
pelajaran
berlangsung
Tidak membersihkan
kelas sesuai jadwal
(piket kelas)
Membersihkan
kamar mandi
Tidak menghormati
guru
Ditegur dan
dinasehati
Tidak menghargai
antar siswa
Ditegur dan
dinasehati
Tidak datang tepat
waktu ke sekolah
Berdiri di
depan kelas
selama 1 jam
pelajaran
berlangsung
Tidak mengikuti
upacara bendera setiap
hari senin
Dijemur
selama 1 jam
pelajaran
Tidak menyelesaikan
tugas tepat waktu
Ditegur dan
dinasehati
Keluar kelas saat
pelajaran berlangsung
tanpa meminta izin
kepada guru
Ditegur dan
dinasehati
Memakai seragam sekolah dan
atribut
Sebagai seorang pelajar
memakai seragam merupakan sebuah
kewajiban karena seragam sendiri
merupakan identitas dari seorang
pelajar. Seperti halnya di SD Negeri
Pordapor 3 yang mewajibkan siswa -
siswinya untuk memakai seragam dan
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
58
atribut sesuai sekolah. Pada hari senin
dan selasa seragam yang digunakan
lengkap beserta atribut (dasi, topi,
ikat pinggang), baju putih dan celana
panjang bagi siswa dan bagi siswi rok
merah beserta kerudung warna putih.
Hari rabu dan kamis memakai baju
batik dan celana atau rok merah
beserta kerudung merah bagi siswi.
Jum’at sabtu memakai baju pramuka
serta lengkap dengan atributnya (topi
pramuka, hasduk pramuka, tali temali
dll). Khusus mata pelajaran PJOK
siswa dan siswi menggunakan
seragam olahraga. Sedangkan untuk
sepatu berwarna hitam dan kaos kaki
warna putih dari senin sampai kamis
serta kaos kaki warna hitam untuk
hari jum’at dan sabtu.
Kepatuhan siswa-siswi SD
Negeri Pordapor 3 dalam memakai
seragam sekolah dan atribut sudah
sangat baik. Hal ini didukung dengan
adanya bantuan dari pemerintah
berupa Program Indonesia Pintar
(PIP), sehingga meringankan siswa-
siswi dalam membeli perlengkapan
sekolah. Meski begitu, masih ada satu
ataupun dua siswa yang tidak
memakai atribut seperti dasi atau topi
dan beberapa siswa yang
mengeluarkan bajunya.
Membersihkan kelas sesuai jadwal
(piket kelas)
Kebersihan kelas menjadi
tanggung jawab masing-masing
kelas. Biasanya setiap kelas
mempunyai jadwal piket yang
dibentuk oleh wali kelas. Karena
minimnya jumlah siswa maka setiap
hari hanya ada dua siswa yang
menjalankan piket. Bagi petugas
piket diharuskan berangkat lebih pagi
untuk membersihkan kelas sebelum
pelajaran dimulai. Jika kondisi kelas
dalam keadaan bersih dan rapi maka
siswa akan merasa nyaman saat
pelajaran berlangsung. Pelaksanaan
piket di SD Negeri Pordapor 3 sudah
baik hanya saja ada beberapa siswa
yang tidak ikut serta menjalankan
piket, biasanya terletak pada anak
laki-laki. Bentuk sanksi yang
diberikan oleh guru biasanya
membersihkan kamar mandi.
Sedangkan untuk kebersihan
lingkungan sekolah selain kelas
seperti halaman sekolah, ruang guru,
ruang kepala sekolah, uks,
perpustakaan, dan kantin menjadi
tanggung jawab tukang kebun.
Namun pada hari tertentu, seluruh
siswa akan melakukan bersih-bersih
bersama di seluruh lingkungan
sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk
menjaga lingkungan sekolah agar
selalu bersih dan sebagai upaya
dalam memupuk kebersamaan dan
mempererat solidaritas antar sesama
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
59
siswa. Selain itu, untuk mengurangi
sampah yang berserakan di
lingkungan sekolah maka disediakan
tempat sampah di depan pintu kelas
atau tempat-tempat yang sering
dikunjungi siswa seperti kantin dan
tempat-tempat lain yang letaknya
strategis.
Menghormati guru
Karena SD Negeri Pordapor 3
terletak di daerah pegunungan,
dimana masyarakat disana sangat
kental dengan ilmu keagamaan
sehingga menghormati orang yang
lebih tua seperti guru adalah hal yang
memang sepatutnya dilakukan. Tidak
hanya disekolah bahkan diluar
sekolahpun jika bertemu guru maka
siswa akan memberi salam.
Dalam menghormati guru
dikelas siswa akan bersikap sopan
dan dalam berbicara menggunakan
bahasa yang baik. Saat guru
menjelaskan siswa diharuskan
menyimak dan apabila ada yang tidak
dimengerti maka bisa ditanyakan
setelah guru mempersilahkan.
Nasehat yang diberikan guru dapat
dipahami dan dilaksanakan siswa
dengan baik karena guru merupakan
orang tua kedua yang menginginkan
terbaik untuk siswa dan siswinya,
dimana didaerah SD Negeri Pordapor
3 seorang guru merupakan tokoh
yang sangat dihormati. Siswa di SD
Negeri Pordapor 3 dalam bersikap
dan berbicara kepada guru sudah
sangat baik, meskipun ada satu dua
siswa yang sikapnya masih harus
diperbaiki. Biasanya guru akan
menegur dan menasehati serta
membimbingnya agar siswa tersebut
dapat merubah sikapnya menjadi
lebih baik.
Saling menghargai antar siswa
Sikap siswa saat berinteraksi
sesama temannya di SD Negeri
Pordapor 3 masih kurang
dibandingkan dengan sikap
menghormati kepada guru. Hal itu
disebabkan usia mereka yang masih
dini yang menganggap teman
seusianya tidak harus diperlakukan
dengan baik (bertindak apa adanya).
Karakter siswa yang egois dan ingin
menang sendiri menjadi penyebab
kurangnya rasa solidaritas sesama
siswa. Misalnya saat di dalam kelas
ketika guru meminta pendapat siswa,
seringkali ada siswa yang
memaksakan pendapatnya yang
paling baik daripada yang lain.
Disinilah peran para guru dibutuhkan
untuk menasehati dan membimbing
siswa agar bisa saling menghargai
dan menerima perbedaan pendapat
antar siswa.
Faktor lain yang menyebabkan
siswa tidak bisa saling menghargai
sesama teman karena kurangnya
pemahaman tentang pentingnya
saling menghargai antar sesama siswa
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
60
sehingga guru harus bisa memberikan
pemahaman tentang sikap
menghargai dan menghormati serta
menanamkan sikap toleransi dalam
berteman dengan sesama siswa.
Apabila pemahaman tersebut dapat
tertanam dalam diri siswa, maka
siswa akan memiliki kesadaran akan
pentingnya sikap saling menghargai
antar sesama.
Datang tepat waktu ke sekolah
Di SD Negeri Pordapor 3 jam
pelajaran pertama dimulai pada pukul
07.00 WIB, dan siswa biasanya
datang sebelum jam tersebut.
Keterlambatan masuk sekolah sangat
jarang terjadi di sekolah tersebut,
karena hampir seluruh siswa datang
sebelum bel masuk berbunyi. Datang
tepat waktu juga menjadi salah satu
cara mendisiplinkan siswa, sehingga
siswa terbiasa berperilaku disiplin
dalam melakukan aktivitas lain.
Bagi yang terlambat, biasanya
akan disuruh untuk berdiri di depan
kelas selama satu jam pelajaran atau
juga bisa bergantung pada guru yang
mengajar saat jam pelajaran pertama.
Teguran juga diberikan kepada siswa
yang terlambat oleh wali kelas
sekaligus nasihat agar tidak
mengulanginya esok hari dan
seterusnya. Di SD Negeri Pordapor 3
sendiri, kasus keterlambatan bisa
dikategorikan sangatlah jarang.
Selain karena jumlah siswanya yang
sedikit, juga karena peran orang tua
dalam mengajari dan mengatur anak
agar bisa bangun dan berangkat ke
sekolah pagi-pagi, sehingga bisa
sampai di sekolah sebelum bel jam
pelajaran pertama berbunyi. Dengan
minimumnya kasus jumlah
keterlambatan ke sekolah, tentunya
juga dapat mengefektifkan proses
pembelajaran selama di kelas, karena
proses pembelajaran tidak akan
terganggu atau terinterupsi oleh siswa
yang datang terlambat.
Mengikuti upacara bendera setiap
hari senin
Seperti halnya di sekolah-
sekolah lain, di SD Negeri Pordapor
3 juga dilaksanakan upacara bendera
setiap hari senin, dimana seluruh
siswa diwajibkan untuk mengikutinya
dan menggunakan topi saat kegiatan
upacara bendera berlangsung.
Seluruh siswa berkumpul di lapangan
setelah ada komando dari guru yang
bertugas dan berbaris seperti
biasanya. Seluruh siswa pasti akan
mengikuti kegiatan upacara bendera
tersebut, jikapun ada yang tidak
mengikuti dari awal hingga akhir
dengan alasan yang tidak diterima,
maka akan dikenakan sanksi yaitu
dijemur selama satu jam pelajaran.
Apabila ada yang datang saat
kegiatan upacara bendera
berlangsung, maka akan berdiri di
barisan yang terpisah khusus bagi
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
61
yang terlambat, yang biasanya
menghadap ke arah matahari, dan
setelah upacara akan diberikan
teguran oleh guru serta nasihat agar
tidak mengulanginya lagi di lain hari.
Kasus ini sangat jarang ditemukan di
SD Negeri Pordapor 3, karena
kebanyakan siswa berangkat lebih
pagi pada hari senin dan semuanya
mengikuti kegiatan upacara bendera.
Hanya ada satu atau dua siswa yang
terkadang masih datang ketika
kegiatan upacara bendera telah
berlangsung.
Menyelesaikan tugas tepat waktu
Mengerjakan tugas merupakan
salah satu hal yang sudah menjadi
rutinitas bagi siswa hampir setiap
hari. Tidak terkecuali di SD Negeri
Pordapor 3. Tugas yang diberikan
bisa berupa tugas individu maupun
kelompok yang dikerjakan di sekolah
atau di rumah. Untuk tugas yang di
kerjakan di sekolah, baik individu
maupu kelompok, saat proses
pengerjaan maka akan dibimbing
secara langsung oleh guru yang
mengajar. Apabila tugas tersebut
tidak dapat terselesaikan karena jam
pelajaran habis, maka bisa
dilanjutkan di rumah atau juga di
sekolah di pertemuan selanjutnya,
bergantung dengan arahan yang
diberikan oleh guru pengajar. Untuk
tugas rumah atau yang biasa disebut
dengan pekerjaan rumah (PR), proses
pengerjaan akan dibimbing oleh
orang tua ataupun keluarga di rumah
dan dikumpulkan sesuai perintah dari
guru yang mengajar. Apabila ada
yang tidak menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya, maka akan diberikan
teguran dan diberikan waktu untuk
menyelesaikan tugas tersebut dan
dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya atau bisa juga
mendapatkan sanksi lain tergantung
pada guru yang mengajar.
Di SD Negeri Pordapor 3
sangat jarang ditemukan siswa yang
tidak mentugas tepat pada waktunya,
jikapun ada, maka hanya satu dari
sekian siswa yang ada di kelas,
sehingga guru tidak mengalami
kesulitan dalam mendisiplinkan
yelesaikan siswa agar mengerjakan
tugas seperti yang diperintahkan.
Siswa yang tidak menyelesaikan
tugas tersebut, biasanya akan
diberikan nasihat dan disuruh
mengumpulkan ketika pertemuan
selanjutnya. Dalam memberikan
nasihat kepada siswa tersebut, guru
tidak akan mengalami kesulitan yang
berarti karena teman-teman siswa
yang lain telah mengerjakan tugas
tepat pada waktunya, sehingga hal
tersebut akan memicu anak untuk
menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya juga, dan tentunya hal ini
harus didukung oleh peran orang tua
dalam mengawasi dan memastikan
anak mengerjakan tugas yang
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
62
diberikan oleh guru tepat pada
waktunya.
Meminta izin kepada guru jika
hendak keluar ruangan ketika jam
pelajaran sedang berlangsung
Keluar kelas saat jam pelajaran
berlangsung merupakan hal yang
wajar, misalnya untuk ke kamar
mandi atau ke toilet, dan untuk
keperluan lain. Jika ingin keluar
ruangan ketika kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung, tentunya siswa
harus lebih dulu meminta izin dengan
alasan yang tepat kepada guru yang
mengajar di depan kelas. Apabila
diperkenankan, maka siswa bisa
meninggalkan kelas dengan waktu
maksimal yang diberikan oleh guru.
Hal itu juga berlaku di SD Negeri
Pordapor 3, siswa yang ingin
meninggalkan kelas ketika jam
pelajaran berlangsung, diwajibkan
agar terlebih dahulu meminta izin dan
mengutarakan alasannya keluar kelas
kepada guru yang mengajar di kelas
tersebut. Dalam meminta izin, siswa
harus menggunakan bahasa yang baik
dan tentunya dengan alasan yang bisa
diterima, seperti ingin ke toilet.
Untuk kasus siswa yang keluar
kelas tanpa seizin guru, sangat jarang
ditemukan bahkan hampir tidak ada,
kecuali ketika guru sedang keluar
kelas untuk keperluan tertentu,
sehingga kelas tidak ada yang
mengawasi yang terkadang membuat
siswa keluar tanpa izin. Bagi siswa
yang keluar kelas tanpa izin, maka
akan diberikan teguran serta nasihat
agar tetap di dalam kelas meskipun
gurunya sedang tidak ada di kelas.
Namun hal ini sangat jarang terjadi,
karena guru biasanya akan tetap
mengawasi dan berada di kelas saat
jam pelajaran berlangsung, kecuali
ada hal penting yang membuat guru
harus keluar kelas untuk sementara,
misalnya kembali ke ruang guru
untuk mengambil alat keperluan
pembelajaran atau pergi ke kamar
mandi.
SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil
penelitian yang dilakukan di SD
Negeri Pordapor 3, dilihat dari
pencapaian beberapa tata tertib yang
diterapkan di sekolah, diantaranya:
memakai seragam sekolah dan atribut
sesuai aturan sekolah, membersihkan
kelas sesuai jadwal (piket kelas),
menghormati guru, saling
menghargai antar siswa, tidak
terlambat datang ke sekolah,
mengikutii upacara bendera pada hari
senin, menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya, dan meminta izin
ketika hendak keluar kelas ketika
pembelajaran sedang berlangsung,
pelaksanaan tata tertib sekolah di SD
Negeri Pordapor 3 sudah berjalan
dengan baik. Hal tersebut
dikarenakan minimnya jumlah siswa,
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
63
sehingga memudahkan guru dalam
memantau setiap siswa serta letaknya
yang di daerah pegunungan, dimana
kehidupan masyarakatnya sangat
kental dengan nilai-nilai agama dan
kepatuhan terhadap norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat yang
memudahkan guru dalam
menertibkan siswa yang
kehidupannya sudah cenderung
agamis dan memiliki karakter yang
baik sesuai dengan kondisi
lingkungan masyarakat sekitar.
Dalam penanganan kasus
pelanggaran terhadap tata tertib
sekolah, diberlakukan beberapa
sanksi, seperti teguran lisan, berdiri
di depan kelas, membersihkan kamar
mandi, serta dijemur selama satu jam
pelajaran. Sejauh ini, sanksi-sanksi
tersebut cukup efektif dalam
memberikan efek jerah kepada siswa,
sehingga siswa tidak melakukan
pelanggaran tata tertib secara
berulang-ulang.
DAFTAR RUJUKAN
Barus, Sonia Ivana. 2017. Proses
Perubahan Mendasar
Konstitusi Indonesia Pra dan
Pasca Amandemen. Law
Journal, 2(1), 29-55.
Berutu, Elfi Y., dkk. (2018).
Implementasi Tata Tertib
Sekolah dalam Membentuk
Kedissiplinan Siswa Sekolah
Dasar Negeri Gue Gajah Aceh
Besar. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Sekolah Dasar,
3(2), 76-81.
Fawaid, Moh. Mansyur. 2017.
Implementasi Tata Tertib
Sekolah dalam Meningkatkan
Karakter Kedisiplinan Siswa.
Jurnal Civic Hukum, 2(1), 9-
19.
Irwansa. (2015). Analisis
Pelaksanaan Tata Tertib
Sekolah Pada Siswa di SMK
Negeri 1 Makassar. Jurnal
Pancasila dan
Kewarganegaraan, 2(2), 1-13.
Kurniasih dan Sumaryati. (2014).
Tingkat Kepatuhan Tata
Tertib Sekolah oleh Siswa
Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5
Yogyakarta. Jurnal
Citizenship, 3(2), 165-178).
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 4, No. 2, Juli-Desember 2020
pISSN 2580-6890
eISSN 2580-9075
64
Kus Eddy, Sartono. 2009. Kajian
Konstitusi Indonesia dri Awal
kemerdekaan Sampaii Era
Reformasi. Jurnal Humanika,
9(1), 93-106.
Octavia, Erna. 2017. Analisis
Pelaksanaan Tata Tertib
Sekolah Sebagai Sarana
Pembinaan Moral di SMA
Taman Mulya Kecamatan
Sungai Raya. Jurnal
Pendidikan
Kewarganegaraan, 1(1), 14-
24.
Parker, LD. 2008. Interpreting
interpretive accounting
research, Critical Perspectives
on Accounting, Vol. 19. Pp.
909-1014.
Sri Mamudji . 2011. Penelitian
Hukum Normatif. Jakarta :
Rajawali Pres
Winarno. 2010. Paradigma Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan: Panduan
Kuliah di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Bumi Aksara