oseana_xxxi(1)27-38

  • Upload
    abe

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    1/12

    27

    BIOTA LAUT :

    I. BAGAIMANA MENGENAL BIOTA LAUT?

    Oleh

    Rianta Pratiwi 1)

    ABSTRACT

    MARINE BIOTA: HOW TO KNOWN THE MARINE BIOTA ?. Indonesia is one of

    the countries with "mega diversity" in the World. Nevertheless people still

    irresponsible how to preserve and conserve the marine biota. This paper will discuss:

    how to know or recognize the marine biota; marine animals and plants.

    Oseana, Volume XXXI, Nomor 1, Tahun 2006 : 27 - 38 ISSN 0216-1877

    PENDAHULUAN

    Kita semua pasti mengenal pepatah

    yang mengatakan bahwa "Tak Kenal Maka Tak

    Sayang", hal ini tidak saja berlaku bagi

    manusia, tetapi juga berlaku bagi seluruhmahluk hidup yang ada di dunia (termasuk

    hewan dan tumbuhan). Sehingga bila kita ingin

    mengetahui suatu jenis hewan atau tumbuhan,

    maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui

    yaitu mulai dari: mengenal, menyenangi,

    mengkoleksi dan kemudian merawat.

    Bila kita berjalan-jalan di pantai maka

    banyak sekali jenis biota laut yang dapat

    dengan mudah kita temukan, misalnya ikan,

    krustasea, moluska, ekhinodermata, koral

    (karang batu) dan tumbuhan laut (algae, lamun

    dan tumbuhan bakau atau mangrove). Semuabiota tersebut dapat dibagi ke dalam kelompok-

    kelompok atau sering disebut dengan taksa.

    Negara kita dikenal sebagai negara

    kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah

    pulau yang sangat banyak yaitu 17.508 pulau

    dan dengan garis pantai yang terpanjang

    kedua setelah Kanada yaitu 81.209 kilometer.

    Sekitar 60% wilayah kedaulatan Indonesia

    merupakan laut (NONTJI, 2004). Oleh

    karenanya negara kita memiliki ke-anekaragaman hayati yang berlimpah.

    Keanekaragaman biota laut tersebut sangat

    bervariasi dan tidak dimiliki oleh negara-negara

    lain, sehingga disebut pula negara yang

    memiliki keanekaragaman tertinggi di dunia

    atau "Mega diversity in the World".

    Sehubungan dengan hal tersebut,

    marilah kita telaah gambaran mengenai biota

    laut mulai dari mengenal, mengkoleksi dan

    merawatnya baik di lapangan maupun di

    laboratorium hingga menjadi koleksi rujukan

    (referens koleksi).Tulisan ini akan membahas: bagaimana

    mengenal biota laut?, yang merupakan tulisan

    pertama tentang biota laut.

    1) Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta.

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    2/12

    28

    MENGENAL BIOTA LAUT

    Biota laut terbagi atas 2 kelompok yaitu:

    kelompok hewan dan kelompok tumbuhan.

    Untuk mengenal biota laut lebih jauh, kita perlu

    mengetahui sifat-sifat dari biota tersebut.

    Menurut ROMIMOHTARTO & JUWANA

    (1999) berdasarkan sifatnya, biota laut dibagi

    menjadi 3 katagori, yaitu:

    Planktonik: yaitu biota yang

    melayang-layang, mengapung dan berenang

    mengikuti arus (karena tidak dapat melawan

    arus). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa

    plankton, merupakan biota laut yang memiliki

    keanekaragaman tinggi di laut. Jenis plankton

    ini banyak dijumpai di kolom permukaan air

    (mintakat pelagik).

    1. Plankton terbagi 2 yaitu:

    - Fitoplankton (plankton tumbuhan):

    algae biru, algae coklat, algae merah,

    dinoglagellata dan lain-lain.

    - Zooplankton (plankton hewan): lucifer,

    acetes (udang rebon), ostracoda,

    cladocera dan lain-lain.

    2. Nektonik: biota yang berenang-renang

    (hanya terdiri dari hewan saja): ikan, ubur-ubur, sotong, cumi-cumi dan lain-lain.

    3. Bentik: biota yang hidup di dasar atau dalam

    substrat, baik tumbuhan maupun hewan.

    Terbagi dalam 3 macam.

    - Menempel: sponge, teritip, tiram dan

    lain-lain

    - Merayap: kepiting, udang karang yang

    kecil-kecil dan lain-lain

    - Meliang: cacing, kerang dan lain-lain

    Jadi pada dasarnya pembagian biota-

    biota di laut bukan berdasarkan ukuran besaratau kecil, tetapi berdasarkan pada kebiasaan

    atau sifat hidupnya secara umum, seperti

    gerakan berjalan, pola hidup dan sebaran

    menurut ekologi. Banyak biota laut yang di

    dalam siklus hidupnya mempunyai lebih dari

    satu sifat, yaitu sewaktu larva hidup sebagai

    planktonik dan berubah sifat menjadi nektonikatau bentik saat juvenile (juwana) ataupun saat

    dewasa (contohnya udang, kepiting, ikan dan

    lain-lain) (NYBAKKEN, 1993).

    A. KELOMPOK BIOTA LAUT

    1. Ikan

    Ikan termasuk hewan yang memiliki

    tulang belakang (vertebrata), berdarah dingin

    dan mempunyai insang. Jenis hewan ini

    merupakan penghuni laut yang paling banyak

    yaitu sekitar 42,6% atau sekitar 5000 jenis

    yang telah diidentifikasi, mempunyaikeanekaragaman jenis yang tinggi baik dalam

    bentuk, ukuran, warna dan sebagian besar

    hidup di daerah terumbu karang

    (TJAKRAWIDJAYA, 1999).

    Menurut LAGLER et al., (1962), ikan

    dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu:

    Agnata, merupakan ikan primitif seperti

    Lampreys dan Hagfishes; ikan bertulang

    rawan (Chondrichthyes), misalnya: ikan cucut

    (hiu) dan ikan pari; dan ikan bertulang sejati

    (Osteichthyes = Teleostei).

    Ikan cucut (hiu) dan ikan pari (ikan

    bertulang rawan) adalah jenis ikan yang relatif

    mudah ditangkap, terdapat dalam jumlah yang

    besar di perairan Indonesia. Jenis-jenis yang

    banyak ditangkap adalah Zygaena sp (hiu

    martil = hammer-head shark); Galeorphynus

    australis (hiu caping); Lamna nasus (hiu

    gergaji); Alopias vulpinis (hiu parang) dan

    Prionace glauca (hiu biru). Sedangkan jenis

    yang sering terlihat di daerah terumbu karang

    adalah Carcharhinus spp (black tip reef),

    Triaenodon spp (white tip reef) dan

    Carcharhinus amblyrhychos (cucut moncong

    putih) (Gambar 1) (ROMIMOHTARTO &YUWANA. 1999). Hiu merupakan ikan yang

    serbaguna, hampir semua tubuhnya mulai dari

    ujung kepala hingga ujung ekor dapat

    dimanfaatkan, termasuk organ dalamnya.

    Bagian tubuh terpenting yang mempunyai nilai

    ekonomi tertinggi adalah sirip dan hatinya.

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    3/12

    29

    Gambar 1. Carcharhinus amblyrhychos (cucut moncong putih) (ZUBI, 1999)

    Gambar 2. Ikan terumbu karang A. suku Chaetodontidae (Butterflyfish);

    B. suku Zanclidae (BUDIYANTO, 2000).

    A. B.

    Ikan bertulang sejati merupakan ikan

    yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik sebagai

    ikan hias ataupun sebagai ikan konsumsi. Ikan

    konsumsi yang merupakan komoditi andalan

    adalah Thunnus spp (tuna); Katsuwanus

    pelamis (cakalang); Sardinella longiseps

    (lemuru) dan Rastrelliger spp (kembung).

    Selain itu ada pula ikan yang tergolong

    dibudidayakan seperti Chanos chanos

    (bandeng) yang secara tradisi dibudidayakandi tambak; ikan beronang (Siganidae); kerapu

    (Serranidae) dan kakap putih (La tes

    calcarifer) juga sudah mulai dicoba untuk

    dibudidayakan (ROMIMOHTARTO &

    YUWANA. 1999).

    Sedangkan jenis ikan hias yang mudah

    dan paling umum dijumpai di terumbu karang

    adalah dari kelompok Pomacentridae, termasuk

    " anemonfish" dan "angelfish" yang memiliki

    warna sangat indah. Disamping itu juga dari

    kelompok Chaetodontidae, ZanclidaeLethrinidae dan Haemulidae (Gambar 2).

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    4/12

    2. Krustasea

    Kelompok hewan ini terdiri dari udang

    dan kepiting umumnya hidup di lubang-

    lubang, celah-celah terumbu karang atau di

    balik bongkahan batu dan karang. Aktivitas

    kelompok hewan ini dilakukan pada malam hari,

    misalnya waktu mencari makan dan kegiatanlainnya, sedangkan siang hari dipergunakan

    untuk bersembunyi. Banyak macam sifat

    kehidupan dalam kelompok hewan ini,

    diantaranya ada yang hidup bersimbiose

    dengan hewan-hewan lain, misalnya dengan

    ikan, anemon, karang batu dan "sponge"

    (PRATIWI, 1993).Beberapa jenis krustasea memiliki

    nilai ekonomi yang penting yaitu "lobster"

    atau udang karang (Panulirus sp), udang

    windu (Penaeus monodon) dan Ketam kelapa

    (Birgus latro) (Gambar 3), selalu diburu karena

    merupakan sumberdaya laut yang sangatpotensial. Padahal di alam keberadaan jenis

    ini sudah semakin mendekati kepunahan dan

    perlu dilindungi seperti juga halnya dengan

    mimi, Tachypleus gigas (Horse shoe crab).3. Ekhinodermata

    Kelompok hewan ini biasanyamempunyai permukaan kulit yang berduri.

    Duri-duri yang melekat di tubuhnya itu

    bermacam-macam ada yang tajam, kasar dan

    atau hanya berupa tonjolan saja. Jenis yang

    termasuk kelompok ekhinodermata adalah

    bintang laut (Linckia laevigata), bulu babi

    (Diadema setosum), timun laut atau tripang

    (Holothuria nobilis), lili laut (Lamprometra

    sp), bintang mengular (Ophiothrix fragilis),

    mahkota seribu atau mahkota berduri(Acanthaster planci) (Gambar 4 dan 5)(LILLEY, 1999).

    Semua jenis dari kelompok inimempunyai nilai ekonomi yang tinggi baik

    Gambar 3. KrustaseaBirgus latro (Ketam kelapa) dan Panulirus sp.(udang karang, lobster) (ZUBI, 1999)

    Gambar 4. Ekhinodermata, bulu babi dan bintang laut (ZUBI, 2000)

    30

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    5/12

    Gambar 5. Ekhinodermata Crinoid danAcanthaster planci

    (BUDIYANTO, 2000)

    untuk dijadikan bahan makanan maupun

    untuk bahan hiasan di akuarium, kecuali

    bulu seribu, mahkota seribu atau mahkota

    duri merupakan jenis yang merusak, karena

    bila populasinya berlimpah akan memakan

    polip-polip karang dan menyebabkan

    karang berwarna putih serta lama kelamaan

    sebagian populasi karang akan rusak dan

    mati.

    4. Koral

    Koral atau yang lebih dikenal dengan

    sebutan karang batu termasuk kelompok

    hewan, tetapi berbentuk bunga, sehingga

    seringkali mengecoh, dengan demikian sering

    dianggap kelompok tumbuhan (Gambar 6).

    Bagian yang keras sesungguhnya merupakan

    cangkang dari hewan karang batu, yang

    tersusun dari zat kapur CaCO3. Bagian tubuh

    yang lunak disebut polip karang dan berbentuk

    seperti tabung dengan tentakel yang berjumlah

    6 buah atau kelipatannya serta terletak di

    keliling mulut. Tentakel tesebut dapat ditarikdan dijulurkan (LILLEY, 1999).

    Karang batu termasuk dalam kelompok

    Coelenterata atau Cnidaria bersama-sama

    dengan karang api, karang lunak, kipas laut

    (sea fan), pena laut (sea pen), anemon,

    ubur-ubur dan hydroid (hydrozoa) (Gambar

    7).

    Karang batu dibagi dalam 2kelompok:hermatipik yaitu karang yang mampu

    membentuk terumbu karang dengan bantuan

    Gambar 6. Beberapa jenis koral atau karang batu (ZUBI, 1999)

    31

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    6/12

    Gambar 7. Kipas laut (sea fan) (ZUBI, 1999) dan Akar bahar (Gorgonian)

    (BUDIYANTO, 2000)

    sel algae (zooxanthelae) yang terdapat dalam

    jaringan tubuhnya. LILLEY (1999) menjelaskan

    bahwa zooxan thelae berperan sebagai

    pensuplai makanan bagi karang batu.

    Sedangkan kelompok ahermatipik adalah

    kelompok yang tidak mempunyaizooxanthelladan hidup di tempat yang dalam serta tidak

    membentuk terumbu karang.

    Karang Batu berkembang biak

    secara seksual (perkawinan) dan aseksual

    (pembelahan). Sel jantan dan betina akan

    bertemu sehingga terjadi pembuahan dan

    menghasilkan larva planula. Larva tersebut

    bersifat plantonik, terbawa arus dan melekat

    di dasar yang sesuai. Setelah melekat di suatu

    substrat maka terjadilah perkembangbiakan

    secara pembelahan, yang dimulai dengan

    pembelahan polip-polip karang dan kemudian

    akan membentuk koloni (Gambar 8).Pertumbuhan karang sangat lambat sekali

    tergantung dari bentuk koloni karang batu dan

    kondisi lingkungan tempat hidup karang batu

    tersebut.

    Karang batu mempunyai bermacam-

    macam bentuk diantaranya: bercabang,

    berbentuk lembaran daun, berbentuk massif/

    Gambar 8. Bentuk polip karang (SUHARSONO, 1996)

    32

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    7/12

    33

    keras, berbentuk bulat dan berbentuk sepertijamur.

    5. Moluska

    Moluska merupakan hewan yang

    bertubuh lunak, ada yang bercangkang dan

    tidak bercangkang. Cangkangnya berfungsi

    untuk melindungi tubuhnya yang lunak.

    Menurut MARWOTO & SINTHOSARI (1999),

    filum moluska ini terbagi dalam 7 kelas yaitu:

    a. Monoplacophora: bercangkang keping

    tunggal dan sangat kecil, sehingga jarang

    ditemukanb. Polyplacophora: bercangkang keping

    banyak, misalnya Chiton (hidup di daerah

    pasang surut, melekat dengan kuat di batu-

    batu)

    c. Aplacophora: tanpa keping cangkang,

    bersifat bentik, misalnya: Archiannelida,

    cacing primitif (tubuhnya seperti cacing,

    tanpa cangkang).

    d. Gastropoda: bercangkang tunggal,

    berjalan dengan perutnya, misalnya jenis

    keong (Turbo sp, Conus sp dan Charonia

    sp.)

    e. Pelecypoda/Bivalvia: bercangkang

    setangkup, misalnya jenis kerang-kerangan

    (Tridacna sp atau Kima; Mytilus sp atau

    kerang hijau dan Pinctada sp atau kerang

    mutiara)

    f. Scaphopoda: bercangkang seperti tanduk/gading yang berlubang di kedua ujungnya,

    misalnya Dentalium (hidup dengan

    menggali pasir)

    g. Cephalophoda: bercangkang di dalam

    (internal), misalnya cumi-cumi, sotong dan

    gurita

    Moluska dapat hidup di semua jenis

    habitat baik di darat, air tawar, air payau dan

    air laut. Kebanyakan moluska hidup di air laut.

    Di perairan tawar hanya diwakili oleh kelas

    Pelecypoda dan Gastropoda, sedangkan

    moluska darat kebanyakan diwakili oleh kelas

    Gastropoda.

    Kelompok moluska jenis Gastropoda

    banyak ditemukan di daerah pasang surut

    (intertidal) yang pada umumnya bersembunyi

    di balik batu, melekat pada tumbuhan air atau

    membenamkan diri di pasir. Pada pantai yang

    berpasir umumnya lebih banyak dijumpai

    kerang (Pelecypoda) daripada keong

    (Gastropoda).

    Kelas Gastropoda merupakan

    kelompok moluska laut yang terbanyak

    misalnya Turbo melanoticus, Conus sp danCharonia sp (Gambar 9).

    Ada moluska yang tidak mempunyai

    cangkang yaitu nudibranch (disebut juga

    kelinci laut). Tubuhnya berwarna-warni,

    Gambar 9. Moluska laut (nudibranch) dan Charonia tritonis (Triton)

    (BUDIYANTO, 2000)

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    8/12

    34

    bergerak dengan gerakan seperti menari.Hewan ini banyak ditemukan pada rataan atau

    lereng terumbu karang.

    Kelas Pelecypoda/Bivalvia dengan

    cangkang setangkup, biasanya hidup di dasar

    laut atau ditemukan melekat dengan kakinya

    yang disebut "bysus". Makanannya berupa

    plankton yang tersaring melalui lubang yang

    terdapat di dalam tubuhnya atau disebut juga

    hewan penyaring.

    Sedangkan kelas Cephalophoda,

    adalah kelompok yang mempunyai cangkang

    di dalam yaitu cumi-cumi, sotong dan gurita.

    Cumi-cumi dan sotong akan mengeluarkan alat

    bela diri yang berupa cairan hitam seperti tinta,

    apabila dalam keadaan bahaya. Sedangkan

    yang memiliki cangkang di luar dalam kelas ini

    adalah Nautilus.Nautilusmemiliki kemampuan

    berubah warna sesuai dengan kondisi

    lingkunganya, sehingga tidak terlihat oleh

    pemangsanya. Hal ini disebabkan karena

    Nautilus mempunyai kemampuan mimikri

    (ROMIMOHTARTO & YUWANA, 1999).

    6. Sponge

    Sponges termasuk dalam kelompokPorifera yaitu hewan yang mempunyai tubuh

    berpori-pori atau saluran. Melalui pori-pori dan

    saluran ini, air akan diserap oleh sel khusus

    yang disebut dengan "sel leher " (collar cell).

    Sebagian besar dari kelompok hewan ini hidup

    di laut dan hanya beberapa jenis saja yang

    hidup di air tawar.

    Larva hewan ini dapat menyebar secara

    luas, terbawa arus dan bergerak sangat aktif,

    tetapi setelah dewasa hidup melekat dan

    menetap pada karang batu dan dasar laut.

    Makanannya berupa zooplankton atau hewan

    kecil dan bakteri yang terbawa arus serta masuk

    ke dalam tubuhnya.

    Jenis hewan ini banyak dijumpai di laut

    dengan bentuk dan warna yang sangat

    beraneka dan sangat menarik, hal ini

    disebabkan oleh zooxanthellae yang hidup

    dalam jaringan tubuhnya. Sponge juga memiliki

    nilai ekonomi yang tinggi, karena masyarakat

    telah banyak mengunakannya sebagai bahan

    dasar kosmetika dan bahan obat-obatan.

    B. KELOMPOK TUMBUHAN LAUT

    Gambar 10. Nautilus sp. dan cumi-cumi (Sephia) (ZUBI, 1998)

    34

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    9/12

    Gambar 11.Dendroneptia spp. (karang lunak) (SUHARSONO, 2000)

    1. Algae (Rumput Laut)

    Jenis tumbuhan yang banyak ditemui

    di laut salah satunya adalah algae atau rumput

    laut. Algae termasuk kelompok tumbuhan

    yang dapat digunakan sebagai bahan pangan,

    bahan obat-obatan, bahan kimia industri dan

    juga sebagai bahan pupuk pertanian. Algae

    banyak dijumpai di daerah terumbu karang

    dengan warna yang bermacam-macam.

    Perbedaan warna tersebut disebabkan oleh

    kandungan pigman (chlorophyl) yang

    terdapat pada tumbuhan tersebut. Berdasarkan

    warnanya maka algae dapat dibagi dalam 3

    kelompok yaitu:

    " Chlorophyta yaitu algae yang

    mengandung pigmen berwarna hijau,

    misalnya: Halimeda sp., Caulerpa sp.

    dan Ulva sp.

    " Phaeophyta yaitu algae yang

    mengandung pigmen berwarna coklat,misalnya: Padina spp., Sargassum spp.

    " Rhodophyta yaitu algae yang

    mengandung pigmen merah, misalnya:

    Gracilaria spp., Eucheuma spp.,Gelidium spp. danHypneaspp.

    Gambar 12. Algae (Caulerpa dan Ulva) (ZUBI, 2000)

    35

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    10/12

    36

    Algae adalah tumbuhan rendah, karenatidak memiliki batasan yang jelas antara

    batang, bunga dan buah. Memilki potensi

    sebagai bahan pembuat agar-agar seperti

    Gracilaria dan Gelidium, banyak terdapat di

    padang lamun dan daerah terumbu karang

    terbuka. Eucheuma sp., selain penghasil agar

    juga karaginan (bahan untuk kosmetika,

    industri, dan farmasi) banyak terdapat dalam

    goba-goba. Algae juga berpotensi sebagai

    bahan pupuk, makanan hewan dan sumber

    alginat, contohnya Sargassum sp. Sedangkan

    Caulerpa sp, merupakan jenis rumput laut

    yang mahal, karena selain bermanfaat sebagai

    sayur mayur bagi manusia juga dapat dijadikan

    makanan ternak.

    2. Lamun (Seagrass)Tumbuhan lamun termasuk dalam

    golongan tumbuhan tingkat tinggi, karena

    batang, daun, bunga dan buahnya dapat

    diibedakan dengan jelas. Juga merupakan

    tumbuhan berbunga (Angiospermae),

    mempunyai daun, rimpang (rhizoma) dan akar,

    sehingga mirip dengan rumput di darat.

    Kebanyakan lamun hidup di perairan yang

    relatif tenang, bersubstrat pasir halus dan

    lumpur. Di perairan Indonesia hanya

    dikenal 12 jenis, di antaranya adalah:

    Thalassia hemprichii, Halodule univervis,

    Thalassodendron ciliatum, Cymodocea

    serrulata, Halophila ovalis, Enhalus

    acoroides, dan Syringodium isoetifolium

    (ROMIMOHTARTO & YUWANA, 1999).

    Gambar 13. Lamun (Seagrass) (ZUBI, 1999)

    36

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    11/12

    37

    Manfaat lamun sangat banyak seperti,penyaring limbah, stabilator pantai, sebagai

    bahan pabrik kertas, sumber bahan kimia

    penting, pupuk, makanan dan obat-obatan.

    Bahkan secara tradisional tumbuhan lamun

    dapat dianyam menjadi keranjang atau atap

    rumbia, cerutu dan mainan anak-anak

    (ROMIMOHTARTO & YUWANA, 1999).

    3. Tumbuhan Bakau (Mangrove)

    Tumbuhan berbunga lainnya selain

    lamun adalah tumbuhan mangrove atau dikenal

    juga dengan sebutan bakau. Tumbuhan ini

    dapat bertahan hidup pada perairan yang

    mempunyai kadar garam yang tinggi dengan

    ketersediaan oksigen yang terbatas.

    Ciri khas tumbuhan ini yaitu: akarnya

    berupa akar nafas dan akar lutut yaitu akar

    yang muncul ke permukaan tanah dan

    berfungsi untuk bernafas atau untuk

    mengambil kebutuhan oksigen sebanyak-

    banyaknya, sehingga dapat bertahan hidupapabila terendam air. Bentuk daun biasanya

    tebal, untuk menampung air sebanyak-

    banyaknya, sehingga dapat bertahan hidup

    di lingkungan yang berkadar garam tinggi.

    Macam-macam jenis mangrove diantaranya

    Avecinnia spp., Bruguiera spp., Sonneratia

    spp., Ceriops spp. dan Rhizophora spp.

    (ROMIMOHTARTO & YUWANA, 1999).

    Keistimewaan daerah mangrove adalah

    dapat menunjang produksi makanan laut

    dengan menyediakan zat hara ke goba atau

    danau di daerah pantai dan ke perairan pantai

    di sekitarnya, serta dapat menjadi daerah

    asuhan bagi hewan-hewan terutama krustasea

    dan ikan. Secara fisik mangrove dapat

    bermanfaat sebagai penahan gelombang laut,

    sehingga dapat mempertahankan struktur

    darat yang terkait dengan lokasi tumbuhnya

    mangrove. Selain itu juga dapat berfungsi

    sebagai penyaring masuknya air laut ke darat.

    Gambar 14. Tumbuhan bakau (Avecinnia spp. danRhizophora spp.)

    (ROMIMOHTARTO & JUWANA, 1999)

    37

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

  • 7/30/2019 oseana_xxxi(1)27-38

    12/12

    38

    DAFTAR PUSTAKA

    BUDIYANTO, A. 2000. Koleksi Foto Pusat

    Penelitian Oseanografi, Bidang

    Sumberdaya Laut. Biota Laut dari

    Perairan Indonesia.

    LAGLER, K.F., BARDACH and R. R. MILLER,

    1962. Ichthyology. Wiley International

    Edition, Singapore: 545 pp.

    LILLEY, G.R. 1999. Buku Panduan Pendidikan

    Konservasi. Terumbu Karang

    Indonesia. Direktorat Jenderal

    Perlindungan dan Konservasi Alam,

    Natural Resources Management

    Program, USAID, Yayasan Pustaka

    Alam Nusantara dan The Nature

    Conservacy (Edisi Pertama): 55 hal.

    MARWOTO, R.M. dan A. M. SINTHOSARI,

    1999. Pengelolaan Koleksi Moluska.

    Dalam: Buku Pegangan Pengelolaan

    Koleksi Spesimen Zoologi. Yayuk, R.

    Suhardjono (Ed). Balai Penelitian dan

    Pengembangan Zoologi, PusatPenelitian dan Pengembangan Biologi,

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:

    218 hal.

    NONTJI, A. 2004. Upaya Anak Bangsa dalam

    Penyelamatan dan Pemanfaatan Lestari

    Terumbu Karang. COREMAP TAHAP.

    Kantor Pengelola Program COREMAP,Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga

    Ilmu Pengetahuan Indonesia: 130 hal.

    NYBAKKEN, J. W. 1993. Biologi Laut. Suatu

    Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia,

    Jakarta: 325 hal.

    PRATIWI, R. 1993. Beberapa Catatan

    Mengenai Kehidupan Udang Pistol.

    OSEANA: Vol. XVIII, No. 2: 77-85.

    ROMIMOHTARTO, K. dan JUWANA, S. 1999.

    Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan

    Tentang Biota Laut. Pusat Penelitian

    dan Pengembangan Oseanologi-LIPI,

    Jakarta: 527 hal.

    SUHARSONO, 1996. Jenis-jenis karang yang

    umum dijumpai di perairan Indonesia.

    Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Oseanologi- LIPI, Jakarta: 116 hal.

    TJAKRAWIDJAYA, A. H. 1999. Pengelolaan

    Koleksi Ikan. Dalam:Buku Pegangan

    Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi.(Suhardjono, Y.R. ED). Balai Penelitian

    dan Pengembangan Zoologi. Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Biologi.

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,

    Jakarta: 218 hal.

    ZUBI, 1999. Koleksi Pribadi Foto Biota Laut.

    38

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006