22
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR SISWA ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti : Risma Yulia Amiranti (702011018) Ariya Dwika Cahyono, S.Kom., M.T. Angela Atik Setiyanti, S.Pd., M.Cs. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga November 2015

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT

INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR SISWA

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti :

Risma Yulia Amiranti (702011018)

Ariya Dwika Cahyono, S.Kom., M.T.

Angela Atik Setiyanti, S.Pd., M.Cs.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

November 2015

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk
Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk
Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk
Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk
Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk
Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk Meningkatkan

Kemampuan Kognitif dan Psikomotor Siswa

1)Risma Yulia Amiranti,

2)Ariya Dwika Cahyono, S.Kom., M.T.,

3)

Angela Atik Setiyanti, S.Pd.

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : 1)

[email protected] 2)

[email protected] 3)

[email protected]

Abstract

The purpose of this research is to determine whether there is an increase in cognitive and

psychomotor abilities of student on the subject of ICT after applying learning model of

Explicit Instruction by using NetSupport School. The research method used is a quasi

experimental design with nonequivalent control group design. Population in this research

is class XI student of SMA Negeri 1 Pabelan and the sample consisted of 20 students of

experimental class and 20 students of control class. The results showed that the

implementing learning model of Explicit Instruction by using the NetSupport School

proved to increase cognitive and psychomotor abilities of student on the subjects of ICT

in SMA Negeri 1 Pabelan.

Keywords : Explicit Instruction, NetSupport School, cognitive, psychomotor, ICT.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan kognitif

dan psikomotor siswa pada mata pelajaran TIK setelah diterapkan model pembelajaran

Explicit Instruction dengan menggunakan NetSupport School. Metode penelitian yang

digunakan adalah quasi experimental design dengan desain nonequivalent control group

design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pabelan dan

sampelnya adalah 20 siswa kelas eksperimen dan 20 siswa kelas kontrol. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Explicit Instruction dengan

menggunakan NetSupport School terbukti meningkatkan kemampuan kognitif dan

psikomotor siswa pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Pabelan.

Kata kunci : Explicit Instruction, NetSupport School, kognitif, psikomotor, TIK.

1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan

Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2)

Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 3)

Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

2

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam mengembangkan

Sumber Daya Manusia (SDM). Proses belajar mengajar tidak terlepas dari

komponen siswa dan guru. Komponen-komponen pembelajaran akan saling

berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan [1]. Proses belajar mengajar dinyatakan berhasil

apabila semua siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan batas nilai KKM yang

telah ditentukan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya [2]. Pada umumnya hasil

belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada aspek kognitif,

sedangkan mata ajar praktik lebih menekankan pada aspek psikomotor. Pada

kedua aspek tersebut mengandung aspek afektif [3].

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran

TIK di SMA Negeri 1 Pabelan terdapat permasalahan pada hasil belajar siswa.

Permasalahan yang ditemukan adalah proses pembelajaran yang kurang menarik.

Siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang diterapkan di sekolah karena

selama ini guru hanya menerapkan model pembelajaran konvensional. Pada

model pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered karena guru

menggunakan metode ceramah sebagai metode utama dan siswa hanya

mendengarkan penjelasan dari guru. Hal tersebut yang menyebabkan siswa

kurang tertarik dengan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa belum

memenuhi nilai di atas KKM yang ditentukan sekolah, yaitu ≥ 75.

Pembelajaran pada mata pelajaran TIK dilaksanakan di laboratorium

komputer. Pada laboratorium komputer tersedia LCD projector dan setiap

komputer terhubung dengan jaringan LAN. Penyampaian materi dilakukan

dengan menampilkan materi di layar LCD projector kemudian guru menjelaskan.

Kondisi ruang laboratorium komputer yang cukup luas membuat materi yang ada

di layar LCD projector tidak dapat diperhatikan oleh semua siswa dengan jelas.

Hanya beberapa siswa yang tempat duduknya di depan dan lurus dengan layar

LCD projector yang dapat melihat materi dengan jelas. Permasalahan lain yang

ditemukan adalah kurangnya pengawasan guru terhadap aktivitas siswa yang

menyebabkan siswa dapat melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan

dengan materi yang diajarkan, misalnya bermain game dan browsing website.

Berdasarkan masalah yang ditemukan maka proses pembelajaran harus

memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. Adanya jaringan LAN di

laboratorium komputer maka dapat mempermudah akses antar komputer satu

dengan komputer lain serta akses komputer siswa dengan komputer guru. Guru

dapat menggunakan jaringan LAN untuk mengembangkan pembelajaran dengan

menggunakan program aplikasi NetSupport School. Penggunaan NetSupport

School bertujuan untuk mempermudah guru memberikan materi pelajaran secara

terorganisir. Selain itu, guru juga dapat mengendalikan siswa melalui komputer

server. Demikian, siswa akan fokus pada pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini

adalah hasil belajar pada aspek kognitif dan psikomotor.

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

3

Selain memanfaatkan fasilitas yang ada, perlu dilakukan perubahan model

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selama ini guru masih

menerapkan model pembelajaran konvensional. Tidak mudah bagi guru untuk

menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif yang umumnya memerlukan

persiapan yang matang, berbagai media serta fasilitas yang mendukung. Begitu

juga dengan siswa yang terbiasa hanya menerima ceramah dan materi dari guru,

siswa merasa malas apabila harus belajar secara mandiri. Demikian, diperlukan

suatu model pembelajaran yang tidak sepenuhnya menghilangkan ceramah dari

guru, namun juga mampu mengembangkan kemandirian, kemampuan berfikir,

serta ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah model

pembelajaran Explicit Instruction. Model pembelajaran Explicit Instruction

merupakan model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari

keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah

demi selangkah [4].

Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dilakukan penelitian tentang

penerapan model pembelajaran Explicit Instruction dengan menggunakan

NetSupport School untuk meningkatkan nilai kognitif dan psikomotor siswa pada

mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Pabelan.

2. Kajian Pustaka

Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini digunakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian ini. Penelitian yang pertama oleh Putu Prema Savita Shanti

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Terhadap Hasil

Belajar TIK Siswa Kelas VIII (Studi Kasus : SMP Negeri 3 Singaraja Tahun

Ajaran 2012/2013)”, menyimpulkan hasil belajar siswa dengan model

pembelajaran Explicit Instruction lebih tinggi dari model pembelajaran

konvensional sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara siswa yang

dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction [5].

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Nonie Angeline Yunita dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Power Point dan Animasi

Berbasis Macromedia Flash dengan Model Explicit Instruction pada Mata

Pelajaran Desain Grafis Kelas XI IPA di SMA Negeri 11 Yogyakarta”,

menunjukkan bahwa penerapan model Explicit Instruction pada mata pelajaran

Desain Grafis menggunakan media Power Point dan Animasi Berbasis

Macromedia Flash dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 11 Yogyakarta yang diterapkan dalam materi penggunaan perangkat lunak

pembuat animasi [6]. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Niken Yunistira

dengan judul “Penerapan Aplikasi NetSupport School Terhadap Hasil Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi

(KKPI) di SMK Negeri 5 Padang”, menyebutkan bahwa penerapan aplikasi

NetSupport School dapat diterapkan dengan baik terhadap hasil belajar siswa

kelas X di SMK Negeri 5 Padang pada mata pelajaran KKPI [7].

Penelitian yang dilakukan oleh Putu dan Nonie terdapat persamaan dengan

penelitian ini, yaitu menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction.

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

4

Penelitian yang dilakukan oleh Niken juga terdapat persamaan dengan penelitian

ini, yaitu menggunakan NetSupport School. Selain itu juga terdapat perbedaan

dengan penelitian ini, yaitu (1) Penelitian yang dilakukan oleh Putu belum

menggunakan aplikasi pembelajaran, sedangkan penelitian ini menggunakan

aplikasi NetSupport School, (2) Penelitian yang dilakukan oleh Nonie

menggunakan media Power Point dan Macromedia Flash untuk meneliti hasil

belajar Desain Grafis, sedangkan penelitian ini menggunakan aplikasi NetSupport

School untuk meneliti nilai kognitif dan psikomotor pada mata pelajaran TIK, (3)

Penelitian yang dilakukan oleh Niken hanya menggunakan aplikasi NetSupport

School untuk meneliti hasil belajar siswa pada mata pelajaran KKPI, sedangkan

penelitian ini menggabungkan penerapan model pembelajaran Explicit Instruction

dengan menggunakan NetSupport School untuk meneliti nilai kognitif dan

psikomotor siswa pada mata pelajaran TIK.

Model Pembelajaran Explicit Instruction

Istilah lain dari model pembelajaran Explicit Instruction adalah model

pembelajaran langsung, direct instruction, active teaching model, training model,

mastery teaching. Model Explicit Instruction adalah salah satu pendekatan

mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang

terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap,

selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan

kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural

adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu [4]. Proses

pembelajaran dengan model Explicit Instruction yang memuat pemahaman

pengetahuan deklaratif dan prosedural sehingga diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan dasar dan kemampuan akademik siswa. Sintaks model Explicit

Instruction ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Sintaks Model Explicit Instruction [3]

Fase Peran Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

informasi latar belakang pelajaran, pentingnya

pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan

dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan

benar, atau menyajikan informasi demi tahap.

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan

pelatihan awal.

Fase 4

Mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil

melakukan tugas dengan baik, memberi umpan

balik.

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan

pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus

pada penerapan kepada situasi lebih kompleks

dan kehidupan sehari-hari.

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

5

NetSupport School

Program aplikasi NetSupport School adalah suatu program aplikasi yang

dapat meremote atau mengendalikan komputer dari jarak jauh dengan melalui

jaringan komputer. NetSupport School merupakan sebuah sistem atau program

aplikasi komputer yang dijalankan pada beberapa komputer atau PC yang

terhubung dengan jaringan [9]. NetSupport School memiliki fungsi yang dapat

menunjang proses pembelajaran di laboratorium komputer. NetSupport School

menyediakan kemampuan untuk mengatur dan memberikan konten pelajaran,

memonitor komputer siswa, dan menjadikan siswa fokus pada pembelajaran [10].

NetSupport School merupakan sebuah aplikasi yang dirancang khusus untuk

mempermudah guru dalam memberikan pelajarannya secara terorganisir dan

terkontrol. Guru mendemonstrasikan materi pelajaran melalui komputer server

dan siswa dapat melihat penjelasan guru pada komputer masing-masing. Dengan

menggunakan NetSupport School, guru dapat memonitor seluruh tampilan layar

siswa atau melihat apa saja yang dijalankan oleh siswa. Guru juga dapat

mengendalikan siswa melalui komputer server sehingga siswa akan fokus pada

pembelajaran. NetSupport School dirancang untuk mempermudah interaksi antara

guru dengan siswa atau pun antar siswa, misalnya seperti chatting, mengirim

informasi atau pesan (send message), sharing file, dan lain-lain. Guru juga dapat

memberikan feedback dari hasil kerja siswa secara langsung melalui NetSupport

School. Dengan demikian, guru tidak perlu mendatangi komputer siswa satu per

satu.

Kognitif pada Pembelajaran TIK

Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di

dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,

mensistesis, dan kemampuan mengevaluasi [3]. Aspek kognitif yang mencakup

kegiatan mental (otak) dengan menggunakan CAI (pembelajaran berbantuan

komputer) dapat dilakukan pada penerapan media pembelajaran TIK. Aspek

kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu : (1) Pengetahuan (knowledge). Pada

tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi

yang telah diterima sebelumnya [3]. Dengan bantuan media komputer mampu

menampilkan visual berupa gambar dan suara sehingga mempermudah seseorang

dalam mengingat kembali. (2) Pemahaman (comprehension). Pemahaman

dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi

yang telah diketahui [3]. Dengan bantuan media komputer pembelajaran akan

lebih mudah dan mampu memperjelas materi yang akan dijelaskan sehingga dapat

mempermudah pemahaman peserta didik dalam memahami materi yang

dijelaskan. (3) Penerapan (application). Penerapan merupakan kemampuan untuk

menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi

yang baru [3]. Dengan bantuan media komputer dapat mempermudah

mengaplikasikan sesuatu yang dapat digunakan dalam dunia nyata menggunakan

visualisasi yang ada pada komputer. (4) Analisis (analysis). Dalam tingkat ini

peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan

dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau

prosedur yang telah dipelajari [3]. Dengan bantuan media komputer dapat

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

6

mempermudah menganalisis sesuatu dengan menggunakan visualisasi yang ada

pada komputer. (5) Sintesis (synthesis). Sintesis merupakan kemampuan

seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur

pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh [3].

Dengan bantuan media komputer dapat mempermudah mensintesis sesuatu

dengan menggunakan visualisasi yang ada pada komputer. (6) Evaluasi

(evaluation). Pada tahap ini mengharapkan peserta didik mampu membuat

penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda

dengan menggunakan kriteria tertentu [3]. Dengan bantuan media komputer dapat

mempermudah suatu evaluasi sesuatu dengan menggunakan visualisasi yang ada

pada komputer.

Psikomotor pada Pembelajaran TIK

Kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang mencakup gerakan

fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan tangan ini menunjuk pada tingkat

keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu [3]. Aspek

psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu : (1) Imitasi adalah kemampuan

melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau

diperhatikan sebelumnya. (2) Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan

sederhana yang belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan pada pedoman atau

petunjuk saja. (3) Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang

akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang presisi. (4) Artikulasi

yaitu kemampuan melakukan kegiatan kompleks dan ketepatan sehingga produk

kerjanya utuh. (5) Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara

refleks yaitu kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi

[3]. Dengan bantuan media komputer dapat mempermudah proses pembelajaran

TIK dalam mengembangkan aspek psikomotor. Penilaian hasil belajar psikomotor

dapat dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan cara mengetes

peserta didik atau dapat juga setelah proses belajar selesai.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (Quasi Experimental Design). Desain eksperimen yang digunakan adalah

Nonequivalent Control Group Design. Di mana terdapat dua kelompok yang

berbeda, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih tidak

secara random [11]. Kedua kelompok diberi pre-test untuk mengetahui keadaan

awal, dikenai treatment, kemudian diberikan post-test kepada kedua kelompok

untuk melihat keadaan akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1

Pabelan Tahun Ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel tidak diambil secara acak,

namun berdasarkan rekomendasi dari sekolah dan guru TIK SMA Negeri 1

Pabelan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2,

masing-masing kelas berjumlah 20 siswa. Berdasarkan hasil pre-test, kelas XI

IPA 1 ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas

kontrol.

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

7

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan

kuesioner (angket). Tes dijadikan acuan untuk mengetahui nilai kognitif siswa.

Observasi digunakan untuk mengetahui penilaian unjuk kerja siswa dengan

melakukan pengamatan terhadap keterampilan (psikomotor) siswa. Kuesioner

(angket) digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran

yang telah dilakukan.

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post-

test berupa pilihan ganda (multiple choice). Pre-test dan post-test menggunakan

soal yang sama namun hanya dibedakan pada penomoran soal. Kisi-kisi soal tes

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kisi-kisi Soal Tes

No. Aspek yang Diamati Indikator

1. Pengetahuan (knowledge) 1.1 Siswa mampu menjelaskan pengertian program

pengolah angka

1.2 Siswa mampu mengidentifikasi format pada

Microsoft Excel

2. Pemahaman

(comprehension)

2.1 Siswa mampu menjelaskan format dan fungsi

pada lembar kerja Microsoft Excel

3. Penerapan (application) 3.1 Siswa mampu melakukan langkah dasar

pengoperasian Microsoft Excel

3.2 Siswa mampu menggunakan fungsi pada lembar

kerja Microsof Excel

4. Analisis (analysis) 4.1 Siswa mampu menganalisis fungsi pada lembar

kerja Microsoft Excel

5. Sintesis (synthesis) 5.1 Siswa mampu mengatur format pada Microsoft

Excel

6. Evaluasi (evaluation) 6.1 Siswa mampu membuktikan fungsi statistik

Instrumen yang digunakan untuk penilaian unjuk kerja siswa menggunakan

rubrik lembar penilaian. Pengisian rubrik lembar penilaian dilakukan dengan

memberikan check list pada kolom skor yang tersedia dan kriteria penilaiannya

menggunakan skala likert. Kisi-kisi soal unjuk kerja dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kisi-kisi Soal Unjuk Kerja

No. Aspek yang Diamati Indikator

1. Imitasi 1.1 Siswa dapat mengatur pembuatan data pada

lembar kerja Microsoft Excel

2. Manipulasi 2.1 Siswa dapat mengidentifikasi format pada

Microsoft Excel

3. Presisi 3.1 Siswa dapat melakukan perhitungan fungsi

pada Microsoft Excel

4. Artikulasi 4.1 Siswa dapat mengoperasikan dokumen

pengolah angka dengan variasi teks

5. Naturalisasi 5.1 Siswa dapat menggunakan perintah dasar

Microsoft Excel

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

8

Kemampuan siswa pada setiap aspek kognitif dan psikomotor kelas

eksperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

81% sampai 100% = sangat tinggi, 61% sampai 80% = tinggi, 41% sampai 60%

= sedang, 21% sampai 40% = rendah, dan 0% sampai 20% = sangat rendah [12].

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan meliputi: (1) Melaksanakan studi

pendahuluan melalui observasi untuk mengetahui keadaan sekolah, fasilitas yang

ada di sekolah, dan proses pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah

serta melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui permasalahan yang

dihadapi selama pembelajaran dan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada

mata pelajaran TIK. (2) Menentukan populasi dan sampel penelitian yang

nantinya akan diterapkan dalam penelitian. (3) Studi literature dilakukan untuk

memperoleh teori mengenai permasalahan yang akan diteliti. (4) Menyiapkan

RPP, materi ajar, dan aplikasi NetSupport School. (5) Menyusun instrumen

penelitian berupa tes, rubrik lembar penilaian, dan kuesioner (angket). (6)

Melakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba instrumen tes berupa validitas

dan reliabilitas yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII SMA Negeri 1

Pabelan. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Kriteria soal dikatakan valid jika nilai r

hitung > 0,3 [13]. Hasil uji validitas dari 30 soal ada 20 soal yang valid dan ada 10

soal yang tidak valid. Instrumen rubrik penilaian unjuk kerja di uji validitas oleh

ahli. Setelah uji validitas, dilakukan uji reliabilitas. Instrumen yang reliabel berarti

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama [13]. Kriteria suatu instrumen penelitian

dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas > 0,6 [14]. Berdasarkan

perhitungan dengan bantuan software statistik diperoleh nilai 0,815 maka

instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memberikan tes awal atau

pre-test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian memberikan

perlakuan kepada kelas eksperimen, yaitu menerapkan model pembelajaran

Explicit Instruction dengan menggunakan NetSupport School dan menerapkan

metode konvensional pada kelas kontrol. Selanjutnya kelas eksperimen dan kelas

kontrol diberikan tes akhir atau post-test untuk melihat nilai kognitif siswa dan

diberikan unjuk kerja melalui pengisian check list pada rubrik lembar penilaian

untuk melihat nilai psikomotor siswa. Pada kelas eksperimen juga diberikan

kuesioner (angket) untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran Explicit Instruction dengan menggunakan NetSupport School.

Tahap penelitian yang ketiga adalah tahap akhir. Hasil pre-test, post-test,

dan rubrik lembar penilaian dievaluasi untuk mengetahui nilai kognitif dan

psikomotor siswa. Tahap akhir terdiri dari beberapa tahap, yaitu (1) pengolahan

data, (2) analisis data, (3) penarikan kesimpulan, dan (4) penulisan laporan.

Data pada aspek kognitif diperoleh dari data nilai pre-test dan post-test

sedangkan data pada aspek psikomotor diperoleh dari unjuk kerja siswa. Hasil

perhitungan data pada aspek kognitif dan psikomotor dianalisis dengan melakukan

uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan uji

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

9

homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang diteliti mempunyai

varian yang sama. Apabila data nilai pre-test dan post-test yang telah diuji terbukti

berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen maka tahap selanjutnya

adalah menguji hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan pengujian

Independent-Sample T-Test. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai

thitung dengan nilai ttabel pada tingkat signifikansi 5%. Apabila nilai thitung < nilai ttabel

maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan apabila nilai thitung > nilai ttabel maka

Ha diterima dan Ho ditolak [12]. Perhitungan pengujian dilakukan dengan

bantuan software statistik. Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dari hasil

penelitian.

4. Hasil Penelitan dan Pembahasan

Penelitian dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-

masing selama empat kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit. Pokok

bahasan yang disampaikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, yaitu

dokumen pengolah angka dengan variasi teks dan tabel. Kelas XI IPA 1 sebagai

kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen

adalah kelas yang akan diberi perlakuan (model pembelajaran Explicit Instruction

dengan menggunakan NetSupport School). Kelas kontrol adalah kelas yang tidak

diberi perlakuan (model pembelajaran konvensional).

Pada pertemuan pertama, memberikan tes awal atau pre-test selama 30

menit kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan

awal yang dimiliki siswa. Hasil pre-test yang lebih rendah akan dijadikan sebagai

kelas eksperimen. Pada pertemuan kedua dan ketiga, memberikan perlakuan

kepada kelas eksperimen dan menerapkan model pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol. Materi belajar pada pertemuan kedua adalah mendemonstrasikan

pembuatan spreadsheet baru pada Microsoft Excel dan melakukan langkah dasar

pengoperasian pada Microsoft Excel, sedangkan materi belajar pada pertemuan

ketiga adalah menjelaskan format dan fungsi pada Microsoft Excel dan

memasukkan data dalam cell pada Microsoft Excel. Pada pertemuan keempat,

memberikan tes akhir atau post-test selama 30 menit kepada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Post-test digunakan untuk membandingkan nilai kognitif siswa

sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran. Soal pre-test dan post-test

berupa pilihan ganda (multiple choice) sebanyak 20 soal. Pre-test dan post-test

menggunakan soal yang sama, namun hanya dibedakan pada penomoran soal.

Post-test kelas eksperimen dilakukan menggunakan Test Designer pada

NetSupport School. Setelah mengerjakan post-test, siswa diperintahkan untuk

mengerjakan unjuk kerja selama 45 menit. Penilaian unjuk kerja melalui

pengisian check list pada rubrik lembar penilaian untuk melihat nilai psikomotor

siswa. Pada kelas eksperimen juga diberikan kuesioner (angket) untuk mengetahui

tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Explicit Instruction

dengan menggunakan NetSupport School.

Proses pemberian perlakuan pada kelas eksperimen guru mengawali

pembelajaran dengan salam pembuka, berdo’a, dan mengecek kehadiran siswa.

Selanjutnya guru menyalakan komputer server yang sudah terhubung jaringan

LAN sehingga dapat berhubungan langsung dengan komputer siswa. Pada

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

10

komputer server dan komputer siswa sudah terinstall software NetSupport School.

Dengan demikian, komputer siswa dapat terhubung langsung dengan NetSupport

School sehingga guru dapat mengendalikan komputer siswa melalui komputer

server.

Pada proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Explicit

Instruction terdapat lima fase. (1) Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai pada pertemuan hari ini, kemudian guru meminta siswa untuk menyalakan

komputer dan bersiap untuk menerima materi yang akan dipelajari. (2) Fase 2 :

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan. Pada pertemuan kedua, guru

mendemonstrasikan pembuatan spreadsheet baru pada Microsoft Excel dan

menjelaskan langkah dasar pengoperasian pada Microsoft Excel melalui

NetSupport School. Pada pertemuan ketiga, guru menjelaskan format dan fungsi

pada Microsoft Excel dan mendemonstrasikan cara memasukkan data dalam cell

pada Microsoft Excel melalui NetSupport School. Selama guru menjelaskan

melalui NetSupport School, siswa memperhatikan penjelasan guru melalui

komputer masing-masing. (3) Fase 3 : Membimbing pelatihan. Guru menyuruh

siswa berlatih mengoperasikan Microsoft Excel dan guru membimbing pelatihan

siswa melalui NetSupport School. (4) Fase 4 : Mengecek pemahaman dan umpan

balik. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan meminta siswa untuk

menjawabnya. Guru akan memberikan umpan balik dengan memperhatikan

jawaban siswa kemudian membetulkan apabila ada kesalahan. (5) Fase 5 :

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan. Guru memberikan latihan soal

kepada siswa untuk latihan lanjutan. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru

memberi kesimpulan materi yang sudah dipelajari itu.

Pada tahap persiapan (pra penelitian) diperoleh nilai ulangan harian dan

unjuk kerja siswa pada mata pelajaran TIK. Berikut rata-rata nilai ulangan harian

dan unjuk kerja siswa yang diperoleh pada tahap pra penelitian.

Tabel 4 Nilai Ulangan Harian dan Unjuk Kerja pada Tahap Pra Penelitian

Kelas Ulangan Harian Unjuk Kerja

Eksperimen 70,25 68,98

Kontrol 71,75 69,87

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai ulangan harian pada kelas

eksperimen sebesar 70,25 dan kelas kontrol sebesar 71,75. Sedangkan rata-rata

nilai unjuk kerja siswa pada kelas eksperimen sebesar 68,98 dan kelas kontrol

sebesar 69,87. Dari perolehan nilai ulangan harian dan unjuk kerja siswa pada

tahap pra penelitian menunjukkan bahwa kedua kelas memperoleh rata-rata nilai

di bawah KKM, yaitu ≤ 75.

Pengujian nilai kognitif dan psikomotor diawali dengan menguji normalitas,

homogenitas, dan yang terakhir menguji hipotesis. Setelah dihitung menggunakan

software statistik diperoleh data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dinyatakan berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya melakukan uji

hipotesis yang diperoleh dengan uji Independent-Sample T-Test. Berikut tabel

perbandingan nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Page 17: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

11

Tabel 5 Hasil Nilai Pre-Test, Post-Test, dan Unjuk Kerja Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tes Mean df Sig. (2-

tailed)

thitung ttabel

Kontrol Eksperimen

Pre-test 66,75 63,50 38 0,177 -1.376 2,024

Post-test 78,25 86,25 38 0,000 5,326 2,024

Unjuk Kerja 71,58 87,00 38 0,000 9,626 2,024

Pada Tabel 5 menunjukkan perbandingan nilai pre-test, post-test, dan unjuk

kerja siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh

rata-rata nilai pre-test sebesar 63,50, post-test sebesar 86,25, dan nilai unjuk kerja

sebesar 87,00. Sedangkan kelas kontrol memperoleh rata-rata nilai pre-test

sebesar 66,75, post-test sebesar 78,25, dan unjuk kerja sebesar 71.58. Kelas

eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mengalami peningkatan nilai kognitif

yang dapat dilihat dari nilai pre-test ke nilai post-test, namun peningkatan nilai

kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Peningkatan

rata-rata nilai pre-test ke post-test pada kelas eksperimen sebesar 22,75 dan pada

kelas kontrol hanya 11,50. Sedangkan peningkatan rata-rata nilai unjuk kerja

siswa pada kelas eksperimen sebesar 18,02 dan pada kelas kontrol hanya 1,71.

Peningkatan nilai kognitif dan psikomotor siswa pada kelas eksperimen lebih

tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan kelas eksperimen menerapkan

model pembelajaran baru, yaitu model pembelajaran Explicit Instruction dengan

menggunakan NetSupport School yang dapat menjadikan siswa lebih fokus dan

berkonsentrasi pada pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa.

Setelah mendapatkan rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

maka selanjutnya melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Diketahui nilai

pre-test berdistribusi normal dan homogen sehingga memenuhi syarat untuk

melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan bantuan software statistik

dengan tingkat signifikansi 5%. Teknik analisis uji pre-test dilakukan untuk

mengetahui nilai kognitif siswa pada tahap awal. Uji-t pada nilai pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung < ttabel (-1,376 > 2,024) maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nilai pre-test kelas eksperimen dan

kelas kontrol sebelum diberikan treatment atau perlakuan memiliki kemampuan

yang setara. Selanjutnya untuk menjawab hipotesis maka dilakukan uji-t pada

nilai post-test dan unjuk kerja. Pada nilai post-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol diperoleh nilai thitung > ttabel (5,326 > 2,024) maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai kognitif siswa yang

signifikan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction

dengan menggunakan NetSupport School dan kelas yang menerapkan model

pembelajaran konvensional. Pada nilai unjuk kerja kelas eksperimen dan kelas

kontrol diperoleh nilai nilai thitung > ttabel (9,626 > 2,024) maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai psikomotor siswa yang

signifikan antara kelas yang menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction

dengan menggunakan NetSupport School dan kelas yang menerapkan model

pembelajaran konvensional.

Page 18: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

12

Terdapat perbedaan nilai kognitif dan psikomotor siswa pada kelas

eksperimen setelah diberikan treatment dikarenakan berubahnya model

pembelajaran, yang semula menerapkan model pembelajaran konvensional

berganti dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction dengan

menggunakan NetSupport School. Pembelajaran yang menerapkan model

pembelajaran Explicit Instruction dengan menggunakan NetSupport School

memperoleh nilai kognitif dan psikomotor lebih tinggi daripada pembelajaran

yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat

dari perbedaan nilai kognitif dan psikomotor siswa yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Selisih nilai kognitif yang diperoleh dari nilai post-

test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 8,00 sedangkan selisih nilai

psikomotor yang diperoleh dari nilai unjuk kerja siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah 15,42.

Penjabaran kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

yang ditinjau dari setiap aspek dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6 Analisis kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Berdasarkan analisis data kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen yang

diukur dengan nilai post-test diperoleh rata-rata kemampuan kognitif kelas

eksperimen adalah 86,67% (seluruh aspek) telah mencapai kriteria sangat tinggi.

Pada Gambar 6 menunjukkan kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen pada

setiap aspek mencapai kriteria sangat tinggi dengan perolehan nilai presentase

lebih dari 80%. Kemampuan kognitif siswa kelas kontrol yang diukur dengan nilai

post-test diperoleh rata-rata kemampuan kognitif kelas kontrol adalah 78,47%

(seluruh aspek) telah mencapai kriteria tinggi. Pada Gambar 6 menunjukkan

kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen pada aspek pengetahuan,

pemahaman, penerapan, dan analisis menunjukkan kriteria tinggi dengan

perolehan nilai presentase masing-masing 78,33%; 68,33%; 76,67%; 77,5%; dan

pada aspek sintesis dan evaluasi mencapai kriteria sangat tinggi dengan perolehan

nilai presentase masing-masing 86,67% dan 83,33%. Pada aspek sintesis dan

evaluasi baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mencapai kriteria sangat

tinggi, namun perolehan nilai presentase kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas

kontrol. Berdasarkan hasil penjabaran kemampuan kognitif siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol maka dapat disimpulkan kemampuan siswa pada

setiap aspek kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol terpenuhi, namun

Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi

Kontrol 78,33 68,33 76,67 77,5 86,67 83,33

Eksperimen 81,67 91,67 82,5 82,5 91,67 90

0

20

40

60

80

100

Pe

rse

nta

se P

en

ilaia

n

Analisis Kemampuan Kognitif

Page 19: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

13

kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Selisih kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada aspek

pengetahuan 3,34%, aspek pemahaman 23,34%, aspek penerapan 5,83%, aspek

analisis 5%, aspek sintesis 5%, dan aspek evaluasi 6,67%.

Penjabaran kemampuan psikomotor siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol yang ditinjau dari setiap aspek dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 7 Analisis kemampuan psikomotor siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Berdasarkan analisis data kemampuan psikomotor siswa kelas eksperimen

yang diukur dengan rubrik lembar penilaian unjuk kerja diperoleh rata-rata

kemampuan psikomotor kelas eksperimen adalah 87,43% (seluruh aspek) telah

mencapai kriteria sangat tinggi. Pada Gambar 7 menunjukkan kemampuan

psikomotor siswa kelas eksperimen pada setiap aspek mencapai kriteria sangat

tinggi dengan perolehan nilai presentase lebih dari 80%. Kemampuan psikomotor

siswa kelas kelas kontrol yang diukur dengan rubrik lembar penilaian unjuk kerja

diperoleh rata-rata kemampuan kontrol kelas kontrol 71,91% (seluruh aspek)

mencapai kriteria tinggi. Pada Gambar 7 menunjukkan kemampuan psikomotor

siswa kelas kontrol pada aspek imitasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi

menunjukkan kriteria tinggi dengan perolehan nilai presentase masing-masing

88,33%; 62,25%; 70,63%; 79,58%; dan pada aspek manipulasi mencapai kriteria

sedang dengan perolehan nilai presentase 58,75%. Berdasarkan hasil penjabaran

kemampuan psikomotor siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dapat

disimpulkan kemampuan siswa pada setiap aspek psikomotor kelas eksperimen

dan kelas kontrol terpenuhi, namun kemampuan psikomotor siswa kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Selisih kemampuan kognitif siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol pada aspek imitasi 4,2%, aspek manipulasi

26,25%, aspek presisi 24,25%, aspek artikulasi 16,25%, dan aspek naturalisasi

6,67%.

Kemampuan kognitif dan psikomotor siswa pada kelas eksperimen

memperoleh presentase lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan

kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction dengan

menggunakan NetSupport School sedangkan kelas kontrol menerapkan model

pembelajaran konvensional. Model pembelajaran Explicit Instruction memiliki

kelebihan yaitu guru menyampaikan materi dan mendemonstrasikan keterampilan

secara bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu, siswa juga memiliki

Imitasi Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi

Kontrol 88,33 58,75 62,25 70,63 79,58

Eksperimen 92,50 85,00 86,50 86,88 86,25

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

Pe

rse

nta

se P

en

ilaia

n

Analisis Kemampuan Psikomotor

Page 20: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

14

kesempatan lebih banyak untuk belajar dan berlatih. NetSupport School dapat

mempermudah guru dalam menyampaikan materi ajar dan juga mempermudah

siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Dengan NetSupport School siswa

lebih fokus dalam pembelajaran karena siswa dapat secara langsung melihat

materi yang diajarkan guru melalui komputer masing-masing. Siswa dengan

melihat materi yang ada di komputer secara langsung maka dalam pembelajaran

siswa menggunakan dua indra sekaligus, yaitu indra penglihatan dan indra

pendengaran. Selama ini dalam pembelajaran siswa hanya menggunakan indra

pendengarannya saja karena hanya mendengarkan ceramah dari guru. Dengan

adanya NetSupport School menjadikan siswa lebih tertarik dan dapat menyerap

materi yang dijelaskan guru sehingga memudahkan siswa dalam memahami

materi. Selain itu, NetSupport School juga dapat membantu guru dalam

memonitor aktivitas siswa melalui komputer server serta mempermudah interaksi

antara guru dengan siswa atau pun antar siswa.

Keberhasilan siswa dalam pembelajaran TIK pada kemampuan kognitif dan

psikomotor adalah siswa mampu memperoleh nilai di atas KKM yang telah

ditentukan sekolah, yaitu ≥ 75. KKM digunakan sebagai tolak ukur kemampuan

siswa dalam menanggapi materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.

Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat baik secara individual maupun rata-rata

kelas. Berdasarkan hasil ketuntasan KKM kelas eksperimen dapat dikatakan

tercapai karena seluruh siswa memperoleh nilai di atas KKM. Keberhasilan model

pembelajaran Explicit Instruction dengan menggunakan NetSupport School juga

dilihat dari hasil kuesioner (angket). Kuesioner (angket) diberikan pada kelas

eksperimen untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran

Explicit Instruction dengan menggunakan NetSupport School. Kisi-kisi kuesioner

(angket) tanggapan siswa terdiri dari empat aspek, yaitu perhatian (attention),

relevansi (relevance), kepercayaan diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction)

[15]. Hasil dari perhitungan kuesioner (angket) siswa dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 8 Hasil Kuesioner (Angket) Siswa

No. Aspek Persentase (%)

1. Perhatian (Attention) 86,88%

2. Relevansi (Relevance) 87,50%

3. Kepercayaan Diri (Confidence) 89,17%

4. Kepuasan (Satisfaction) 93,13%

Berdasarkan Tabel 8, perolehan persentase pada aspek yang berhubungan

dengan perhatian (attention) siswa terhadap pembelajaran sebesar 86,88%,

relevansi (relevance) bahan ajar terhadap kebutuhan siswa sebesar 87,50%,

kepercayaan diri (confidence) siswa terhadap pembelajaran sebesar 89,17%, dan

kepuasan (satisfaction) siswa terhadap pembelajaran sebesar 93,13%. Dari uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan tanggapan positif terhadap

model pembelajaran Explicit Instruction dengan menggunakan NetSupport

School.

Page 21: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

15

5. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa : (1) Model pembelajaran Explicit Instruction dengan menggunakan

NetSupport School terbukti meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor

siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai pada tahap pra penelitian dan

setelah penelitian. Pada tahap pra penelitian kemampuan kognitif kelas

eksperimen memperoleh nilai hanya 70,25 kemudian setelah dilakukan penelitian

meningkat menjadi 86,25 sedangkan untuk kemampuan psikomotor kelas

eksperimen memperoleh nilai 68,98 meningkat menjadi 86,25. (2) Ada perbedaan

kemampuan kognitif dan psikomotor siswa yang signifikan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai post-test

kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai post-test kelas kontrol, yaitu

86,25 > 78,25 dengan selisih keduanya adalah 8,00 dan rata-rata nilai unjuk kerja

kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai kelas kontrol, yaitu 87,50 > 71,58

dengan selisih keduanya adalah 15,92. (3) Model pembelajaran Explicit

Instruction dengan menggunakan NetSupport School memberikan tanggapan

positif terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perhitungan pada kuesioner (angket) yang menunjukkan perolehan persentase di

atas 80% pada setiap indikator.

6. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini, saran yang

diusulkan sebagai upaya pertimbangan dan pemikiran antara lain : (1) Penerapan

model pembelajaran Explicit Instruction dan penggunaan NetSupport School

dapat menambah skill guru dalam pembelajaran serta guru mampu memanfaatkan

fitur-fitur yang ada pada NetSupport School. (2) Penelitian ini sebagai referensi

pada penelitian selanjutnya yang diharapkan dapat menerapkan pada mata

pelajaran lain dan dapat meneliti pada aspek lain selain kognitif dan psikomotor

siswa.

7. Daftar Pustaka

[1] Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara.

[2] Sudjana, Nana, 2005, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung :

Remaja Roesdakarya.

[3] Haryati, Mimin, 2007, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan

Pendidikan, Jakarta : Gedung Persada Pers.

[4] Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana.

[5] Shanti, Putu Prema Savita, 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Explicit

Instruction Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VIII (Studi Kasus :

SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2012/2013), Kumpulan Artikel

Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI), Volume 2,

Nomor 4, Juni 2013 : 544-549.

[6] Yunita, Nonie Angeline, 2012, Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Menggunakan Media Power Point dan Animasi Berbasis Macromedia Flash

Page 22: Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction untuk

16

dengan Model Explicit Instruction pada Mata Pelajaran Desain Grafis Kelas

XI IPA di SMA Negeri 11 Yogyakarta, Jurnal Pendidikan Teknologi

Informasi, Volume 1, Nomor 4, Desember 2012.

[7] Yunistira, Niken, 2014, Penerapan Aplikasi NetSupport School Terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan

Pengelolaan Informasi (KKPI) di SMK Negeri 5 Padang, Journal

Universitas Bung Hatta, Volume 1 Nomor 1, Tahun 2014.

[8] Hanafiah, Nanang, dan Cucu Suhana, 2009, Konsep Strategi Pembelajaran,

Bandung : Remaja Roesdakarya.

[9] Arief, Nur Erwan, 2014, Penerapan Software Netsupport School untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK di SMA N 6

Garut, Skripsi S1, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

[10] Anonim, 2015, NetSupport School [Online], www.netsupportschool.com.

Diakses tanggal 15 Juli 2015.

[11] Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,

Bandung : Alfabeta.

[12] Riduwan dan Akdon, 2009, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk

Penelitian, Bandung : Alfabeta.

[13] Sugiyono, 2013, Statistika untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.

[14] Siregar, Syofian, 2013, Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif,

Jakarta : Bumi Aksara

[15] Kurnia, Suci, 2015, Kisi-Kisi dan Angket Respon Siswa [Online],

http://dokumen.tips/documents/kisi-kisi-dan-angket-respon-siswa.html.

Diakses tanggal 25 Juli 2015.