159
OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA PEMISAHAN KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN HIDROKLORIDA DALAM SEDIAAN TETES TELINGA COLME ® SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Winarti H. Wibowo NIM: 088114039 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2011 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/17675/2/088114039_Full.pdfHIDROKLORIDA DALAM SEDIAAN TETES TELINGA COLME® SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE

    TERBALIK PADA PEMISAHAN KLORAMFENIKOL DAN LIDOKAIN

    HIDROKLORIDA DALAM SEDIAAN TETES TELINGA COLME®

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh:

    Winarti H. Wibowo

    NIM: 088114039

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    2011

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    “Kesuksesan itu jangan dilihat dari hasil yang dicapai tetapi lihatlah

    dari proses hingga mendapatkan hasil yang dicapai tersebut”

    “Looking your dream, it’s like looking place far away. The

    important thing is don’t ever think about giving up, STAND

    UP again towards the dream you’ll meet someday”

    “Orang yang pesimistik selalu menemukan kesulitan dalam

    setiap kesempatan. Orang yang optimistik justru menemukan

    peluang disetiap kesempatan” –Lawrence P.J.-

    “Hidup itu keras, mampukan dirimu untuk bertahan di

    setiap rintangan dan cobaan. Jadikan semua itu

    pengalaman yang berarti dalam hidupmu”

    Karyaku ini kupersembahbahkan kepada:

    Keluargaku tercinta

    Sahabat-sahabat setiaku

    Teman-teman seperjuangan

    Almamaterku

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    berkat dan anugrah yang diberikan sehingga penelitian dan penyusunan skripsi

    yang berjudul “Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik

    pada Pemisahan Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida dalam Sediaan Tetes

    Telinga Colme®” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai

    salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas

    Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

    Dalam pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini,

    penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

    itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah

    membimbing dan memberikan pengarahan, masukan dan saran selama

    berjalannya penelitian hingga berakhirnya penyusunan skripsi.

    3. Bapak Jeffry Julianus, M.Si. dan Ibu Dra. MM. Yetty Tjandrawati, M.Si.

    selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang

    membangun dalam penyusunan skripsi.

    4. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. dan Ibu Prof. Dr. Sri Noegrohati,

    Apt. selaku Dosen Pengajar yang telah bersedia menyediakan waktu untuk

    diskusi pribadi terkait penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    5. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

    memberikan ilmu yang bermanfaat demi kemajuan mahasiswa dan

    mahasiswi dalam berkarya dalam bidang farmasi.

    6. PT. Interbat yang telah bersedia memberikan senyawa standar yang

    berguna bagi penelitian.

    7. Seluruh staf kemananan, staf laboratorium kimia Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma terutama Mas Bimo, Pak Parlan, Mas Kunto,

    Mas Otok, dan Pak Timbul yang telah banyak membantu selama

    penelitian di laboratorium dan menyediakan sarana untuk terselesaikannya

    seluruh kegiatan akademik dengan lancar.

    8. Martha Herati sebagai sahabat terdekatku yang selalu menyemangatiku

    untuk belajar dan mengenal arti kehidupan.

    9. Pakde, bude, mas sunu, mas damar, mas daru, mba vero yang menjadi

    keluargaku selama berada di Yogyakarta dan telah memberikan semangat,

    doa dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

    10. Efrida Lusia Sari Tambunan dan Theresia Wijayanti sebagai teman

    seperjuangan skripsi dan tempat saling berbagi suka dan duka. Terima

    kasih atas semangat, doa, kegigihan dan kebersamaannya selama ini.

    11. Felicia, Prasilya dan Sasa sebagai teman seperjuangan skripsi satu tema

    yang selalu membantu dan memberikan semangat.

    12. Novi, Citra, Helena, Ayesa, Amel, Dina, Susi, Nona, Susan sebagai teman

    seperjuangan di laboratorium.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    13. Teman kelompok bermainku: Dea, Siska, Yessi, Lia, Lala yang selalu

    menyemangatiku dan memberikan saran, doa dan tempat saling berbagi

    suka dan duka.

    14. Semua teman-teman FST A yang telah menjadi teman terbaik selama

    berada di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

    15. Seluruh teman-teman Farmasi angkatan 2008, terima kasih atas

    pengalaman dan kebersamaan selama ini.

    16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

    membantu penulis dalam mewujudkan skripsi ini. Terima kasih atas

    dukungannya.

    Penulis menyadari bahwa masih di dalam skripsi ini masih banyak

    kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat

    penulis harapkan. Semoga skripsi ini membantu dan bermanfaat bagi pembaca

    dan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... v

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................................. vi

    PRAKATA ............................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL .................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix

    INTISARI ................................................................................................. xxi

    ABSTRACT ............................................................................................... xxii

    BAB I. PENGANTAR .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    1. Permasalahan .................................................................................. 3

    2. Keaslian penelitian.......................................................................... 3

    3. Manfaat penelitian .......................................................................... 4

    B. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4

    BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... 5

    A. Kloramfenikol ...................................................................................... 5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    B. Lidokain Hidroklorida .......................................................................... 6

    C. Obat Tetes Telinga ............................................................................... 6

    D. Spektrofotometer UV ........................................................................... 7

    E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ......................................................... 9

    1. Pengenalan dan instrumentasi KCKT ................................................ 9

    2. Kromatografi partisi fase terbalik ..................................................... 12

    3. Pemisahan puncak dalam kromatografi ............................................ 13

    F. Landasan Teori ..................................................................................... 20

    G. Hipotesis .............................................................................................. 21

    BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 22

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 22

    B. Variabel Penelitian ............................................................................... 22

    1. Variabel bebas .................................................................................. 22

    2. Variabel tergantung ......................................................................... 22

    3. Variabel pengacau terkendali ........................................................... 22

    C. Definisi Operasional ............................................................................. 23

    D. Bahan-bahan Penelitian ........................................................................ 23

    E. Alat-alat Penelitian ............................................................................... 23

    F. Tata Cara Penelitian .............................................................................. 24

    1. Pembuatan fase gerak ....................................................................... 24

    2. Pembuatan larutan baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    yang digunakan untuk untuk penentuan panjang gelombang

    pengamatan ...................................................................................... 24

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    3. Pembuatan larutan baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    yang digunakan untuk optimasi dengan metode KCKT .................... 25

    4. Pembuatan campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida......... 26

    5. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida dengan spektrofotometer UV-Vis.................... 26

    6. Preparasi sampel ............................................................................. 26

    7. Optimasi pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    dengan metode KCKT fase terbalik .................................................. 27

    G. Analisis Hasil ....................................................................................... 29

    1. Bentuk peak pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida ..... 29

    2. Waktu retensi (tR) ............................................................................. 30

    3. Nilai resolusi .................................................................................... 30

    4. Nilai HETP ...................................................................................... 31

    5. Reprodusibilitas ............................................................................... 31

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 32

    A. Pemilihan Pelarut ................................................................................. 32

    B. Pembuatan Fase Gerak ......................................................................... 32

    C. Pembuatan Larutan Baku ...................................................................... 34

    D. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Kloramfenikol dan

    Lidokain Hidroklorida dengan Spektrofotometer UV-Vis .................... 36

    E. Optimasi Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida dengan Metode

    KCKT Fase Terbalik ............................................................................ 40

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    1. Fase gerak metanol:aquabides 75:25 dengan flow rate 0,8; 1,0;

    dan1,2 mL/menit .............................................................................. 46

    2. Fase gerak metanol:aquabides 85:15 dengan flow rate 0,8; 1,0; dan

    1,2 mL/menit .................................................................................... 50

    3. Fase gerak metanol:aquabides 95:5 dengan flow rate 0,8; 1,0; dan

    1,2 mL/menit .................................................................................... 54

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 64

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 64

    B. Saran .................................................................................................... 64

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 65

    LAMPIRAN ............................................................................................. 68

    BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 139

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    . ...................................................................................................... Halaman

    Tabel I. Karakteristik beberapa pelarut pada KCKT ............................ 11

    Tabel II. Komposisi fase gerak metanol p.a:aquabides ......................... 24

    Tabel III. Indeks polaritas campuran fase gerak metanol:aquabides ...... 33

    Tabel IV. Waktu retensi baku kloramfenikol, baku lidokain

    hidroklorida dan baku campuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida .......................................................................... 40

    Tabel V. Tekanan kolom (kgf/cm2=kPa) ............................................. 44

    Tabel VI. Hasil optimasi kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    berdasar parameter Asymmetry Factor (AF) dengan fase

    gerak metanol:aquabides 75:25; 85:15; dan 95:5 pada flow

    rate 0,8; 1,0; dan 1,2 mL/menit ............................................. 45

    Tabel VII. Hasil optimasi flow rate baku campuran kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida dengan fase gerak metanol:aquabides

    95:5 ...................................................................................... 58

    Tabel VIII. Data hasil perhitungan %CV waktu retensi baku campuran

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida ............................... 60

    Tabel IX. Data hasil perhitungan %CV nilai resolusi baku campuran

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida ............................... 61

    Tabel XII. Data hasil perhitungan %CV waktu retensi dan nilai resolusi

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes

    telinga Colme® .................................................................... 63

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Struktur Kloramfenikol (D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-(β-

    hidroksi-α-(hidroksimetil)-p)nitrofenetilasetamida) ............. 5

    Gambar 2. Struktur Lidokain Hidroklorida (2-(Dietilamino)-2’,6’-

    aetoksilidida monohidroklorida monohidrat) ....................... 6

    Gambar 3. Instrumentasi KCKT ............................................................. 9

    Gambar 4. Mekanisme pemisahan kromatografi partisi fase terbalik ...... 13

    Gambar 5. Perhitungan bilangan lempeng teoritik .................................. 14

    Gambar 6. Difusi Eddy .......................................................................... 15

    Gambar 7. Transfer massa pada fase diam .............................................. 17

    Gambar 8. Transfer massa pada fase gerak ............................................. 17

    Gambar 9. Pemisahan dua senyawa ........................................................ 18

    Gambar 10. Penentuan Peak Asymmetry dan Peak Tailing Factor ............ 20

    Gambar 11. Distribusi analit dalam fase diam dan fase gerak ................... 20

    Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom pada kloramfenikol ............ 37

    Gambar 13. Gugus kromofor dan auksokrom pada lidokain hidroklorida . 37

    Gambar 14. Spektra panjang gelombang maksimum kloramfenikol 13

    ppm (A) dan lidokain hidroklorida 300 ppm (B) .................. 37

    Gambar 15. Spektra panjang gelombang maksimum kloramfenikol 19,5

    ppm (A) dan lidokain hidroklorida 450 ppm (B) ................. 38

    Gambar 16. Spektra panjang gelombang maksimum kloramfenikol 26

    ppm (A) dan lidokain hidroklorida 600 ppm (B) .................. 38

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    Gambar 17. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam C18

    (oktadesilsilan) melalui interaksi Van Der Waals................. 41

    Gambar18. Interaksi lidokain hidroklorida dengan fase diam C18

    (oktadesilsilan) melalui interaksi Van Der Waals dan

    interaksi ion-dipol ............................................................... 41

    Gambar 19. Interaksi hidrogen antara kloramfenikol dengan fase gerak

    metanol:aquabides ............................................................... 42

    Gambar 20. Interaksi hidrogen antara lidokain hidroklorida dengan fase

    gerak metanol:aquabides ..................................................... 42

    Gambar 21. Kromatogram kloramfenikol (A.1), lidokain hidroklorida

    (A.2) dengan fase gerak metanol:aquabides 75:25 dan flow

    rate 0,8 mL/menit ............................................................... 46

    Gambar 22. Kromatogram kloramfenikol (B.1), lidokain hidroklorida

    (B.2) dengan fase gerak metanol:aquabides 75:25 dan flow

    rate 1,0 mL/menit................................................................ 47

    Gambar 23. Kromatogram kloramfenikol (C.1), lidokain hidroklorida

    (C.2) dengan fase gerak metanol:aquabides 75:25 dan flow

    rate 1,2 mL/menit................................................................ 48

    Gambar 24. Kromatogram kloramfenikol (A.1), lidokain hidroklorida

    (A.2) dengan fase gerak metanol:aquabides 85:15 dan flow

    rate 0,8 mL/menit................................................................ 50

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    Gambar 25. Kromatogram kloramfenikol (B.1), lidokain hidroklorida

    (B.2) dengan fase gerak metanol:aquabides 85:15 dan flow

    rate 1,0 mL/menit ................................................................. 51

    Gambar 26. Kromatogram kloramfenikol (C.1), lidokain hidroklorida

    (C.2) dengan fase gerak metanol:aquabides 85:15 dan flow

    rate 1,2 mL/menit ................................................................. 52

    Gambar 27. Kromatogram kloramfenikol (A.1), lidokain hidroklorida

    (A.2) dengan fase gerak metanol:aquabides 95:5 dan flow

    rate 0,8 mL/menit ................................................................. 54

    Gambar 28. Kromatogram kloramfenikol (B.1), lidokain hidroklorida

    (B.2), baku campuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida (B.3) dengan fase gerak metanol:aquabides

    95:5 dan flow rate 1,0 mL/menit ........................................... 55

    Gambar 29. Kromatogram kloramfenikol (C.1), lidokain hidroklorida

    (C.2), baku campuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida (C.3) dengan fase gerak metanol:aquabides

    95:5 dan flow rate 1,2 mL/menit ........................................... 56

    Gambar 30. Kromatogram kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam

    sediaan tetes telinga Colme® pada replikasi 1, replikasi 2,

    dan replikasi 3 dengan komposisi fase gerak dan flow rate

    hasil optimasi........................................................................ 62

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Sertifikat analisis kloramfenikol ......................................... 69

    Lampiran 2. Sertifikat analisis lidokain hidroklorida .............................. 70

    Lampiran 3. Kromatogram hasil optimasi flow rate pada fase gerak

    metanol:aquabides (75:25) ................................................. 71

    Lampiran 4. Nilai Asymmetry Factor (AF) peak kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida pada fase gerak metanol:aquabides

    (75:25) dan contoh perhitungannya .................................... 77

    Lampiran 5. Kromatogram hasil optimasi flow rate pada fase gerak

    metanol:aquabides (85:15) ................................................. 79

    Lampiran 6. Nilai Asymmetry Factor (AF) peak kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida pada fase gerak metanol:aquabides

    (85:15) dan contoh perhitungannya .................................... 85

    Lampiran 7. Kromatogram hasil optimasi flow rate pada fase gerak

    metanol:aquabides (95:5) ................................................... 87

    Lampiran 8. Nilai Asymmetry Factor (AF) peak kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida pada fase gerak metanol:aquabides

    (95:5) dan contoh perhitungannya ...................................... 95

    Lampiran 9. Nilai resolusi dan HETP pada fase gerak

    metanol:aquabides (95:5) dan contoh perhitungannya ........ 97

    Lampiran 10. Reprodusibilitas: Kromatogram baku kloramfenikol, baku

    lidokain hidroklorida, baku campuran kloramfenikol dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    lidokain hidroklorida pada fase gerak metanol:aquabides

    (95:5) flow rate 1,0 mL/menit ............................................ 100

    Lampiran11. Reprodusibilitas: Kromatogram kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme®

    .. 127

    Lampiran 12. Data hasil uji reprodusibilitas sistem dan perhitungan

    %CV .................................................................................. 130

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    INTISARI

    Kloramfenikol dan lidokain hidroklorida merupakan zat aktif yang

    terdapat dalam sediaan tetes telinga Colme®. Dalam produk tetes telinga perlu

    adanya penjaminan mutu terkait kadar senyawa aktifnya sehingga semakin

    terjamin keamanan dan khasiatnya. Pada penelitian ini digunakan metode

    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik sebagai metode analisis

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme®.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum dari KCKT

    sehingga dapat digunakan sebagai penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme®. Sistem KCKT fase terbalik

    menggunakan kolom C18 dengan fase gerak metanol:aquabides. Optimasi

    dilakukan dengan mengubah-ubah komposisi fase gerak metanol:aquabides

    (75:25), (85:15) dan (95:5) serta mengubah-ubah flow rate yaitu 0,8; 1,0; dan 1,2

    mL/menit dengan detektor ultraviolet pada λmaks 265 nm.

    Kondisi optimum sistem KCKT yang didapatkan adalah fase gerak

    metanol:aquabides (95:5) pada flow rate 1,0 mL/menit. Kondisi optimum ini telah

    memenuhi parameter pemisahan yang baik yaitu peak yang simetri, tR kurang dari

    10 menit, nilai resolusi ≥ 1,5 yaitu 3,1819, dan nilai HETP yang paling kecil yaitu

    0,0128.

    Kata kunci: kloramfenikol, lidokain hidroklorida, tetes telinga, optimasi metode,

    KCKT fase terbalik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xx

    ABSTRACT

    Chloramphenicol and lidocaine hydrochloride is the active substances

    contained in preparations Colme® ear drops. Ear drops needs the quality assurance

    of products related to levels of the active compounds, so security is ensured and

    usability. In this study using High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

    reverse phase as a method of analysis of chloramphenicol and lidocaine

    hydrochloride in the preparation Colme® ear drops.

    This study aims to determine the optimum conditions for HPLC can be

    used as a test of lidocaine hydrochloride and chloramphenicol in the preparation

    Colme® ear drops. Reverse phase HPLC system using C18 column with mobile

    phase methanol:aquabidest. Optimization is done by changing the composition of

    mobile phase methanol:aquabidest (75:25), (85:15) and (95:5) and varying the

    flow rate of 0,8; 1,0; and 1,2 mL/min with an ultraviolet detector at λmaks 265

    nm.

    The optimal conditions obtained by HPLC system is the mobile phase

    methanol: aquabidest (95:5) at flow rate of 1,0 mL/min. Optimal conditions in

    accordance with the parameters of a good separation of the peak of the symmetry,

    tR less than 10 minutes, the value of resolution ≥ 1,5 is 3,1819, and the lowest

    HETP is 0,0128.

    Key words: chloramphenicol, lidocaine hydrochloride, ear drops, optimization

    methods, reversed-phase HPLC

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Guttae auricularies atau obat tetes telinga adalah bahan obat berbentuk

    cairan yang cara penggunaanya dengan meneteskan ke dalam saluran telinga,

    kecuali dibuat dengan pembawa bukan air (Dirjen POM RI, 1974). Colme®

    adalah

    salah satu jenis obat tetes telinga yang beredar di Indonesia. Colme®

    mengandung

    senyawa antibiotik yaitu kloramfenikol 10% dan obat pemati rasa yaitu lidokain

    hidroklorida 4% (Anonim, 2006).

    Kloramfenikol memiliki kelarutan 1 bagian di dalam 400 bagian air dan 1

    bagian didalam 2,5 bagian etanol, sangat larut di eter dan kloroform (Clarke,

    1969). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995), tetes telinga kloramfenikol

    adalah larutan steril kloramfenikol dalam pelarut yang sesuai, mengandung tidak

    kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 130% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang

    tertera pada etiket.

    Lidokain hidroklorida (Otopain) adalah obat pemati rasa yang bekerja di

    dalam kulit dan selaput lendir dengan menghilangkan rasa nyeri, rasa terbakar,

    dan gatal pada telinga (Tan dan Rahardja, 2010). Lidokain berbentuk bubuk

    kristal putih dan memiliki sifat larut 1 bagian dalam 0,7 bagian air, 1 bagian

    didalam 1,5 bagian etanol, dan 1 bagian didalam 40 bagian kloroform dan tidak

    larut dalam eter (Clarke, 1969). Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida

    mengandung lidokain hidroklorida tidak kurang dari 95,0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    % dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Dirjen POM

    RI, 1995).

    Dalam rangka menjamin kandungan mutu dari bentuk sediaan Colme®,

    dibutuhkan suatu metode yang sensitif dan selektif sehingga khasiat dan

    keamanannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, metode

    yang dipilih sebagai metode analisis dalam pemisahan kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida dalam sediaan tetes telinga Colme® adalah metode KCKT fase

    terbalik. Metode KCKT ini sering digunakan sebagai metode analisis kuantitatif

    atau penetapan kadar suatu senyawa tertentu di dalam suatu matriks yang

    kompleks atau terdapat banyak komponen lain di dalam matriks sampel (Khopkar,

    1990). Detektor yang digunakan adalah detektor UV karena kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida memiliki spektrum absorbsi pada sinar ultraviolet.

    Kloramfenikol di dalam metanol memiliki spektrum absorbsi pada sinar

    ultraviolet yaitu pada 272 nm ( ) dan lidokain hidroklorida di dalam

    metanol memiliki spektrum absorbsi pada sinar ultraviolet pada 263 nm (

    ) dan 271 nm ( ) (Dibbern, Muller and Wirbitzki, 2002).

    Penetapan kadar kloramfenikol dan benzokain dalam suatu bentuk

    sediaan dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik pernah

    dilakukan oleh Sadana dan Ghogare (1990). Fase diam yang digunakan adalah

    kolom µBondapak C18 (300 mm x 3,9 mm i.d; ukuran partikel 5µm) dan fase

    gerak metanol:aquabides (36:65 v/v). Hal yang membedakan penelitian ini dengan

    penelitian Sadana dan Ghogare adalah senyawa yang akan dipisahkan, yaitu

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida. Selain itu kolom yang akan digunakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    pada penelitian ini adalah Kromasil sedangkan Sadana dan Ghogare adalah kolom

    µBondapak. Adanya perbedaan tersebut maka diperlukan adanya suatu penelitian

    optimasi pemisahan kedua senyawa tersebut untuk mendapatkan kondisi optimal.

    Optimasi metode KCKT bertujuan untuk mengetahui kondisi yang

    optimum pada metode KCKT sehingga dapat digunakan sebagai metode

    penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida pada obat

    tetes telinga Colme®. Kondisi yang optimum yang diharapkan adalah bentuk peak

    yang simetri, waktu retensi (tR) < 10 menit, nilai resolusi ≥ 1,5 terhadap peak

    terdekat, dan nilai HETP yang semakin kecil (Synder, Kirkland, and Glajh, 1997).

    Optimasi yang dilakukan adalah dengan mengubah komposisi fase gerak dan

    kecepatan alir atau flow rate sehingga parameter-parameter yang telah disebutkan

    tersebut dapat terpenuhi.

    1. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang diperoleh adalah

    bagaimanakah komposisi fase gerak dan flow rate yang optimum yang dapat

    menghasilkan pemisahan dengan peak yang simetri, waktu retensi (tR) < 10 menit,

    nilai resolusi ≥ 1,5 terhadap peak terdekat, dan nilai HETP yang semakin kecil

    untuk penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida pada

    obat tetes telinga Colme®

    dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik?

    2. Keaslian penelitian

    Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Sadana dan Ghogare (1990),

    yaitu penetapan kadar kloramfenikol dan benzokain dalam suatu bentuk sediaan

    dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dengan fase

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    diam yang digunakan adalah kolom µBondapak C18 (300 mm x 3,9 mm i.d;

    ukuran partikel 5µm) dan fase gerak metanol:aquabides (36:65 v/v). Akan tetapi,

    penelitian berupa optimasi campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik belum pernah

    dilakukan sebelumnya.

    3. Manfaat penelitian

    a. Manfaat metodologis. Menjadi sumbangan karya ilmiah tentang

    metode penelitian dalam melakukan optimasi alat KCKT untuk penetapan kadar

    campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dalam sediaan topikal.

    b. Manfaat praktis. Dapat digunakan sebagai metode awal untuk

    validasi dan penetapan kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yang

    nantinya dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai penjaminan

    mutu pada obat tetes telinga yang mengandung kedua obat tersebut.

    B. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini

    bertujuan untuk mengetahui komposisi fase gerak dan flow rate yang optimum

    yang dapat menghasilkan pemisahan dengan peak yang simetri, waktu retensi (tR)

    < 10 menit, nilai resolusi ≥ 1,5 terhadap peak terdekat, dan nilai HETP yang

    semakin kecil untuk validasi dan penetapan kadar campuran kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida pada obat tetes telinga Colme® dengan menggunakan

    metode KCKT fase terbalik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Kloramfenikol

    Kloramfenikol adalah senyawa antimikroba yang bekerja dengan cara

    menghambat sintesis protein mikroba. Penghambatan yang terjadi yaitu pada

    enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator dalam pembentukan

    ikatan peptida ketika sintesis protein. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik, dan

    dapat bersifat baktersid pada konsentrasi yang tinggi (Setiabudy dan Kurnadi,

    1995).

    Gambar 1. Struktur Kloramfenikol (D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-(β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-

    p)nitrofenetilasetamida) (Hutt and O’Grady, 1996)

    Kloramfenikol memiliki berat molekul (BM) 323,13 g/mol.

    Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%

    C11H12Cl2N2O5. Namun, untuk tetes telinga kloramfenikol mengandung tidak

    kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang

    tertera pada etiket. Kloramfenikol memiliki hablur halus, berbentuk jarum atau

    lempeng memanjang, berwarna putih kelabu atau putih kekuningan, dan sifatnya

    stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam, serta sukar larut dalam air,

    mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, aseton, etil asetat (Dirjen POM

    RI, 1995). Kloramfenikol di dalam metanol memiliki λmaks pada 272 nm

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    ( ) (Dibbern et al., 2002). Kloramfenikol memiliki pH antara 4,5 dan

    7,5 (Dirjen POM RI, 1995), dan pKa 5,5 (Clarke, 1969).

    B. Lidokain Hidroklorida

    Lidokain memiliki daya kerja yang cepat dan merupakan obat anestesi

    lokal yang paling sering digunakan karena lebih stabil dalam pemanasan dan

    jarang menimbulkan reaksi hipersensitivitas (Sutedjo, 2008).

    Gambar 2. Struktur Lidokain Hidroklorida (2-(Dietilamino)-2’,6’-aetoksilidida

    monohidroklorida monohidrat) (British Pharmacopeia Comission, 2009)

    Lidokain hidroklorida memiliki berat molekul (BM) 270,80 g/mol,

    berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa sedikit pahit dan sifatnya

    mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform, tetapi tidak larut dalam

    eter. Larutan oral-topikal lidokain hidroklorida mengandung lidokain hidroklorida

    tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada

    etiket (Dirjen POM RI, 1995). Lidokain di dalam metanol memiliki λmaks pada

    263 nm ( ) dan 271 nm ( ) (Dibbern et al., 2002).

    Lidokain hidroklorida memiliki pH antara 5,0 dan 7,0 (Dirjen POM RI, 1995),

    dan pKa 7,9 (25°) (Clarke, 1969).

    C. Obat Tetes Telinga

    Tetesan (guttae) adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat atau

    sediaan obat atau bahan obat dan sediaan obat terlarut, teremulsi, atau tersuspensi,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    ditakar berdasar jumlah tetesan, digunakan untuk diminum dan diisikan ke dalam

    wadah bertakaran ganda. Untuk tetesan tertentu yang digunakan di telinga,

    dinamakan tetes telinga (otoguttae) (Voigt, 1994).

    Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, obat tetes telinga (guttae

    auriculares) adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan ke dalam

    telinga. Kecuali dinyatakan lain, dibuat dengan menggunakan pembawa bukan air.

    Pembawa pada obat tetes telinga harus mempunyai kekentalan yang cocok hingga

    obat mudah menempel. Pada umumnya digunakan gliseril dan propilenglikol,

    selain itu dapat juga menggunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak

    nabati (Dirjen POM RI, 1995).

    D. Spektrofotometer UV

    Teknik spektroskopik merupakan salah satu teknik analisis fisiko-kimia

    yang mengamati interaksi atom atau molekul dengan suatu radiasi

    elektromagnetik (REM) (Mulja dan Suharman, 1995). Metode analisis

    spektrofotometri ultraviolet didasarkan pada substitusi pada daerah panjang

    gelombang sekitar 190-380 nm (Khopkar, 1990).

    Absorbansi cahaya ultraviolet mengakibatkan transisi elektronik, yaitu

    promosi elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital

    keadaan tereksitasi yang lebih tinggi. Panjang gelombang ultraviolet bergantung

    pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan banyak

    energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang

    lebih pendek dan sebaliknya (Fessenden dan Fessenden, 1997).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Ada empat tipe transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu σ σ*, n

    σ*, n π*, dan π π* (Mulja dan Suharman, 1995). Pada transisi σ σ*,

    elektron pada suatu orbital σ tereksitasi ke orbital σ*, dengan mengabsorbsi

    radiasi. Anti-ikat Transisi n σ* terjadi dalam senyawa-senyawa jenuh dengan

    elektron tidak berpasangan. Transisi tersebut memerlukan energi yang lebih kecil

    dan terjadi dalam daerah 150-250 nm dengan є = 100-3000. Transisi n π* dan

    π π*mencakup sebagian besar senyawa organik. Energi yang diperlukan untuk

    transisi menghasilkan absorbsi maksimum dalam daerah 200-700 nm. Dengan

    adanya orbital π berarti terdapat gugus fungsi tidak jenuh. Transisi n π*

    memiliki є = 10-100 L/cm/mol sedangkan transisi π π* memiliki є = 1000-

    10.000 L/cm/mol (Khopkar, 1990).

    Kromofor merupakan suatu gugus fungsional tidak jenuh yang

    menyediakan orbital π yang dapat menyerap pada daerah ultraviolet (Skoog,

    1985). Sedangkan auksokrom merupakan gugus jenuh yang bila terikat pada

    kromofor mengubah panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum,

    cirinya adalah heteroatom yang langsung terikat pada kromofor (Sastrohamidjojo,

    2001).

    Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum panjang gelombang

    tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

    atau diabsorbsi. Sehingga, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi

    yang ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

    gelombang (Khopkar, 1990).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    E. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    1. Pengenalan dan instrumentasi KCKT

    Kromatografi cair kinerja tinggi atau yang dikenal dengan HPLC (High

    Performance Liquid Chromatography) mulai dikembangkan akhir tahun 1960 dan

    awal tahun 1970 (Rohman, 2009). Penggunaan High Performance Liquid

    Chromatography (HPLC) tidak terbatas untuk sampel yang bersifat volatil atau

    stabilitasnya yang mudah dipengaruhi oleh suhu. HPLC dapat memisahkan

    makromolekul, spesies ion, produk alami yang bersifat labil, polimer, dan lain-

    lain (Willard, Merrit, Dean, and Settle, 1988).

    Pemisahan dengan KCKT dapat dilakukan dengan fase normal atau fase

    terbalik. Fase normal apabila fase diamnya lebih polar dibandingkan dengan fase

    geraknya dan fase terbalik apabila fase diamnya lebih non polar daripada fase

    geraknya. Dengan adanya kedua pemisahan ini, sering kali KCKT dikelompokkan

    menjadi KCKT fase normal dan KCKT fase terbalik (Gritter, 1991).

    Gambar 3. Instrumentasi KCKT(Christian, 2004)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Bagian yang harus diperhatikan pada kromatografi partisi fase terbalik

    adalah kolom, fase gerak, dan detektor.

    a. Kolom. Oktadesil silika (ODS atau C18) adalah fase diam yang paling

    umum digunakan pada KCKT fase terbalik karena mampu memisahkan senyawa

    dengan kepolaran rendah, sedang dan tinggi (Rohman, 2009).

    Panjang kolom KCKT biasanya sekitar 5-25 cm, dengan tekanan yang

    sangat tinggi yaitu sampai 6000 psi (Gritter, 1991). Standar diameter kolom

    HPLC sekitar 4-5 mm. Diameter partikel berada pada kisaran 4 sampai 7 µm

    untuk kolom pada umumnya (Dean, 1995).

    b. Fase gerak. Selain susunan kimiawi dari fase gerak, ada empat hal

    pada fase gerak yang harus diperhatikan yakni harus murni secara kimia, harus

    bebas partikel yang dapat menyumbat kolom, harus bebas gas yang terlarut, dan

    jika dilakukan pencampuran, maka saat pencampuran harus dicampur dengan

    benar (Gritter, 1991).

    Komposisi fase gerak yang digunakan dapat mempengaruhi variasi

    retensi analit untuk pemisahan yang optimal. Sehingga fase gerak disesuaikan

    komposisinya agar diperoleh kepolaran relatif yang mirip dengan sampel untuk

    memperoleh pemisahan yang optimal (Willard et al., 1998).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Tabel I. Karakteristik beberapa pelarut pada KCKT (Synder et al., 1997)

    Dalam pemilihan fase gerak yang sesuai, parameter yang dilihat

    berdasarkan kepolaran campuran pelarut yang semakin linier dengan pelarut

    murni. Tingkat kepolaran suatu pelarut menunjukkan kemampuan pelarut dalam

    mengelusi suatu senyawa. Besarnya polaritas dapat dihitung dengan cara seperti

    dibawah ini:

    P’camp: Ф1 P’1 + Ф2 P’2 + ........ + Фn P’n (1)

    Keterangan:

    P’= indeks polaritas

    Ф = fraksi volume pelarut (Gritter, 1991).

    Semakin besar nilai indeks polaritas campuran maka fase gerak yang digunakan

    semakin polar (Synder et al., 1997).

    c. Detektor. Secara umum suatu detektor harus memiliki karakteristik

    tertentu yaitu memiliki respon cepat terhadap solut, reprodusibel, memiliki

    sensitifitas tinggi, stabil dalam pengoperasian, signal yang dihasilkan berbanding

    lurus dengan konsentrasi solut, tidak dipengaruhi suhu dan kecepatan alir fase

    gerak (Rohman, 2009).

    Secara umum detektor dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    1) Bulk property detectors

    Detektor ini merupakan detektor yang mengukur perubahan sifat fisik fase

    gerak dan solut. Detektor ini cenderung relatif tidak sensitif dan menghendaki

    suhu yang terkendali. Contohnya yaitu detektor indeks bias.

    2) Solute Property detectors

    Detektor ini hanya dapat mengukur sifat fisik solut dan 1000 kali lebih sensitif

    serta mampu mengukur solut sampai satuan nanogram atau lebih kecil lagi.

    Contohnya yaitu detektor fluoresensi, detektor penyerapan (UV-Vis), dan

    detektor elektrokimia (Munson, 1991).

    2. Kromatografi partisi fase terbalik

    Konsep dasar kromatografi partisi yaitu perlakuan sampel dalam kondisi

    cair-cair tergantung pada kelarutannya di dalam kedua cairan yang terlibat

    (Gritter, Bobbit, and Schwarting, 1991). Partisi analit di antara dua fase yang tidak

    saling campur, karena adanya perbedaan koefisien distribusi dari masing-masing

    senyawa. Jika solut ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri dari dua pelarut

    tidak saling campur dan keseluruhan sistem dibiarkan setimbang, maka solut akan

    tersebar di antara kedua fase menurut persamaan:

    (2)

    K = koefisien distribusi

    Cs = konsentrasi solut dalam fase diam

    Cm = konsentrasi solut dalam fase gerak (Johnson dan Stevenson, 1978).

    Mekanisme pemisahan pada kromatografi partisi fase terbalik dapat digambarkan

    sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Gambar 4. Mekanisme pemisahan kromatografi partisi fase terbalik (Munson,

    1991)

    3. Pemisahan puncak dalam kromatografi

    Parameter pemisahan dengan sistem KCKT sebagai ukuran kemampuan

    kolom untuk memisahkan senyawa dari suatu campuran. Batasan yang digunakan

    adalah efisiensi kolom, waktu retensi (tR), dan faktor resolusi (Munson, 1991).

    a. Efisiensi Kolom. Salah satu karakteristik sistem kromatografi yang

    paling penting adalah efisiensi atau jumlah lempeng teoritis (N) (Rohman, 2009).

    Ada dua teori mengenai pemisahan puncak dalam kromatografi,yaitu lempeng

    teoritik dan teori laju.

    Pada teori Lempeng (Plate theory) dijelaskan bahwa ukuran efisiensi

    kolom adalah jumlah lempeng (plate number, N) yang didasarkan pada konsep

    lempeng teoritis (Rohman, 2009). Jumlah lempeng (N) dihitung dengan

    persamaan (Willard et al., 1988):

    (3)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Nilai w adalah lebar alas, w1/2 adalah lebar alas puncak pada setengah

    tinggi puncak, dan tR adalah waktu retensi (Sastrohamidjojo, 2001). Persamaan

    dibawah ini menggambarkan hubungan anatra panjang kolom (L) dengan efisiensi

    kolom (H):

    (4)

    Jumlah lempeng (N) yang tinggi disyaratkan untuk pemisahan yang baik

    yang nilainya sebanding dengan semakin panjang kolom (L) dan semakin

    kecilnya nilai H. H adalah tinggi ekivalen lempeng teoritis atau HETP (High

    Equivalent Theoritical Plate), merupakan panjang kolom yang dibutuhkan untuk

    menghasilkan suatu lempeng teoritis. Kolom yang baik seharusnya memiliki

    jumlah plat teoritis (N) yang tinggi dan nilai H yang rendah. Ukuran partikel

    merupakan suatu hal yang berpengaruh pada nilai H, dimana semakin kecil

    ukuran partikel maka semakin tinggi bilangan lempeng teoritis (Rohman, 2009).

    Gambar 5. Perhitungan bilangan lempeng teoritik

    (Willard et al., 1988)

    Pada teori laju dapat diketahui adanya pengaruh variabel-variabel lain

    yang menyebabkan pelebaran peak, sedangkan teori lempeng hanya

    menggambarkan laju migrasi secara kuantitatif. Ketika migrasi, solut mengalami

    N

    LHETPH

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    transfer pada fase diam dan fase gerak berkali-kali, solut bergerak bersama fase

    gerak sehingga migrasi di dalam kolom tidak teratur yang mengakibatkan laju

    rata-rata solut relatif terhadap fase gerak juga sangat bervariasi. Laju rata-rata

    solut relatif terhadap fase gerak bervariasi sehingga mengakibatkan pelebaran

    peak solut (Noegrohati, 1994).

    Berdasarkan teori laju yang ada, efisiensi kolom dinyatakan dengan

    persamaan Van Deemter yang dinyatakan sebagai berikut:

    (5)

    (6)

    Keterangan:

    λ = tetapan ukuran ketidakteraturan kemasan

    dp = diameter rata-rata partikel penyangga

    D = kedifusian linarut dalam fase gerak

    k’ = Faktor kapasitas

    µ = kecepatan alir

    γ = faktor koreksi kelikuan saluran dalam kolom (Willard et al., 1988).

    Berdasarkan persamaan Van Deemter di atas, hal-hal yang mempengaruhi

    efisiensi kolom yaitu Difusi Eddy, Difusi Longitudinal, dan Transfer Massa

    (Willard et al., 1988).

    Difusi Eddy disebabkan oleh banyak kemungkinan pada kemasan kolom

    yang kurang baik.

    Gambar 6. Difusi Eddy (Noegrohati, 1994)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Nomor 1 menunjukkan analit yang keluar lebih dahulu karena melewati kolom

    dengan partikel berukuran besar dan kurang kompak. Nomor 2 menunjukkan

    analit keluar lebih lambat dari nomor 1 karena ukuran partikel yang lebih kecil

    dan lebih kompak daripada nomor 1. Nomor 3, analit keluar paling akhir, hal ini

    terjadi karena melewati bagian kolom dengan ukuran partikel halus dan kompak

    (Noegrohati, 1994).

    Menurut Willard (1988), difusi Eddy dinyatakan sebagai A (2λdp) yang

    menggambarkan ketidakhomogenan kecepatan alir dan panjang lintasan di sekitar

    partikel yang ter-packing. Lintasan alir yang tidak sama pasti ditemukan dalam

    setiap kolom ter-packing. Suatu molekul solut dapat melewati kolom dekat

    dinding kolom di mana kerapatan kolom rendah dengan cepat mencapai akhir

    kolom, khususnya pada kolom berdiameter kecil. Sedangkan suatu molekul solut

    yang melewati bagian tengah kolom menjadi lebih lambat untuk mencapai akhir

    kolom. Dengan demikian, laju tiap molekul melalui kolom berbeda-beda. Difusi

    Eddy dapat diminimalkan dengan memperkecil diameter rata-rata partikel dalam

    kolom hingga sekecil mungkin dan seseragam mungkin.

    Difusi longitudinal dilambangkan dengan nilai B (2γD/µ) yang

    menggambarkan pergerakan acak molekul dalam fase gerak. Pengaruh difusi

    longitudinal terhadap ketinggian lempeng menjadi signifikan pada kecepatan fase

    gerak yang rendah/lambat. Pada kecepatan difusi solut yang tinggi dalam fase

    gerak menyebabkan molekul solut terdispersi secara aksial dan lambat bermigrasi

    melalui kolom (Willard et al., 1988).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Transfer massa dinyatakan dengan nilai Cstasionary dan Cmobile.

    Cstasionery yang menunjukkan solut yang tertahan karena adanya fase diam.

    Suatu molekul bergerak lambat pada fase diam, sementara molekul lainnya

    bergerak melalui kolom bersama dengan fase gerak. Untuk mengatasi hal tersebut,

    dapat dibuat fase diam yang lebih encer (tidak terlalu kental) (Willard et al.,

    1988).

    Gambar 7. Transfer massa pada fase diam (Willard et al., 1988)

    Sedangkan Cmobile menggambarkan adanya peristiwa dimana solut dalam fase

    diam bertemu dengan fase gerak yang masih baru.

    Gambar 8. Transfer massa pada fase gerak (Willard et al., 1988)

    b. Waktu retensi (tR) dan faktor resolusi. Waktu tambat atau waktu retensi

    merupakan selang waktu yang diperlukan oleh analit mulai saat injeksi hingga

    keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor. Waktu tambat atau

    retensi ini dinyatakan sebagai tR. Apabila harga D (koefisien distribusi) kecil,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    maka analit akan lebih banyak di dalam fase gerak atau (Cm > Cs) yang berarti

    analit akan lebih lama tinggal di dalam fase gerak dan memiliki waktu retensi

    lebih cepat (Mulja dan Suharman, 1995).

    Kolom yang lebih efisien akan memiliki resolusi yang baik. Tingkat

    pemisahan komponen dalam suatu campuran dengan metode kromatografi

    direfleksikan dalam kromatogram yang dihasilkan. Hasil pemisahan yang baik

    ditunjukkan dengan puncak-puncak yang terpisah secara sempurna atau tidak ada

    tumpang tindih (overlapping) (Rohman, 2009).

    Faktor resolusi atau daya pisah (Rs) dapat diukur secara kuantitatif

    dengan persamaan (Willard et al., 1988):

    (7)

    Nilai tR2 dan tR1 adalah waktu tambat atau waktu retensi komponen, diukur pada

    titik puncak maksimum puncak dan ∆t adalah selisih antara tR2 dan tR1. Nilai w2

    dan w1 adalah lebar alas puncak (Johnson dan Stevenson, 1978).

    Gambar 9. Pemisahan dua senyawa (Willard et al., 1988)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Pemisahan sempurna dari dua puncak dengan ukuran yang sama dikenal

    dengan base resolution dengan harga Rs ≥1,5. Dalam praktiknya, pemisahan

    dengan nilai Rs = 1,0 (kedua puncak berhimpit 2%) dianggap memadai (Pescok,

    Shields, and Cains, 1976).

    Pada analisis dengan metode KCKT, kondisi percobaan yang dapat

    menghasilkan puncak simetris lebih disukai, hal ini dikarenakan puncak asimetris

    menghasilkan pengukuran bilangan lempeng teoritik dan faktor resolusi yang

    tidak akurat, perhitungan yang tidak teliti, penurunan derajat resolusi dan puncak

    minor pada ekor puncak tidak dapat terdeteksi, serta waktu retensi tidak

    reprodusibel (Synder et al., 1997). Peak yang tidak simetris sering dijumpai bila

    konsentrasi sampel dalam fase gerak terlalu besar. Apabila kapasitas kolom lebih

    besar pada konsentrasi yang lebih rendah, bagian eluen dengan konsentrasi yang

    lebih rendah akan bergerak lebih lambat dari pada bagian dengan konsentrasi solut

    lebih tinggi, sehingga peak yang terjadi tidak simetris dengan bidang bagian

    depan naik dengan tajam sedangkan bidang di bagian belakang turun dengan

    landai (tailing). Keadaan sebaliknya dikenal sebagai leading atau fronting.

    Penyebab tailing antara lain karena ketidaksesuaian antara analit dengan kolom,

    pengemasan kolom yang tidak seragam, dan faktor yang terjadi di luar kolom

    seperti pada injektor (Noegrohati, 1994).

    Parameter yang digunakan untuk menilai bentuk puncak adalah peak

    asymmetry factor (As), yang diukur 10% tinggi puncak. Peak yang simetri

    memiliki nilai As =1,0. Sedangkan puncak lain dengan nilai As pada rentang 0,95-

    1,1 masih dikatakan baik. Parameter lain yaitu peak tailing factor (Tf), yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    diukur pada 5% tinggi puncak (Synder et al., 1997). Sedangkan menurut Willard

    (1988), nilai asymmetry factor (AF) pada peak yang simetri dengan rentang 0,95-

    1,15.

    Gambar 10. Penentuan Peak Asymmetry dan Peak Tailing Factor (Synder et al.,

    1997)

    Distribusi analit dalam fase gerak dan fase diam pada saat terjadinya

    tailing dan leading terdapat pada gambar dibawah ini:

    Gambar 11. Distribusi analit dalam fase diam dan fase gerak (Kuwana, 1980)

    F. Landasan teori

    Kloramfenikol merupakan senyawa antimikroba yang memiliki sifat

    stabil dalam larutan netral, larutan agak asam, sukar larut dalam air, mudah larut

    dalam etanol, dalam propilenglikol, aseton, etil asetat. Kloramfenikol di dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    metanol memiliki λmaks pada 272 nm ( ). Senyawa ini memiliki pH

    antara 4,5 dan 7,5, dan pKa 5,5.

    Lidokain hidroklorida merupakan obat anestesi yang memiliki sifat

    mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform, tetapi tidak larut dalam

    eter. Lidokain di dalam metanol memiliki λmaks pada 263 nm ( ) dan

    271 nm ( ). Senyawa ini memiliki pH antara 5,0 dan 7,0, dan pKa 7,9

    (25°).

    Sediaan tetes telinga Colme® merupakan sedian tetes telinga yang

    mengandung kloramfenikol 10% dan lidokain hidroklorida 4%. Untuk menjamin

    kandungan mutu dari bentuk sediaan Colme® maka dibutuhkan metode yang

    sensitif dan selektif. Metode yang memiliki sensitifitas dan selektivitas yang

    tinggi adalah metode KCKT. Optimasi dengan KCKT fase terbalik dilakukan

    untuk memperoleh keadaan optimum pada pemisahan campuran kloramfenikol

    dan lidokain hidroklorida. Parameter pemisahan dengan metode KCKT yang

    menunjukkan kondisi optimum yaitu bentuk peak simetri, tR kurang dari 10 menit,

    nilai resolusi ≥ 1,5 dan nilai HETP yang semakin kecil.

    G. Hipotesis

    Metode KCKT fase terbalik dengan komposisi fase gerak dan flow rate

    yang optimum dapat menghasilkan kromatogram dengan bentuk peak yang

    simetri, tR < 10 menit, resolusi pemisahan ≥ 1,5 terhadap peak terdekat, dan nilai

    HETP yang semakin kecil sehingga dapat digunakan untuk validasi dan penetapan

    kadar kloramfenikol dan lidokain hidroklorida pada sediaan tetes telinga Colme®.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian yang dilakukan merupakan jenis rancangan penelitian

    eksperimental analitik karena ada perlakuan pada subjek uji.

    B. Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas

    Jenis dan perbandingan fase gerak yaitu metanol:aquabides dan flow rate

    yang digunakan.

    2. Variabel tergantung

    Pemisahan peak dari tiap komponen yaitu kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida yang dilihat dari bentuk peak, waktu retensi (tR), nilai resolusi dan

    HETP tiap-tiap senyawa.

    3. Variabel pengacau terkendali

    a. Kemurnian pelarut. Oleh karena itu, digunakan pelarut yang memiliki

    kemurnian tinggi yaitu pelarut pro analysis.

    b. Baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida. Oleh karena itu, digunakan

    baku dengan kemurnian tinggi yang disertai dengan Certificate of Analysis

    (CoA).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    C. Definisi Operasional

    1. Kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yang dianalisis merupakan senyawa

    aktif dalam sediaan tetes telinga Colme® dengan perbandingan 5:2.

    2. Lidokain HCl yang digunakan adalah lidokain hidroklorida monohidrat.

    3. Sistem KCKT fase terbalik yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT

    menggunakan kolom C18 dengan fase gerak metanol p.a:aquabides.

    4. Optimasi dilakukan dengan mengubah komposisi fase gerak dan flow rate.

    5. Parameter optimum dengan metode KCKT adalah bentuk peak, waktu retensi,

    nilai resolusi dan HETP.

    D. Bahan-bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku kloramfenikol

    (Chemo Lugano Branch, No. batch 8000225001, kemurnian 99,1%) dan baku

    lidokain hidroklorida (Megafine Pharma, No. batch ALH/449/10, kemurnian

    99,20%) (PT. Interbat), metanol p.a (E.Merck), aqua bidestilata (PT.

    Ikapharmindo Putramas), tetes telinga Colme® (PT. Interbat) dengan volume 8 ml

    yang mengandung 10% kloramfenikol dan 4% lidokain hidroklorida.

    E. Alat-alat Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat KCKT fase

    terbalik dengan sistem gradien dengan detektor ultraviolet, Shimadzu LC-2010C,

    kolom C-18 merek KNAUER C-18 (No. 25EE181KSJ (B115Y620), Dimensi 250

    x 4,6 mm), seperangkat komputer (merk Dell B6RDZ1S Connexant System

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    RD01- D850 A03-0382 JP France S.A.S, printer HP Deskjet D2566 HP-024-000

    625730), UV/Vis Spectrophotometer SP-3000plus merek OPTIMA dengan

    detektor silicon photo diode, timbangan analitik Ohaus Carat Series PAJ 1003

    (max 60/120g, min 0,001g, d = 0,01/0,1 mg), millipore, alat ultrasonikasi Refsch.,

    Tipe: T460 (Schwing.1 PXE, FTZ-Nr. C-066/83, HF-Frequ.:35 kHz), kertas

    saring Whatman 0,45 μm, alat vacuum, dan seperangkat alat gelas.

    F. Tata Cara Penelitian

    1. Pembuatan fase gerak

    Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran metanol

    dan aquabides dengan komposisi tabel II.

    Tabel II. Komposisi fase gerak metanol p.a:aquabides

    No. Komposisi Fase gerak

    Metanol Aquabides

    1. 75 25

    2. 85 15

    3. 95 5

    Masing-masing pelarut disaring dengan penyaring Whatman yang dibantu

    dengan pompa vakum dan didegassing selama 15 menit menggunakan

    ultrasonicator. Untuk mendapatkan komposisi fase gerak di atas, pencampuran

    fase gerak dilakukan di dalam sistem KCKT.

    2. Pembuatan larutan baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yang

    digunakan untuk penentuan panjang gelombang pengamatan

    a. Pembuatan larutan baku kloramfenikol. Sebanyak kurang lebih 10,0

    mg kloramfenikol ditimbang seksama dan dilarutkan dalam metanol hingga 10,0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    mL. Kemudian dibuat larutan seri dengan 3 konsentrasi berbeda yaitu 13; 19,5;

    dan 26 ppm dengan mengencerkan 0,13; 0,195; dan 0,26 mL larutan stok tersebut

    dalam metanol hingga 10,0 mL.

    b. Pembuatan larutan baku lidokain hidroklorida. Sebanyak kurang lebih

    10,0 mg lidokain hidroklorida ditimbang seksama dan dilarutkan dalam metanol

    hingga 10 mL. Kemudian dibuat larutan seri dengan 3 konsentrasi berbeda yaitu

    300; 450; dan 600 ppm dengan mengencerkan 3; 4,5; dan 6 mL larutan stok

    tersebut dalam metanol hingga 10,0 mL.

    3. Pembuatan larutan baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yang

    digunakan untuk optimasi dengan metode KCKT

    a. Larutan stok kloramfenikol. Lebih kurang 10,0 mg kloramfenikol baku

    ditimbang seksama, kemudian dilarutkan dalam metanol hingga 10,0 mL.

    b. Larutan intermediet kloramfenikol. Larutan stok kloramfenikol 1000

    ppm tersebut dipipet seksama sebanyak 1 mL kemudian diencerkan dengan

    metanol dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas, sehingga didapatkan

    konsentrasi sebesar 100 ppm. Saring dengan milipore dan didegassing selama 15

    menit.

    c. Larutan stok lidokain hidroklorida. Lebih kurang 20,0 mg lidokain

    hidroklorida baku ditimbang seksama, kemudian dilarutkan dalam metanol hingga

    10,0 mL.

    d. Larutan intermediet lidokain hidroklorida. Larutan stok lidokain

    hidroklorida 2000 ppm tersebut dipipet seksama sebanyak 5 mL kemudian

    diencerkan dengan metanol dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas, sehingga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    didapatkan konsentrasi sebesar 1000 ppm. Saring dengan milipore dan

    didegassing selama 15 menit.

    4. Pembuatan larutan baku campuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida

    Campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yaitu dengan

    konsentrasi masing-masing 100 ppm dan 1000 ppm dibuat dengan mencampur 1

    mL stok kloramfenikol dengan 5 ml stok lidokain hidroklorida dalam labu ukur 10

    mL, lalu tambahkan dengan metanol hingga tanda. Campuran kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida tersebut disaring dengan milipore dan didegassing selama

    15 menit.

    5. Penentuan panjang gelombang pengamatan kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida dengan spektrofotometer UV-Vis

    Masing-masing seri konsentrasi baku kloramfenikol 13; 19,5; 26 ppm dan

    lidokain hidroklorida 300; 450; 600 ppm diukur absorbansinya pada panjang

    gelombang 200-400 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Dari spektra serapan

    dapat diketahui panjang gelombang yang dihasilkan pada masing-masing

    konsentrasi. Panjang gelombang yang akan digunakan pada sistem KCKT

    ditentukan yaitu panjang gelombang yang menghasilkan serapan optimum pada

    ketiga konsentrasi tersebut.

    6. Preparasi Sampel

    Sediaan tetes telinga Colme®

    (kloramfenikol 10% dan lidokain

    hidroklorida 4 %) digojog homogen, kemudian dipipet seksama sebanyak 0,1 mL

    dan diencerkan dengan metanol sampai 10 mL sehingga didapatkan konsentrasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    kloramfenikol 1000 ppm dan lidokain hidroklorida 400 ppm. Larutan tersebut

    kemudian dipipet seksama sebanyak 1 mL sehingga didapatkan konsentrasi

    kloramfenikol 100 ppm dan lidokain hidroklorida 40 ppm. Larutan ini kemudian

    ditambahkan 2,4 mL larutan stok lidokain hidroklorida 4000 ppm dan diencerkan

    dengan metanol dalam labu takar 10,0 mL hingga batas tanda, sehingga

    didapatkan konsentrasi kloramfenikol 100 ppm dan lidokain hidroklorida 1000

    ppm. Larutan stok lidokain hidroklorida 4000 ppm disiapkan dengan menimbang

    seksama lebih kurang 2,0 mg lidokain hidroklorida yang diencerkan dengan

    metanol dalam labu takar 5,0 mL hingga batas tanda. Larutan sampel dengan

    konsentrasi kloramfenikol 100 ppm dan lidokain hidroklorida 1000 ppm disaring

    dengan milipore dan didegassing selama 15 menit.

    7. Optimasi pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan

    metode KCKT fase terbalik

    a. Pengamatan nilai Asymmetry factor (AF) dan waktu retensi

    kloramfenikol. Larutan baku kloramfenikol dengan konsentrasi 100 ppm

    diinjeksikan sebanyak 16 µL ke dalam sistem KCKT. Optimasi dilakukan pada

    panjang gelombang pengamatan dengan menggunakan fase gerak

    metanol:aquabides dengan perbandingan 75:25; 85:15; dan 95:5 pada flow rate

    0,5; 1,0 dan 2,0 mL/menit. Dari berbagai perbandingan fase gerak dan flow rate

    tersebut dipilih yang nilai AF = 0,95-1,15 dan waktu retensinya kurang dari 10

    menit.

    b. Pengamatan nilai Asymmetry factor (AF) dan waktu retensi lidokain

    hidroklorida. Larutan baku lidokain hidroklorida dengan konsentrasi 1000 ppm

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    diinjeksikan sebanyak 16 µL ke dalam sistem KCKT. Optimasi dilakukan pada

    panjang gelombang pengamatan dengan menggunakan fase gerak

    metanol:aquabides dengan perbandingan 75:25; 85:15; dan 95:5 pada flow rate

    0,5; 1,0 dan 2,0 mL/menit. Dari berbagai perbandingan fase gerak dan flow rate

    tersebut dipilih yang nilai AF = 0,95-1,15 dan waktu retensinya kurang dari 10

    menit.

    c. Pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan

    fase gerak hasil optimasi. Baku campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    dengan konsentrasi masing-masing yaitu 100 ppm dan 1000 ppm diinjeksikan

    sebanyak 16 µL ke dalam sistem KCKT menggunakan perbandingan fase gerak

    dan flow rate hasil optimasi. Pemisahan dilakukan pada panjang gelombang

    pengamatan kemudian mengamati kromatogram yang terjadi. Setelah mendapat

    kromatogram dilanjutkan dengan menghitung nilai resolusi dan HETP dari hasil

    pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida.

    d. Reprodusibilitas baku campuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida. Baku campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan

    konsentrasi masing-masing yaitu 100 ppm dan 1000 ppm direplikasi sebanyak 3

    kali, kemudian diinjeksikan sebanyak 12; 16; dan 20 µL ke dalam sistem KCKT

    menggunakan perbandingan fase gerak dan flow rate hasil optimasi. Setelah

    mendapat kromatogram dilanjutkan dengan menghitung %CV resolusi dan waktu

    retensi dari hasil pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida.

    e. Reprodusibilitas campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    dalam sediaan tetes telinga Colme®. Sampel yang telah dipreparasi dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    konsentrasi kloramfenikol 100 ppm dan lidokain hidroklorida 1000 ppm

    direplikasi sebanyak 3 kali, kemudian diinjeksikan sebanyak 16 µL ke dalam

    sistem KCKT menggunakan perbandingan fase gerak dan flow rate hasil optimasi.

    Setelah mendapat kromatogram dilanjutkan dengan menghitung %CV resolusi

    dan waktu retensi dari hasil pemisahan campuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida

    F. Analisis Hasil

    Hasil optimasi komposisi fase gerak dan flow rate tertentu menghasilkan

    data kromatogram. Data kromatogram yang didapatkan yaitu kromatogram baku

    dan sampel diamati, sehingga dapat diketahui sistem KCKT fase terbalik yang

    memberikan pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida paling baik yaitu

    dengan mengamati bentuk peak, waktu yang dibutuhkan untuk elusi, menghitung

    nilai resolusi dan HETP. Pemisahan yang baik adalah pemisahan dengan bentuk

    peak yang simetri (tidak tailing atau fronting), waktu retensi (tR) kurang dari 10

    menit, memiliki nilai resolusi ≥ 1,5 terhadap peak terdekat dan nilai HETP yang

    semakin kecil.

    1. Bentuk peak pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    Bentuk peak yang diharapkan adalah simetri. Sebagai parameternya yaitu

    Asymmetry Factor (AF) yang diukur 0,1 dari tinggi peak. Perhitungan AF melalui

    persamaan: AF = b/a. Apabila AF = 1 maka peak dikatakan simetri dan pada nilai

    AF = 0,95-1,15, peak masih dikatakan baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    (Willard et al., 1988)

    2. Waktu retensi (tR)

    Pengamatan waktu dilakukan untuk melihat waktu yang dibutuhkan

    untuk pemisahan senyawa. Apabila kurang dari 10 menit, maka pemisahan

    dikatakan efisien.

    3. Nilai resolusi

    Nilai resolusi pemisahan peak dihitung terhadap peak terdekat dengan

    rumus sebagai berikut:

    Pemisahan yang baik menghasilkan nilai Rs ≥ 1,5.

    (Willard et al., 1988)

    (8)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    4. Nilai HETP

    Nilai HETP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    (9)

    dimana “N” merupakan bilangan lempeng teoritik dengan persamaan sebagai

    berikut:

    Nilai HETP semakin kecil menandakan efisiensi kolom semakin baik dan

    pemisahan juga semakin baik.

    (Willard et al., 1988)

    5. Reprodusibilitas

    Reprodusibilitas resolusi dan waktu retensi diketahui dengan menghitung

    nilai %CV dari nilai resolusi dan waktu retensi hasil pemisahan kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida pada baku campuran dan sediaan tetes telinga Colme®.

    Perhitungan %CV dengan persamaan sebagai berikut:

    Reprodusibilitas yang baik apabila harga CV kurang dari 2% (Mulja dan Hanwar,

    2003).

    N

    LHETPH

    (10)

    (11)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pemilihan Pelarut

    Pemilihan pelarut menjadi sangat penting karena hanya pelarut yang

    sesuailah yang dapat melarutkan analit yang akan dianalisis. Syarat utama dari

    pelarut yang akan dipilih adalah pelarut yang dapat melarutkan analit.

    Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV, kelarutan kloramfenikol adalah 1:2,5

    dalam etanol dan kelarutan lidokain hidroklorida adalah 1:1,5 dalam etanol.

    Namun dalam penelitian ini bukan menggunakan etanol, melainkan metanol.

    Metanol dipilih karena memiliki viskositas yang lebih rendah daripada etanol

    yaitu 0,54 cP, sehingga penggunaan metanol dapat mengurangi tekanan pada

    kolom. Metanol yang digunakan merupakan metanol pro analysis karena

    memiliki kemurnian yang tinggi sehingga hasil pengukuran lebih akurat. Syarat

    pelarut yang baik untuk digunakan pada KCKT adalah murni, inert, dapat

    melarutkan analit dan dapat bercampur dengan fase gerak.

    B. Pembuatan Fase Gerak

    Metode KCKT yang digunakan adalah KCKT fase terbalik dengan fase

    diam oktadesilsilan (C18) yang bersifat non polar dan fase gerak yang bersifat

    lebih polar yaitu campuran metanol dan aquabides. Sistem yang digunakan adalah

    sistem gradien yaitu pencampuran komposisi fase gerak berada di dalam alat

    KCKT untuk mendapatkan kepolaran fase gerak yang diinginkan dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    mengubah-ubah komposisi fase gerak. Metanol dipilih karena memiliki solubilitas

    yang baik untuk garam, hal ini sangat menguntungkan karena pada penelitian ini

    menggunakan analit dalam bentuk garam yaitu lidokain hidroklorida. Metanol

    juga merupakan pelarut organik yang umum dan sering digunakan pada sistem

    KCKT fase terbalik. Selain itu digunakan aquabides untuk mendapatkan indeks

    polaritas yang sesuai sehingga dengan komposisi yang tepat pada campuran

    metanol dan aquabides akan dihasilkan profil kromatogram yang diinginkan dan

    memenuhi syarat. Menurut Kellner et al. (1998), pada metode KCKT fase terbalik

    sering kali digunakan solven seperti metanol, asetonitril yang dimodifikasi dengan

    air (aquabides). Pemilihan komposisi fase gerak ini juga mengacu pada Sadana

    dan Ghogare (1990) yang pernah memisahkan kloramfenikol dan benzokain

    dengan campuran metanol dan aquabides dengan perbandingan 35:65.

    Komposisi fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah

    metanol:aquabides dengan perbandingan 75:25 ; 85:15; dan 95:5. Menurut Synder

    et al. (1997), dengan meningkatnya jumlah metanol pada KCKT fase terbalik

    maka analit akan terelusi lebih mudah, sehingga perbandingan kompisisi fase

    gerak ini dipilih dengan meningkatkan jumlah metanol secara bertahap. Fase

    gerak yang telah dibuat terlebih dahulu disaring dengan penyaring Whatman

    untuk menyaring partikel yang dapat menyumbat kolom. Selanjutnya fase gerak

    diawaudarakan dengan menggunakan ultrasonicator untuk menghilangkan

    gelembung udara yang dapat mengganggu pengukuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Tabel III. Indeks polaritas campuran fase gerak metanol:aquabides

    No Komposisi Fase Gerak

    Indeks Polaritas Metanol Aquabides

    1 75 25 6,375

    2 85 15 5,865

    3 95 5 5,355

    Semakin kecil nilai indeks polaritas berarti semakin non polar fase gerak

    tersebut sehingga urutan kepolaran dari yang polar ke non polar adalah 75:25,

    85:15, dan 95:5. Menurut Mulja dan Suharman (1995), dalam sistem KCKT fase

    terbalik, kemampuan elusi akan semakin meningkat dengan menurunkan indeks

    polaritas fase gerak. Komposisi fase gerak tersebut diubah-ubah agar hasil

    pemisahan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida memenuhi parameter yang

    diinginkan yaitu peak yang runcing dan simetri, memenuhi nilai resolusi, dan

    HETP yang semakin kecil.

    C. Pembuatan Larutan Baku

    Baku kloramfenikol dan lidokain hidroklorida didapatkan dari PT.

    Interbat dan memiliki Certificate of Analysis (CoA) sehingga terjamin

    kemurniannya. Larutan baku ini dibuat dengan menggunakan pelarut metanol pro

    analysis dengan kemurnian 99,85%. Tujuan pembuatan larutan baku yaitu sebagai

    pembanding atau reference standard yang dapat digunakan untuk memastikan di

    dalam sampel benar-benar terdapat analit yang dimaksud.

    Dalam optimasi ini dibuat dua larutan baku masing-masing untuk

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan tiga volume injeksi yang berbeda.

    Volume injeksi tersebut dibuat rendah, sedang, dan tinggi yaitu 12; 16; dan 20µL

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    dengan mengambil dari konsentrasi stok kloramfenikol 100 ppm dan stok lidokain

    hidroklorida 1000 ppm. Selain itu dibuat pula baku campuran untuk

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida yang juga dibuat dalam tiga volume

    injeksi yang berbeda dengan konsentrasi masing-masing 100:1000 ppm.

    Pada optimasi ini digunakan perbandingan kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida 1:10, perbandingan ini dipilih karena kedua senyawa tersebut dapat

    dilihat pada respon yang sama yaitu 500mV. Kandungan kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida yang tertera pada sediaan tetes telinga Colme® masing-

    masing adalah 10% dan 4% sehingga perbandingannya adalah 10:4 atau 5:2.

    Namun, pada penelitian ini tidak digunakan perbandingan tersebut karena lidokain

    hidroklorida dalam metanol memiliki spektrum absorbsi pada sinar ultraviolet

    ( ) yang kecil yaitu 14,2 sedangkan kloramfenikol dalam metanol memiliki

    spektrum absorbsi pada sinar ultraviolet ( ) yang jauh lebih besar yaitu 297

    (Dibbern et al., 2002), sehingga dengan perbandingan 5:2 kloramfenikol memiliki

    respon yang sangat besar sedangkan lidokain memiliki respon yang sangat kecil

    dan keduanya terpaut jauh maka keduanya sulit dilihat pada respon yang sama.

    Alasan tersebut yang mendasari digunakan perbandingan 1:10 karena dengan

    perbandingan tersebut kedua senyawa tersebut dapat dilihat di respon yang sama.

    Volume injeksi 16 µL sebagai volume tengah yang akan digunakan pada

    pengamatan kromatogram dengan komposisi fase gerak 75:25; 85:15; dan 95:5

    dan flow rate 0,8; 1,0; dan 1,2 mL/menit. Sedangkan volume injeksi 12; 16; dan

    20 µL akan digunakan pada uji reprodusibilitas baku campuran kloramfenikol dan

    lidokain hidroklorida dengan komposisi fase gerak yang telah optimum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    D. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Kloramfenikol dan

    Lidokain Hidroklorida dengan Spektrofotometer UV-Vis

    Penentuan panjang gelombang pengamatan dilakukan dengan mengukur

    panjang gelombang masing-masing senyawa terlebih dahulu. Penentuan panjang

    gelombang ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet-

    visibel. Secara teoritis kloramfenikol dan lidokain hidroklorida berada pada

    rentang 200-400 nm, oleh karena itu dilakukan pengamatan panjang gelombang

    pada daerah tersebut. Penentuan panjang gelombang pengamatan ini dilakukan

    dengan mengukur absorbansi kedua senyawa dengan konsentrasi rendah, sedang

    dan tinggi yaitu 13; 19,5; dan 26 ppm untuk kloramfenikol dan 300; 450; dan 600

    ppm untuk lidokain hidroklorida. Penggunaan tiga seri konsentrasi ini bertujuan

    untuk meyakinkan bahwa panjang gelombang pengamatan yang didapatkan

    benar-benar berasal dari kloramfenikol dan lidokain hidroklorida. Selain itu, untuk

    memastikan bahwa panjang gelombang pengamatan dan bentuk pola spektra yang

    didapatkan sama.

    Kloramfenikol dan lidokain hidroklorida memiliki gugus kromofor dan

    auksokrom sehingga dapat memberikan serapan pada panjang gelombang

    ultraviolet. Gugus kromofor bertanggung jawab dalam penyerapan cahaya

    ultraviolet dan gugus auksokrom adalah gugus yang melekat pada kromofor yang

    berperan dalam pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom pada kloramfenikol

    Gambar 13. Gugus kromofor dan auksokrom pada lidokain hidroklorida

    Kurva serapan kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dapat dilihat pada

    gambar dibawah ini:

    Gambar 14. Spektra panjang gelombang maksimum kloramfenikol 13 ppm (A)

    dan lidokain hidroklorida 300 ppm (B)

    A

    B

    . H2O

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Gambar 15. Spektra panjang gelombang maksimum kloramfenikol 19,5 ppm (A)

    dan lidokain hidroklorida 450 ppm (B)

    Gambar 16. Spektra panjang gelombang maksimum kloramfenikol 26 ppm (A)

    dan lidokain hidroklorida 600 ppm (B)

    Dari hasil spektra menunjukkan bahwa pada konsentrasi rendah, sedang

    dan tinggi, panjang gelombang maksimum kloramfenikol adalah 270 nm dan

    lidokain hidroklorida adalah 265 nm dan dihasilkan bentuk pola spektra yang

    sama. Menurut Dibbern et al. (2002) panjang gelombang maksimal kloramfenikol

    dalam metanol adalah 272 nm. Pergeseran panjang gelombang yang diijinkan

    A

    A

    B

    B

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    adalah 2 nm (Dirjen POM RI, 1995). Oleh karena itu panjang gelombang

    kloramfenikol ini dapat diterima karena bergeser 2 nm dari panjang gelombang

    teoritis. Berdasarkan Dibbern et al. (2002) panjang gelombang maksimal lidokain

    hidroklorida dalam metanol adalah 263 nm, sehingga panjang gelombang ini juga

    dapat diterima karena bergeser 2 nm dari panjang gelombang teoritis.

    Berdasarkan pengamatan panjang gelombang maksimum yang ada dapat

    diketahui panjang gelombang overlapping kedua senyawa. Titik potong panjang

    gelombang kedua senyawa yang didapat adalah 267 nm.

    Lidokain hidroklorida dalam metanol memiliki spektrum absorbsi pada

    sinar ultraviolet ( ) yang kecil yaitu 14,2 sedangkan kloramfenikol dalam

    metanol memiliki spektrum absorbsi pada sinar ultraviolet ( ) yang jauh lebih

    besar yaitu 297 (Dibbern et al., 2002). Sehingga, nilai lidokain hidroklorida

    yang kecil ini yang membuat lidokain hidroklorida lebih sukar terdeteksi daripada

    kloramfenikol. Pada maks lidokain hidroklorida, serapan kloramfenikol masih

    cukup tinggi, sedangkan serapan lidokain hidroklorida menjadi rendah pada

    maks kloramfenikol. Hal ini yang mendasari pemilihan panjang gelombang

    pengamatan yang digunakan dalam pemisahan kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida adalah 265 nm yang merupakan panjang gelombang lidokain

    hidroklorida, hal ini bertujuan agar kedua senyawa tersebut dapat memberikan

    serapan optimum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    E. Optimasi Kloramfenikol dan Lidokain Hidroklorida dengan Metode

    KCKT Fase Terbalik

    Optimasi dengan metode KCKT fase terbalik dilakukan dengan

    mengubah-ubah komposisi fase gerak dan flow rate untuk didapatkan pemisahan

    yang baik antara kloramfenikol dan lidokain hidroklorida. Komposisi fase gerak

    yang digunakan yaitu 75:25; 85;15; dan 95:5 dengan flow rate 0,8; 1,0; dan 1,2

    mL/menit.

    Berikut merupakan waktu retensi yang diperoleh dari kloramfenikol,

    lidokain hidroklorida, dan baku campuran kloramfenikol dan lidokain

    hidroklorida pada masing-masing komposisi fase gerak dan flow rate yang

    berbeda.

    Tabel IV. Waktu retensi baku kloramfenikol, baku lidokain hidroklorida dan baku

    campuran kloramfenikol dan lidokain hidroklorida

    Komposisi fase gerak Analit

    Waktu Retensi (tR)

    (menit)

    Metanol Aquabides

    0,8

    (mL/min)

    1,0

    (mL/min)

    1,2

    (mL/min)

    75 25

    Kloramfenikol 3,703 2,919 2,475

    Lidokain

    Hidroklorida 8,409 6,868 5,653

    85 15

    Kloramfenikol 3,387 2,534 2,303

    Lidokain

    Hidroklorida 5,463 4,052 3,690

    95 5

    Kloramfenikol 3,173 2,527 2,158

    Lidokain

    Hidroklorida 4,096 3,308 2,956

    Baku Campuran

    (Kloramfenikol)

    -

    2,532 2,141

    Baku Campuran

    (Lidokain

    Hidroklorida)

    3,306 2,805

    Dari masing-masing komposisi fase gerak tersebut menunjukkan bahwa

    dengan semakin meningkatnya metanol maka waktu retensi menjadi semakin

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    pendek atau singkat dan semakin meningkatnya flow rate pada masing-masing

    komposisi fase gerak juga menunjukkan waktu retensi yang semakin pendek.

    Struktur kloramfenikol dan lidokain hidroklorida memiliki gugus polar

    dan non polar yang dapat berinteraksi dengan fase diam (oktadesilsilan) dan fase

    gerak (campuran metanol dan aquabides). Gugus non polar akan berinteraksi

    dengan fase diam melalui ikatan Van Der Waals sedangkan gugus polar akan

    berinteraksi dengan fase gerak melalui interaksi hidrogen. Berikut interaksi

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan fase gerak dan fase diam:

    Si

    CH3

    H3C

    O

    H3C

    Interaksi Van Der Waals

    Oktadesilsilan (C18)

    N

    H OH

    H

    H2C O H

    NH

    C

    O

    CHCl2O

    o

    Gambar 17. Interaksi kloramfenikol dengan fase diam C18 (oktadesilsilan) melalui

    interaksi Van Der Waals

    Si

    CH3

    H3C

    O

    H3C

    CH3

    HN

    CH3

    C

    O

    H2C NH

    C2H5

    C2H5

    Cl

    Interaksi Van Der Waals

    Oktadesilsilan (C18)

    Interaksi ion-dipol

    Gambar 18. Interaksi lidokain hidroklorida dengan fase diam C18 (oktadesilsilan)

    melalui interaksi Van Der Waals dan interaksi ion-dipol

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Gambar 19. Interaksi hidrogen antara kloramfenikol dengan fase gerak

    metanol:aquabides

    CH3

    N

    CH3

    C

    O

    H2C NH

    C2H5

    C2H5H

    O

    H

    H

    H

    OCH3H

    O

    H OCH3

    H

    Cl

    Gambar 20. Interaksi hidrogen antara lidokain hidroklorida dengan fase gerak

    metanol:aquabides

    Gambar di atas menunjukkan bahwa interaksi kloramfenikol dengan fase

    diam lebih sedikit dibandingkan interaksi lidokain hidroklorida dengan fase diam

    oktadesilsilan. Oleh karena itu, kekuatan ikatan kloramfenikol pada fase diam

    lebih lemah sehingga waktu retensinya lebih pendek atau lebih cepat

    dibandingkan lidokain hidroklorida. Dengan adanya fase gerak yaitu campuran

    metanol dan aquabides akan berfungsi untuk membawa analit untuk keluar dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    kolom. Semakin banyak jumlah interaksi hidrogen antara solut dengan fase gerak

    maka solut akan lebih mudah dibawa oleh fase gerak melewati kolom (terelusi)

    sehingga waktu retensinya akan semakin singkat dan sebaliknya.

    Pada komposisi metanol:aquabides 75:25 menunjukkan waktu retensi

    yang paling lama baik untuk kloramfenikol maupun lidokain hidroklorida. Hal ini

    dikarenakan jumlah metanol yang ada pada komposisi fase gerak tersebut lebih

    sedikit sehingga kemampuan untuk membawa analit lebih rendah dibandingkan

    komposisi metanol:aquabides 85:15 dan 95:5. Oleh karena itu, interaksi

    kloramfenikol dan lidokain hidroklorida dengan fase diam lebih kuat sehingga

    akan lebih tertahan pada fase diam maka waktu retensi menjadi lebih lama.

    Berbeda halnya pada komposisi metanol:aquabides 85:15 yang memiliki jumlah

    metanol yang lebih banyak sehingga waktu