Prosedur Pcr

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pcr

Citation preview

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Bioteknologi diartikan sebagai penerapan prinsip ilmu dan rekayasa dalam pemanfaatan

    makhluk hidup (bakteri,fungi,virus,dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup

    (enzim,alkohol)dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi

    secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi.

    Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan

    menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.

    Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta segala sluk

    beluknya selama ilmiah. Genetika disebut juga ilmu keturunan, ilmu ini mempelajari

    berbagai aspek yang menyangkut pearisan sifat, bagaimana sifat keturunan ilmu itu

    diturunkan dari generasi kegenerasi serta variasi-variasi yang mungkin timbul didalamnya

    atau yang menyertainya. Pewarisan sifat tersebut dapat terjadi melalui proses seksual.

    Genetika berusaha membawakan material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan

    genetik), bagaimana informasi tersebut di ekspresikan ekspresi genetic dan bagaimana

    informasi tersebut dipindahkan dari individu satu ke individu lain. PCR adalah suatu metode

    in vitro yang digunakan untuk mensintesis sekuens tertentu DNA dengan menggunakan duaprimer oligonukleotida yang menghibridisasi pita yang berlawanan dan mengapit dua target

    DNA. Kesederhanaan dan tingginya tingkat kesuksesan amplifikasi sekuens DNA yang

    diperoleh menyebabkan teknik ini semakin luas penggunaannya.

    1.

    B. Rumusan masalah

    Apa pengertian dari PCR ?

    Apa komponen-komponen dari PCR ?

    Bagaimana proses PCR ?

    Bagaimana aplikasi dari PCR ?

    C. Tujuan

    Untuk mengetahui pengertian dari PCR

    Untuk menjelaskan komponen-komponen dari PCR

    Untuk menjelaskan proses PCR Untuk mengetahui aplikasi dari PCR

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian PCR

    Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagaiPolymerase Chain Reaction (PCR),

    merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk melipatgandakan suatu sekuens nukleotida

    tertentu secara in vitro. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Kary B. Mulis padatahun 1985. Metode ini sekarang telah banyak digunakan untuk berbagai macam manipulasi

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fungihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fungihttp://id.wikipedia.org/wiki/Fungihttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Fungihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    2/26

    dan analisis genetic. Pada awal perkembanganya metode ini hanya digunakan untuk

    melipatgandakan molekul DNA, tetapi kemudian dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat

    digunakan pula untuk melipatgandakan dan melakukan kuantitas molekul mRNA.

    Dengan menggunakan metode PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan

    jutaan kali dari jumlah semula, sekitar 106-107 kali. Setiap urutan basa nukleotida yangdiamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya. Pada setiap siklus PCR akan diperoleh 2n

    kali banyaknya DNA target. Kunci utama pengembangan PCR adalah menemukan

    bagaimana cara amplifikasi hanya pada urutan DNA target dan meminimalkan amplifikasi

    urutan non-target. Metode PCR dapat dilakukan dengan menggunakan komponen dalam

    jumlah yang sangat sedikit, misalnya DNA cetakan yang diperlukan hanya sekitar 5g,

    oligonukliotida yang digunakan hanya sekitar 1 mM dan reaksi ini biasa dilakukan dalam

    volume 50-100 l. DNA cetakan yang digunakan juga tidak perlu dimurnikan terlebih dahulu

    sehingga metode PCR dapat digunakan untuk melipatgandakan suatu sekuens DNA dalam

    genom bakteri.

    PCR adalah reaksi polimerase berantai, yaitu reaksi yang melibatkan enzim polimerase yangdilakukan secara berulang-ulang. Yang diulang-ulang adalah proses pemisahan untai ganda

    DNA menjadi untai tunggal, hibridisasi primer untuk mengawali replikasi DNA dilanjutkan

    dengan proses penambahan basa pada cetakan DNA oleh enzim polimerase, untuk melakukan

    kegiatan ini dibutuhkan tabung PCR yang bersifat reponsif dengan perubahan suhu dan mesin

    thermal cycler, suatu mesin yang mampu menaikkan dan menurunkan suhu dengan cepat, dan

    bahan-bahan untuk membuat reaksi PCR.

    PCR merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi)

    DNAsecaraenzimatiktanpa menggunakanorganisme.Dengan teknik ini, DNA dapat

    dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat sehingga memudahkan berbagaiteknik lain yang menggunakan DNA. Teknik ini dirintis olehKary Mullispada tahun 1983

    dan ia memperolehhadiah Nobelpada tahun 1994 berkat temuannya tersebut. Penerapan

    PCR banyak dilakukan di bidangbiokimiadanbiologi molekularkarena relatif murah dan

    hanya memerlukan jumlah sampel yang kecil. PCR (Polimerase Chain Reaction) atau reaksi

    berantai polimerase adalah suatu metode in vitro yang digunakan untuk mensintesis sekuens

    tertentu DNA dengan menggunakan dua primer oligonukleotida yang menghibridisasi pita

    yang berlawanan dan mengapit dua target DNA. Kesederhanaan dan tingginya tingkat

    kesuksesan amplifikasi sekuens DNA yang diperoleh menyebabkan teknik ini semakin luas

    penggunaannya.

    Konsep asli teknologi PCR mensyaratkan bahwa bagian tertentu sekuen DNA yang akandilipatgandakan harus diketahui terlebih dahulu sebelum proses pelipatgandaan tersebut dapat

    dilakukan. Sekuen yang diketahui tersebut penting untuk menyediakan primer, yaitu suatu

    sekuens oligonukleotida pendek yang berfungsi mengawali sintesis rantai DNA dalam reaksi

    berantai polimerasi.

    B. KomponenKomponen PCR

    Ada beberapa macam komponen utama dalam proses PCR, yaitu antara lain:

    1. 1. DNA cetakan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Replikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Replikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Replikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/DNAhttp://id.wikipedia.org/wiki/DNAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Kary_Mullishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kary_Mullishttp://id.wikipedia.org/wiki/Kary_Mullishttp://id.wikipedia.org/wiki/Hadiah_Nobelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hadiah_Nobelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hadiah_Nobelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biokimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Biokimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_molekularhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_molekularhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_molekularhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biologi_molekularhttp://id.wikipedia.org/wiki/Biokimiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Hadiah_Nobelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kary_Mullishttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/DNAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Replikasi
  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    3/26

    DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan. Fungsi DNA templat di

    dalam proses PCR adalah sebagai cetakan untuk pembentukan molekul DNA baru yang

    sama. Templat DNA ini dapat berupa DNA kromosom, DNA plasmid ataupun fragmen DNA

    apapun asal di dalam DNA templat tersebut mengandung fragmen DNA target yang dituju.

    Reaksi pelipatgandaan suatu fragmen DNA dimulai dengan melakukan denaturasi DNAtemplate (cetakan) sehingga rantai DNA yang berantai ganda (double stranded) akan terpisah

    menjadi rantai tunggal (single stranded). Denatirasi DNA dilakukan dengan menggunakan

    panas selama 12 menit, kemudian suhu diturunkan menjadi sekitar sehingga primer akan

    menempel (annealing) pada cetakan yang telah terpisah menjadi rantai tunggal. Primer

    akan membentuk jembatan hydrogen dengan cetakan pada daerah sekuen yang komplementer

    dengan dengan sekuen primer. Suhu yang digunakan untuk penempelan primer pada

    dasarnya merupakan kompromi. Amplifikasi akan lebih efisien jika dilakukan pada suhu

    yang lebih rendah.

    1. 2. Oligonukleotida primer

    Oligonukleotida primer, yaitu suatu sekuen oligonukleotida pendek (1525 basa nukleotida)

    yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA. Primer yang digunakan dalam PCR

    ada dua yaitu oligonukleotida yang mempunyai sekuen yang identik dengan salah satu rantai

    DNA cetakan pada ujung 5-fosfat, dan oligonukleotida yang kedua identik dengan sekuen

    pada ujung 3OH rantai DNA cetakan yang lain. Proses annealing biasanya dilakukan selama

    12 menit. Setelah dilakukan annealing oligonukleotida primer dengan DNA cetakan, suhu

    inkubasi dinaikkan menjadi selama 1,5 menit. Pada suhu ini DNA polymerase akan

    melakukan proses polimerasi rantai DNA yang baru berdasarkan informasi yang ada pada

    DNA cetakan. Setelah terjadi polimerasi, rantai DNA yang baru akan membentuk jembatan

    hydrogen dengan DNA cetakan. DNA rantai ganda yang terbentuk dengan adanya ikatanhydrogen antara rantai DNA cetakan dengan rantai DNA yang baru hasil polimerasi

    selanjutnya akan didenaturasi lagi dengan menaikkan suhu ingkubasi menjadi . Rantai DNA

    yang baru tersebut selanjutnya akan berfungsi sebagai cetakan bagi reaksi polimerasi

    berikutnya.

    Reaksi-reaksi seperti yang sudah dijelaskan tersebut diulangi lagi sapai 2530 klai (siklus)

    sehingga pada akhir siklus akan didapatkan molekul-molekul DNA rantai ganda yang baru

    hasil polimerasi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah DNA cetakan

    yang digunakan. Banyaknya siklus amplifikasi tergantung pada kosentrasi DNA target di

    dalam campuran reaksi. Paling tidak, diperlukan 25 siklus untuk melipatgandakan satu kopin

    sekuen DNA target di dalam genom mamalia agar hasilnya dapat dilihat secara langsung,misalnya dengan elektroforosis gel agarose. Akan tetapi, pada umumnya kosentrasi DNA

    polimerasi Taq menjadi terbatas setelah 2530 siklus amplikasi.

    1. 3. Deoksir ibonukleotida tri fosfat (dNTP)

    Shanghai ShineGene Molecular Biotech,Inc. (2009) menyatakan bahwa campuran dNTP

    adalah larutan air pada pH 7,0 yang mengandung dATP, dCTP, dGTP dan dTTP, masing-

    masing pada konsentrasi akhir baik 10mm atau 25mm. dNTP yang siap digunakan

    merupakan solusi yang dirancang untuk menghemat waktu dan untuk menyediakan

    reproduktifitas yang lebih tinggi dalam aplikasi PCR dan lainnya.

    1. 4. DNA Polimerase

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    4/26

    Pada awal perkembangannya, DNA polymerase yang digunakan dalam PCR adalah fragmen

    Klenow DNA polymerase I yang berasal dari Escherichia coli (Mullis dan Fallona, 1989).

    Fragmen Klenow adalah DNA polymerase yang telah dihilangkan aktivitas eksonuklease (5

    3)-nya. Beberapa kelemahan fragmen Klenow antara lain adalah bahwa enzim ini tidak

    tahan panas, laju polemerase untuk menggabungkan nukleotida dengan suatu primer secara

    terus-menerus tanpa terdisosiasi dari komplek primer-DNA cetakan. Hampir semua DNApolymerase mempunyai prosesivitas yang rendah sehingga akan terdisosiasi dari komplek

    primer-DNA cetakan setelah menggabungkan kurang dari 10 nukleotida. Salah satu

    perkecualian adalah T7 DNA polymerase yang mampu menggabungkan ribuan nukleotida

    tanpa terdisosiasi dari komplek primer-DNA cetakan.

    1. a. Taq DNA Polimerase

    Taq DNA polymerase yang beraasal dari bakteri Thermus aquaticus BM, yaitu suatu strain

    yang tidak mempunyai endonuklease retriksi TaqI. Taq DNA polymerase tersusun atas satu

    rantai polipeptida dengan berat molekul kurang lebih 95 kD. Enzim ini mempunyai

    kemampuan polimerasi DNA yang sangat tinggi, tetapi tidak mempunyai aktivitaseksonuklease 3 5. Enzim ini paling aktif pada pH9 (pada suhu 200 C) dan suhu aktivitas

    optimumnya sekitar 750C800C.

    Kelebihan enzim Taq DNA polimerase adalah bahwa enzim ini tahan terhadap suhu tinggi

    yang diperlukan untuk memisahkan rantai DNA cetakan. Dengan kelebihan semacam ini

    maka tidak diperlukan penambahan enzim pada tiap-tiap siklus PCR seperti yang harus

    dilakukan kalau enzim yang dig unakan adalah fragmen Klenow DNA polymerase I (Gelfand

    dan White, 1990). Kelebihan lain enzim Taq DNA polymerase adalah laju polimerasinya

    yang sangat tinggi serta prosesivitasnya yang juga lebih tinggi disbanding dengan fragmen

    Klenow.

    Taq DNA polymerase mempunyai suhu optimum yang tinggi untuk sintesis DNA yaitu 5

    0 C. aktivitas spesifik enzim ini dalam menggabungkan nukleotida mencapai 50 nukleotida

    per detik per molekul enzim. aktu paruh (half-time) aq DNA polymerase pada suhu 95 C

    adalah 40 menit (Gelfand dan White, 1990). Deterjen non-ionik Tween 20 (0,5 -1 %) dapat

    digunakan untuk meningkatkan efisiensi Taq DNA polymerase. Senyawa tambahan lain yang

    juga dapat meningkatkan efisiensi polimerasi Taq DNA polymerase adalah DMSO, gelatin,

    gliserol, dan ammonium sulfat.

    Salah satu kelemahan enzim Taq DNA polymerase adalah bahwa enzim tersebut mempunyai

    potensi untuk melakukan kesalahan dalam menggabungkan nukleotida sehingga ada

    kemungkinan terjadi mutasi pada fragmen gen hasil amplifikasi. Meskipun demikian dengankondisi yang tepat, kesalahan penggabungan nukleotida semacam itu tidak terjadi seperti

    misalnya hasil amplifikasi fragmen gen HIV-1 (5400 nukleotida) dengan siklus amplifikasi

    30 kali. Demikian juga halnya dengan hasil amplifikasi gen -globin (14990 nukleotida).

    Dengan demikian , rata-rata frekuensi kesalahan penggabungan nukleotida sekitar 5 X

    kesalahan per nukleotida yang digabungkan per siklus, dengan menggunakan 25 siklus.

    Taq DNA polymerase mempunyai keunikan yaitu bahwa enzim ini mampu menambahkan

    satu nukleotida,terutama dATP, pada ujung -3 fragmen DNA hasil polimerasi meskipun

    tanpa ada cetakanya. Dengan demikian, ujung fragmen DNA hasil polimerasi dengan metode

    PCR pada umumnya tidak pepat (blunt-ended), melainkan ada tambahan satu nukleotida pada

    kedua ujungnya. Kenyataan semacam ini mempunyai implikasi penting karena fragmen DNAhasil polimerasi dengan metode PCR dapet diligase dengan suatu plasmid vector tertentu

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    5/26

    tanpa menggunakan enzim DNA ligase. Hal ini juga perlu diperhatikan jika frag men DNA

    hasil PCR akan diligasikan dengan suatu plasmid dengan metode ligasi pepat (blunt-ended

    ligation). Sebelum dilakukan ligasi , fragmen DNA tersebut harus dibuat pepat/tumpul

    dengan menggunakan aktivitas polymerase 5 3 fragmen Klenow.

    Aktivitas Taq DNA polymerase dipengaruhi oleh kosentrasi ion magnesium. Aktivitas TaqDNA polymerase mencapai maksimal pada kosentrasi sebesar 2,0 mM jika kosentrasi

    dNTP yang digunakan adalah 0,70,8 mM. kosentrasi lebih tinggi dari 2,0 mM akan

    menghambat aktivitas Taq DNA polymerase. Di samping itu, aktivitas enzim polymerase ini

    juga akan menurun 20-30% jika kosenrasi total dNTP yang digunakan mencapai 4-6 mM.

    1. b. Tth DNA polimerse

    Enzim DNA polimerse lain yang juga dapat digunakan untuk melakukan PCR adalah Tth

    DNA polimerse. Enzim ini diisolasi dari eubakteri thermofilik Thermus thermophilus HB8.

    Tth DNA polimerse mempunyai prosesivitas yang tinggi dan tidak mempunyai aktivitas

    eksonuklease 3 5. Enzim ini menunjukkan aktivitas tertinggi padapH 9 (pada suhu 25)dan suhu sekitar . Selain aktivitas polymerase, enzim ini juga mempunyai aktiviatas

    transcriptase balik (reverse transcriptase) intrinsik yang sangat efisien dengan adanya ion

    mangan. Aktivitas trankriptase balik tersebut jauh lebih tinggi disbanding dengan aktivitas

    serupa yang dimiliki oleh DNA polymerase I yang ada pada Escherichia coli maupun pada

    Taq DNA polymerase. Tth DNA polimerse juga dapat menggunakan substrad yang

    dimodifikasi sehingga juga dapat digunakan untuk melabel fragmen DNA dengan

    radionukleotida, digoxigenin maupun biotin.

    Oleh karena enzim Tth DNA polimerse mempunyai aktivitas transkiptase balik yang tinggi

    pada suhu tinggi maka enzim ini dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang timbulakibat adanya struktur skunder pada molekul RNA. Dengan demikian, enzim ini dapat

    digunakan untuk melakukan RT-PCR (reverse Transkriptase PCR). Molekul cDNA yang

    diperoleh dari hasil reaksi transkripsi balik dapat sekaligus diamplifikasi dengan

    menggunakan Tth DNA polimerse dengan adanya ion . Enzim ini dapat dilakukan untuk

    melakukan RT-PCR molekul RNA sampai ukuran 1000 pasangan basa.

    1. c. Pwo DNA polymerase

    Enzim Pwo DNA polymerase diisolasi dari archaebacterihiperthermofilik Pyrococcus woesei.

    Enzim Pwo DNA polymerase mempunyai berat molekul sekitar 90 kD. Enzim ini

    mempunyai prosesivitas polimerasi 5 3 yang tinggi, mempunyai aktivitas eksonuklease ,dan tidak menunjukkan aktivitas eksonuklease . Pwo DNA polymerase mempunyai stabilitas

    thermal yang lebih tinggi dibandingkan dengan Taq DNA polymerase. Waktu paruh enzim

    ini lebih dari 2 jam pada suhu , sedangkan Taq DNA polymerase hanya mempunyai waktu

    paruh 5 menit pada suhu ini. Aktivitas eksonuklease 3 5 (aktivitas proof-reading dalam

    proses sintesis DNA) yang dimiliki oleh Pwo DNA polymerase meningkatkan ketepatan

    (fidelity) proses sintesis DNA sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan ketepatan yang

    dimiliki oleh Taq DNA polymerase. Jika Taq DNA polimerse digunakan untuk

    mengamplikasi sekuen DNA sepanjang 200 bp sebanyak satu juta kali maka kurang lebih

    56% produk amplifikasinya akan mangandung satu atau lebih kesalahan. Sebalikya, jika

    enzim Pwo DNA polymerase yang digunakan untuk amplifikasi maka hanya 10% produk

    amplifikasinya yang mengandung kesalahan. Ketepatan proses polimerasi DNA secara in

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    6/26

    vitro merupakan salah satu parameter paling penting dalam PCR. Hal ini terutama sangat

    penting jika DNA atau RNA cetakan yang digunakan hanya berjumlah sangat sedikit.

    Hasil amplifikasi menggunakan Pwo DNA polymerase adalah molekul DNA dengan ujung

    pepat/tumpul (blunt-ended) sehingga dapat digunakan dalam proses ligasi ujung tumpul

    secara langsung tanpa harus dilakukan modifikasi terhadap ujung-ujung molekul DNA. Olehkarena sifat ketepatanya yang tinggi maka enzim ini sangat berguna untuk aplikasi:

    1) Cloning produk PCR

    2) Studi polimorfisme alel dalam transkrip RNA individual

    3) Karakterisasi mutasi yang jarang di dalam suatu jaringan

    4) Karakterisasi status alel suatu sel tunggal atau DNA molekul tunggal

    5) Karakterisasi populasi sel dalam suatu kultur

    1. d. Pfu dan Tli DNA polymerase

    DNA polymerase lain yang dapat digunakan untuk PCR adalah Pfu DNA polymerase dan Tli

    DNA polymerase. Pfu DNA polymerase diisolasi dari Pyrococcus furiosis, mempunyai berat

    molekul 92 kD, aktif pada suhu dan mempunyai aktivitas eksonuklease . Enzim ini

    diketahui mempunyai laju kesalahan yang paling kecil disbanding dengan enzim DNA

    polymerase yang lain. Produk amplifikasi dengan menggunakan enzim ini adalah molekul

    DNA dengan ujung tumpul.

    Tli DNA polymerase diisolasi dari jasad Thermococcus litoralis, sangat stabil terhadap

    panas, aktivitas optimum pada suhu dan dapat berfungsi meskipun diinkubasi pada suhu .

    Berat molekul enzim ini dalah 90 kD. Enzim juga mempunyai aktivitas eksonuklease .

    1. 5. PCR buffer dan konsentrasi Mg2+

    Buffer standar untuk PCR tersusun atas 50mM KCl, 10mM Tris-Cl (pH8.3) dan 1.5mM

    MgCl2. Buffer standard ini akan bekerja dengan baik untuk DNA template dan primer

    dengan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak optimum dengan kombinasi yang lain. Produk

    PCR buffer ini terkadang dijual dalam bentuk tanpa atau dengan MgCl2.

    Konsentrasi ion magnesium dalam PCR buffer merupakan faktor yang sangat kritikal, karena

    kemungkinan dapat mempengaruhi proses annealing primer, temperatur dissosiasi untai DNA

    template, dan produk PCR. Hal ini disebabkan konsentrasi optimal ion Mg2+ itu sangat

    rendah. Hal ini penting untuk preparasi DNA template yang tidak mengandung konsentrasi

    chelating agent yang tinggi, seperti EDTA atau phosphat. Ion Mg2+yang bebas bila terlalu

    rendah atau tidak ada, maka biasanya tidak menghasilkan produk akhir PCR, sedang bila

    terlalu banyak ion Mg2+yang bebas akan menghasilkan produk PCR yang tidak diinginkan.

    1. C. Tahapan Proses PCR

    PCR merupakan tehnik amplifikasi DNA selektif in vitroyang meniru fenommena replikasiDNA in vivo. Komponen reaksi yang diperlukan dalam teknik ini adalah untai tunggal DNA

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    7/26

    sebagai cetakan, primer (sekuens oligonukleotida yang mengkomplementeri akhiran sekuens

    cetakan DNA yang sudah ditentukan), dNTPs (deoxynucleotide triphosphates), dan enzim

    TAQ polimerase yaitu enzim dari bakteri Termovilus aquatikus.

    Sejak ditemukannya struktur DNA untai ganda, kita mulai memahami prinsip replikasi DNA

    terutama kaitannya dengan mekanisme transfer materi genetik. Seperti yang telah dijelaskandalam materi Asam Nukleat dalam struktur DNA untai ganda tersebut, basa A dan T , juga C

    dan G , memiliki ikatan hidgrogen yang mudah dirusak dan mudah dibentuk kembali. Untuk

    melakukan replikasi, mula-mula ikatan hidrogen tersebut harus dirusak dahulu agar DNA

    untai ganda berubah menjadi untai tunggal. Kemudian karena A selalu berpasangan dengan

    T, dan C selalu berpasangan dengan G, maka jika kita memiliki satu untai DNA dengan

    sequens ACTAG, misalnya, maka kita dapat mencetak untai komplementernya, yaitu

    TGATC, begitu juga sebaliknya.

    Pada prinsipnya, reaksi PCR ( protokol PCR konvensional ) membutuhkan tiga tahap :

    1.

    1. Denaturasi

    Denaturasi merupakan proses memisahkan DNA menjadi utas tunggal. Tahap denaturasi

    DNA biasanya dilakukan pada kisaran suhu 9295 oC. Denaturasi awal dilakukan selama 1

    3 menit diperlukan untuk meyakinkan bahwa DNA telah terdenaturasi menjadi untai

    tunggal. Denaturasi yang tidak berlangsung secara sempurna dapat menyebabkan utas DNAterputus. Tahap denaturasi yang terlalu lama dapat mengakibatkan hilangnya aktivitas enzim

    polimerase.

    1. 2. Annealing

    Annealing merupakan proses penempelan primer. Tahap annealing primer merupakan tahap

    terpenting dalam PCR, karena jika ada sedikit saja kesalahan pada tahap ini maka akan

    mempengaruhi kemurnian dan hasil akhir produk DNA yang diinginkan. Faktor yang

    mempengaruhi tahap ini antara lain suhu annealing dan primer. Suhu annealing yang terlalu

    rendah dapat mengakibatkan timbulnya pita elektroforesis yang tidak spesifik, sedangkan

    suhu yang tinggi dapat meningkatkan kespesifikan amplifikasi. Kenaikan suhu setelah tahap

    annealing hingga mencapai 7074oC bertujuan untuk mengaktifkan enzim TaqDNA

    polimerase. Proses pemanjangan primer (tahap extension) biasanya dilakukan pada suhu

    72oC, yaitu suhu optimal untuk TaqDNA polimerase. Selain itu, pada masa peralihan suhu

    dari suhu annealing ke suhu extension sampai 70 oC juga menyebabkan terputusnya ikatan-

    ikatan tidak spesifik antara DNA cetakan dengan primer karena ikatan ini bersifat lemah.Selain suhu, semakin lama waktu extension maka jumlah DNA yang tidak spesifik semakin

    banyak.

    1. 3. Elongasi

    Elongasi merupakan proses pemanjangan DNA. Dalam tahap extension atau sintesis DNA,

    enzim polimerase bergabung bersama dengan nukleotida dan pemanjangan primer lengkap

    untuk sintesis sebuah DNA utas ganda. Reaksi ini akan berubah dari satu siklus ke siklus

    selanjutnya mengikuti perubahan konsentrasi DNA.

    Hasil sintesa DNA dalam satu siklus dapat berperan sebagai cetakan (template) pada siklusberikutnya sehingga jumlah DNA target menjadi berlipat dua pada setiap akhir siklus.

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    8/26

    Dengan kata lain DNA target meningkat secara eksponensial, sehingga setelah 30 siklus akan

    menjadi milyaran amplifikasi DNA target.

    Ketiga tahap siklus tersebut diulang sesuai dengan jumlah siklus amplifikasi. Pada siklus

    pertama dua untai tunggal DNA cetakan akan disalin menjadi 2 DNA untai ganda. Pada

    siklus kedua, 2 DNA cetakan untai ganda masing-masing akan bertindak sebagai cetakansehingga pada siklus kedua dihasilkan jumlah 4 DNA untai ganda. Pada siklus berikutnya

    akan dihasilkan jumlah DNA secara eksponensial, dimana pada siklus ketiga DNA akan

    disalin menjadi 8 kali, siklus ke 10 menjadi 1.024 kali, siklus 30 menjadi 1.073.741.824 dan

    seterusnya. Pada akhir siklus, DNA cetakan akan digandakan secara eksponensial sehingga

    dihasilkan DNA dalam jumlah yang berlipat ganda hanya dalam waktu yang relatif singkat

    sekitar 3-4 jam.

    1. D. Aplikasi PCR

    Aplikasi PCR utama dibidang klinis adalah untuk diagnosis, dan kloning. Yang paling sering

    dipakai di bidang klinis saat ini adalah untuk diagnosis, yaitu untuk deteksi patogen infeksiusdan identifikasi mutasi pada gen yang berkaitan dengan faktor resiko penyakit.

    Untuk aplikasi PCR dibidang klinis tersebut, telah dikembangkan berbagai macam teknis

    berbasis PCR, antara lain :

    1.

    RFLP-PCR (restriction fragment lenght polymorphisms)

    Pada prinsipnya, teknik ini dimanfaatkan untuk deteksi polimorfisme. Secara umum teknik

    ini menggunakan enzim restriksi untuk mengetahui adanya polimorfisme (RFLP), dan produk

    hasil digesti tersebut diamplifikasi dengan PCR (RFLP-PCR).

    Teknik PCR yang mirip dengan teknik diatas AFLP-PCR (amplification fragment lenght

    polymorphisme) yang digunakan untuk membedakan isolat atau spesies yang berbeda

    berdasarkan daerah enzim restriksi (polimorfisme daerah restriksi)

    1.

    VNTR-PCR (variable number of tandem repeat sequence), dan STR-PCR (short

    tandem repeats). Teknik ini sering digunakan untuk tujuan forensi. Dengan

    menggunakan primer yang tepat, variasi sekuens pengulangan berurutan yang terdapat

    pada DNA sampel dapat diketahui.

    2. Skreening / deteksi mutasi berbasis PCR

    Dahulu, skreening/ deteksi mutasi dapat dilakukan dengan PCR konvensional (misalnya

    dengan BESS-T-Scan (Base Excision Sequence Scanning)) untuk mendeteksi mutasi T/A

    atau T / A, atauAmplification refractory mutation system(ARMS) untuk mendeteksi point

    mutation melalui priming oligonukleotida kompetitif.

    1.

    PCR kuantitatif

    Untuk keperluan diagnosis dan penilaian kemajuan tetapi kadang membutuhkan pemeriksaan

    yang bersifat kuantitatif.

    PCR konvensional dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif tersebut denganmenggunakan kompetitor (internal exogenous standard) atau dengan housekeeping

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    9/26

    gene(internal endogenous standard). Namun saat ini, penggunaan PCR konvensional untuk

    PCR kuantitatif telah digantikan real-time PCR.

    PCR dirancang pada tahun 1985 dab telah memberikan dampak besar pada penelitian

    biologis dan bioteknologi. PCR telah digunakan untuk memperkuat DNA dari berbagai

    macam sumber misalnya fragmen DNA kuno dari gajah purba (mammoth) berbulu yang telahmembeku selama 40.000 tahun; DNA dari sedikit darah;, jaringan, atau air mani yang

    ditemukan di tempat kejadian perkara kriminal; DNA dari sel embrionik tunggal untuk

    diagnosis kelainan genetik sebelum kelahiran dan DNA gen virus dari sel yang diinfeksi oleh

    virus yang sulit terdeteksi seperti HIV.

    Menurut Darmo dan Ari (2000), teknik PCR dapat didayagunakan (kadang dengan

    modifikasi) guna fasilitasi analisis gen. Selain itu telah dikembangkan banyak sekali aplikasi

    praktis. Sebagai contoh teknik dan aplikasi PCR dapat disebutkan sebagai berikut: kloning

    hasil PCR; sekuensing hasil PCR; kajian evolusi molekular; deteksi mutasi ( penyakit

    genetik; determinasi seks pada sel prenatal; kajian forensik (tersangka kriminal, tersangka

    ayah pada kasus paternal); dan masih banyak lainnya.

    Pendapat lain mengenai manfaat dan aplikasi PCR juga dikemukakan oleh Sunarto (1996)

    yang menyebutkan bahwa PCR dapat digunakan sebagai alat diagnosis penyakit thalesemia.

    Menurut Sunarto sebelum cara PCR ditemukan analisis DNA dilakukan dengan prosedur

    yang panjang dan rumit, yaitu pertama-tama membentuk perpustakaan (library construction)

    melalui digesti dengan endonuklease restriktif dan kloning, kemudian skrining, mapping,

    subkloning dan terakhir sekuensing. Tetapi dengan adanya PCR dalam waktu 24 jam sejak

    pencuplikan vili korialis (chorionic villous sampling) diagnosis prenatal sudah dapat

    ditegakkan dan berdasarkan prinsip PCR telah dikembangkan cara diagnostik molekular yang

    terbukti sangat akurat.

    Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk berbagai macam kebutuhan, diantaranya:

    1. a. Isolasi Gen

    DNA makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat besar, DNA manusia panjangnya sekitar 3

    miliar basa, dan di dalamnya mengandung ribuan gen. Sebagaimana fungsi utama DNA

    adalah sebagai sandi genetik, yaitu sebagai panduan sel dalam memproduksi protein, DNA

    ditranskrip menghasilkan RNA, RNA kemudian diterjemahkan untuk menghasilkan rantai

    asam amino alias protein. Dari sekian panjang DNA genome, bagian yang menyandikan

    protein inilah yang disebut gen, sisanya tidak menyandikan protein atau disebut junk DNA,DNA sampah yang fungsinya belum diketahui dengan baik. Kembali ke pembahasan isolasi

    gen, para ahli seringkali membutuhkan gen tertentu untuk diisolasi. Contoh, sebelumnya

    mengekstrak insulin langsung dari pankreas sapi atau babi, kemudian menjadikannya obat

    diabetes, proses yang rumit dan tentu saja mahal serta memiliki efek samping karena insulin

    dari sapi atau babi tidak benar-benar sama dengan insulin manusia. Berkat teknologi rekayasa

    genetik, kini mereka dapat mengisolasi gen penghasil insulin dari DNA genome manusia, lalu

    menyisipkannya ke sel bakteri (dalam hal ini E. coli) agar bakteri dapat memproduksi insulin

    juga. Hasilnya insulin yang sama persis dengan yang dihasilkan dalam tubuh manusia, dan

    sekarang insulin tinggal diekstrak dari bakteri, lebih cepat, mudah, dan tentunya lebih murah

    ketimbang cara konvensional yang harus mengorbankan sapi atau babi. Untuk mengisolasi

    gen, diperlukan DNA pencari atau dikenal dengan nama probe yang memiliki urutan basa

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    10/26

    nukleotida sama dengan gen yang kita inginkan. Probe ini bisa dibuat dengan teknik PCR

    menggunakan primer yang sesuai dengan gen tersebut.

    1. b. DNA Sequencing

    Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA Sequencing, metode yangumum digunakan saat ini adalah metode Sanger (chain termination method) yang sudah

    dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana proses awalnya adalah reaksi

    PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu hanya menggunakan satu primer (PCR biasa

    menggunakan 2 primer) dan adanya tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent.

    Karena warna fluorescent untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu DNA yang tidak

    diketahui bisa ditentukan.

    1. c. Forensik

    Identifikasi seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku maupun korban), atau korban

    kecelakaan/bencana kadang sulit dilakukan. Jika identifikasi secara fisik sulit atau tidak

    mungkin lagi dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan yang tepat. DNA dapat diambil

    dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan analisa PCR untuk mengamplifikasi bagian-

    bagian tertentu DNA yang disebut fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik

    bagi setiap orang. Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang memiliki

    pertalian darah, misalnya ibu atau bapak kandung. Jika memiliki kecocokan yang sangattinggi maka bisa dipastikan identitas orang yang dimaksud. Konon banyak kalangan tertentu

    yang memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri orang tua sesungguhnya dari seorang

    anak jika sang orang tua merasa ragu.

    1.

    d. Diagnosa Penyakit

    Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi sedang mewabah saat ini,

    bahkan satu fase lagi dari fase pandemi. Penyakit berbahaya seperti ini memerlukan diagnosa

    yang cepat dan akurat. PCR merupakan teknik yang sering digunakan. Teknologi saat ini

    memungkinkan diagnosa dalam hitungan jam dengan hasil akurat. Disebut akurat karena

    PCR mengamplifikasi daerah tertentu DNA yang merupakan ciri khas virus Influenza A

    (H1N1) yang tidak dimiliki oleh virus atau makhluk lainnya.

    Berdasarkan uraian diatas penemuan dan manfaat teknik PCR ini berdampak sangat luas

    terhadap kemajuan sains dan teknologi secara umum yaitu antara lain sebagai berikut:

    1. Memperkuat gen spesifik sebelum diklon.

    2. Membuat fragmen gen DNA secara berlimpah

    3. Dapat mendeteksi DNA gen virus yang sulit untuk dideteksi

    4.

    Dapat mendeteksi/ mendiagnosis DNA sel embrionik yang mengalami kelainan

    sebelum dilahirkan.

    5. Bidang kedokteran forensik. Contohnya mendeteksi penyakit yang dapat menginfeksi,

    variasi dan mutasi dari gen.

    6. Mengetahui hubungan kekerabatan antar spesies atau untuk mengetahui dari mana

    spesies tersebut berasal.

    7. Melacak asal usul seseorang dengan membandingkan finger print

    1. E. Kelebihan dan Kelemahan PCR

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    11/26

    Kelebihan

    1. Memiliki spesifisitas tinggi

    2. Sangat cepat, dapat memberikan hasil yang sama pada hari yang sama

    3. Dapat membedakan varian mikroorganisme

    4.

    Mikroorganisme yang dideteksi tidak harus hidup5. Mudah di set up

    Kelemahan

    1. Sangat mudah terkontaminasi

    2.

    Biaya peralatan dan reagen mahal

    3. Interpretasi hasil PCR yang positif belum tervalidasi untuk semua penyakit infeksi

    (misalnya infeksi pasif atau laten)

    4. Teknik prosedur yang kompleks dan bertahap membutuhkan keahlian khusus untuk

    melakukannya.

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1.

    Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagaiPolymerase Chain Reaction (PCR),

    merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk melipatgandakan suatu sekuens

    nukleotida tertentu secara in vitro. PCR merupakan suatu teknik atau metode

    perbanyakan (replikasi)DNAsecaraenzimatiktanpa menggunakanorganisme.2. Adapun komponen dari PCR yaitu DNA cetakan, Oligonukleutida primer, DNA

    polymerase, Larutan Buffer, dan Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP)

    3. Prinsip dasar dari proses PCR yaitu Tahap pertama Denaturasi. Tahap 2 penempelan.

    Tahap 3 elongasi. Ketiga tahap siklus tersebut diulang sesuai dengan jumlah siklus

    amplifikasi. Pada siklus pertama dua untai tunggal DNA cetakan akan disalin menjadi

    2 DNA untai ganda. Pada siklus kedua, 2 DNA cetakan untai ganda masing-masing

    akan bertindak sebagai cetakan sehingga pada siklus kedua dihasilkan jumlah 4 DNA

    untai ganda. Pada siklus berikutnya akan dihasilkan jumlah DNA secara eksponensial,

    dimana pada siklus ketiga DNA akan disalin menjadi 8 kali, siklus ke 10 menjadi

    1.024 kali, siklus 30 menjadi 1.073.741.824 dan seterusnya

    4.

    Contoh aplikasi PCR antara lain yaitu proses Isolasi Gen, DNA Sequencing, Forensikdan Diagnosa penyakit.

    Aplikasi teknik PCR

    Kita harus berterima kasih kepada Kary B Mullis yang telah menemukan dan

    mengaplikasikan PCR pada tahun 1984. Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk

    berbagai macam kebutuhan, diantaranya:

    Isolasi Gen

    http://id.wikipedia.org/wiki/Replikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Replikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Replikasihttp://id.wikipedia.org/wiki/DNAhttp://id.wikipedia.org/wiki/DNAhttp://id.wikipedia.org/wiki/DNAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Organismehttp://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/wiki/DNAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Replikasi
  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    12/26

    Kita tahu bahwa DNA makhluk hidup memiliki ukuran yang sangat besar, DNA manusia saja

    panjangnya sekitar 3 miliar basa, dan di dalamnya mengandung ribuan gen. Oh ya, gen itu

    apaan ya?

    Sebagaimana kita tahu bahwa fungsi utama DNA adalah sebagai sandi genetik, yaitu sebagai

    panduan sel dalam memproduksi protein, DNA ditranskrip menghasilkan RNA, RNAkemudian diterjemahkan untuk menghasilkan rantai asam amino alias protein. Dari sekian

    panjang DNA genome, bagian yang menyandikan protein inilah yang disebut gen, sisanya

    tidak menyandikan protein atau disebut junk DNA, DNA sampah yang fungsinya belum

    diketahui dengan baik.

    Kembali ke pembahasan isolasi gen, para ahli seringkali membutuhkan gen tertentu untuk

    diisolasi. Sebagai contoh, dulu kita harus mengekstrak insulin langsung dari pancreas sapi

    atau babi, kemudian menjadikannya obat diabetes, proses yang rumit dan tentu saja mahal

    serta memiliki efek samping karena insulin dari sapi atau babi tidak benar-benar sama dengan

    insulin manusia.

    Berkat teknologi rekayasa genetik, kini mereka dapat mengisolasi gen penghasil insulin dari

    DNA genome manusia, lalu menyisipkannya ke sel bakteri (dalam hal ini E. coli) agar bakteri

    dapat memproduksi insulin juga [http://www.littletree.com.au/dna.htm]. Dan ajaib! Hasilnya

    insulin yang sama persis dengan yang dihasilkan dalam tubuh manusia, dan sekarang insulin

    tinggal diekstrak dari bakteri, lebih cepat, mudah, dan tentunya lebih murah ketimbang cara

    konvensional yang harus mengorbankan sapi atau babi.

    Nah, untuk mengisolasi gen, diperlukan DNA pencari atau dikenal dengan nama probe yang

    memiliki urutan basa nukleotida sama dengan gen yang kita inginkan. Probe ini bisa dibuat

    dengan teknik PCR menggunakan primer yang sesuai dengan gen tersebut.

    DNA Sequencing

    Urutan basa suatu DNA dapat ditentukan dengan teknik DNA Sequencing, metode yang

    umum digunakan saat ini adalah metode Sanger (chain termination method) yang sudah

    dimodifikasi menggunakan dye-dideoxy terminator, dimana proses awalnya adalah reaksi

    PCR dengan pereaksi yang agak berbeda, yaitu hanya menggunakan satu primer (PCR biasa

    menggunakan 2 primer) dan adanya tambahan dideoxynucleotide yang dilabel fluorescent.

    Karena warna fluorescent untuk setiap basa berbeda, maka urutan basa suatu DNA yang tidak

    diketahui bisa ditentukan.

    Forensik

    Identifikasi seseorang yang terlibat kejahatan (baik pelaku maupun korban), atau korban

    kecelakaan/bencana kadang sulit dilakukan. Jika identifikasi secara fisik sulit atau tidak

    mungkin lagi dilakukan, maka pengujian DNA adalah pilihan yang tepat. DNA dapat diambil

    dari bagian tubuh manapun, kemudian dilakukan analisa PCR untuk mengamplifikasi bagian-

    bagian tertentu DNA yang disebut fingerprints alias DNA sidik jari, yaitu bagian yang unik

    bagi setiap orang. Hasilnya dibandingkan dengan DNA sidik jari keluarganya yang memiliki

    pertalian darah, misalnya ibu atau bapak kandung. Jika memiliki kecocokan yang sangat

    tinggi maka bisa dipastikan identitas orang yang dimaksud.

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    13/26

    Konon banyak kalangan tertentu yang memanfaatkan pengujian ini untuk menelusuri orang

    tua sesungguhnya dari seorang anak jika sang orang tua merasa ragu.

    Diagnosa Penyakit

    Penyakit Influenza A (H1N1) yang sebelumnya disebut flu babi sedang mewabah saat ini,bahkan satu fase lagi dari fase pandemi. Penyakit berbahaya seperti ini memerlukan diagnosa

    yang cepat dan akurat.

    PCR merupakan teknik yang sering digunakan. Teknologi saat ini memungkinkan diagnosa

    dalam hitungan jam dengan hasil akurat. Disebut akurat karena PCR mengamplifikasi daerah

    tertentu DNA yang merupakan ciri khas virus Influenza A (H1N1) yang tidak dimiliki oleh

    virus atau makhluk lainnya.

    Masih banyak aplikasi PCR lainnya yang sangat bermanfaat. Maka tak salah panitia Nobel

    menganugrahkan hadiah Nobel bidang kimia yang bergengsi ini kepada Kary B Mullis hanya

    9 tahun setelah penemuannya (1993).

    Polymerase Chain Reaction (PCR

    Definisi Polymerase Chain Reaction (PCR) Polymerase Chain Reaction (PCR), merupakan

    suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro. Metode

    PCR dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah semula.

    Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya. Kunci

    utama pengembangan PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada

    urutan DNA target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target.

    B. Tahapan-Tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR)

    Penjelasan ringkas tentang setiap siklus reaksi PCR adalah sebagai berikut:

    1. Denaturasi

    Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua untai tunggal.

    2. Penempelan primer

    Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju daerah yang spesifik yangkomplemen dengan urutan primer.

    3.

    Reaksi polimerisasi (Extension)

    Primer yang telah menempel tadi akan mengalami perpanjangan pada sisi 3nya dengan

    penambahan dNTP yang komplemen dengan templat oleh DNA polimerase.

    Gambar 01. Proses Amplikasi Secara Eksponensial.

    Selain ketiga proses tersebut, secara umum PCR didahului dan diakhiri oleh tahapan berikut:

    1. Pra-denaturasi

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    14/26

    Dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi untuk memastikan kesempurnaan denaturasi dan

    mengaktifasi DNA Polymerase (jenis hot- start alias baru aktif kalau dipanaskan terlebih

    dahulu).

    2. Final elongasi

    Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70 oC -72oC) selama 5-15 menit untuk

    memastikan bahwa setiap utas tunggal yang tersisa sudah diperpanjang secara sempurna.

    Proses ini dilakukan setelah siklus PCR terakhir.

    Gambar 02. Siklus Polymerase Chain Reactions (PCR)

    C. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan dalam Polymerase Chain Reaction (PCR)

    Reagen khusus yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses PCR secara in vitro antara lain

    (Mahmuddin, 2010):

    1. Pasangan primer oligonukleotida sintetik mengapit urutan yang akan diamplifikasi

    2. Buffer PCR 5X (250 mM KCl, 50 mM Tris-HCl pH 8,3, 7,5 mM MgCl2)

    3. Campuran dari empat dNTP (dGTP, dATP, dTTP, dCTP) masing-masing sebesar 2,5 mM

    (ultra murni DNTP set, Pharmacia # 27-2035-01). DNTP campuran dibuat dengan volume 10

    mM larutan dari masing-masing empat dNTP terpisah yang digabung.

    4. Taq DNA Polymerase (AmpliTaqTM, Perkin-Elmer/Cetus)

    5. Minyak mineral ringan

    6. Akrilamida (grade elektroforesis)

    . N, N-Methylenebisacrylamide (grade elektroforesis, Ultra-Pure/BRL, # 5516UB)

    8. Amonium persulfat (Ultra-Pure/BRL, # 5523UA)

    9. EMED (N, N, NN etramethylethylenediamine, Ultra-Murni / BRL, # 5524UB)

    Peralatan khusus yang yang dibutuhkan dalam pelaksanaan PCR antara lain:

    1. Mighty-small II SE-250 vertical gel electrophoresis unit (Hoefer)

    2. Perkin-Elmer/Cetus Thermal Cycler

    3. Sterile Thin-wall 0.5 ml Thermocycler microfuge tubes: (TC-5, Midwest Scientific)

    D. Komponen-Komponen Polymerase Chain Reaction (PCR) Mahmuddin (2010),

    menyampaikan beberapa komponen-komponen PCR antara lain:

    1. Enzim DNA polymerase

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    15/26

    2. Primer

    3. Reagen lainnya

    E. Variasi dari Polymerase Chain Reaction (PCR)

    1. Alel-spesifik PCR atau kloning teknik diagnostic

    2. Polymerase Cycling Assembly (PCA)

    3. Asymmetric PCR

    4. Amplifikasi tergantung helikase

    5. Hot Start PCR

    6. PCR spesifik Intersequence (ISSR)

    7. Inverse PCR

    8. Mediated PCR Ligasi

    9. PCR spesifik Metilasi (MSP)

    10. Miniprimer PCR

    11. Multiplex Ligasi-dependent Probe Amplifikasi (MLPA)

    12. Multiplex-PCR

    13. Nested PCR

    14. Tumpang tindih-ekstensi PCR atau Penyambungan tumpang tindih ekstensi (BUMN)

    15. Kuantitatif PCR (Q-PCR)

    16. RT reverse transcription PCR (RT-PCR)

    17. PCR Thermal asimetris interlaced ( TAIL-PCR )

    18. Touchdown PCR (Langkah-mundur PCR)

    F. Manfaat Polymerase Chain Reaction (PCR)

    Saat ini PCR sudah digunakan secara luas untuk berbagai macam kebutuhan, diantaranya:

    1. Isolasi gen

    2. DNA sequencing

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    16/26

    3. Identifikasi forensic

    4. Diagnosa penyakit

    BAB III PENUTUPA.

    SimpulanPolymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode in vitro yang digunakan untuk

    mensintesis sekuens tertentu DNA dengan menggunakan dua primer oligonukleotida yang

    menghibridisasi pita yang berlawanan dan mengapit dua target DNA.Tahapan-Tahapan

    Polymerase Chain Reaction (PCR), denaturasi DNA templat, penempelan (annealing) primer,

    dan polimerisasi (extension) rantai DNA.Komponen-Komponen Polymerase Chain

    Reaction (PCR), Enzim DNA Polymerase: enzim Taq DNA polymerase yang memiliki

    keaktifan pada suhu tinggi; Primer merupakan oligonukleotida pendek rantai tunggal yang

    mempunyai urutan komplemen dengan DNA templat yang akan diperbanyak. Panjang primer

    berkisar antara 20-30 basa; Reagen lainnya berupa dNTP untuk reaksi polimerisasi, dan

    buffer yang mengandung MgCl2.Variasi dari Polymerase Chain Reaction (PCR) seperti:

    Alel-spesifik PCR, Polymerase Cycling Assembly, Asymmetric PCR, Hot Start PCR, PCRspesifik Intersequence, Inverse PCR, Mediated PCR Ligasi, dll.Manfaat Polymerase Chain

    Reaction (pcr), yaitu: amplifikasi urutan nukleotida, menentukan kondisi urutan nukleotida

    suatu DNA yang mengalami mutasi, bidang kedokteran forensik, melacak asal-usul sesorang

    dengan membandingkan DNA finger print.

    E.Aplikasi PCRPCR dirancang pada tahun 1985 dab telah memberikan dampak besar pada penelitian

    biologis dan bioteknologi. PCR telah digunakan untuk memperkuat DNA dari berbagai

    macam sumber misalnya fragmen DNA kuno dari gajah purba (mammoth) berbulu yang telah

    membeku selama 40.000 tahun; DNA dari sedikit darah;, jaringan, atau air mani yang

    ditemukan di tempat kejadian perkara kriminal; DNA dari sel embrionik tunggal untuk

    diagnosis kelainan genetik sebelum kelahiran dan DNA gen virus dari sel yang diinfeksi oleh

    virus yang sulit terdeteksi seperti HIV (Campbell dkk., 2004:395).

    Menurut Darmo dan Ari (2000), teknik PCR dapat didayagunakan (kadang dengan

    modifikasi) guna fasilitasi analisis gen. Selain itu telah dikembangkan banyak sekali aplikasi

    praktis. Sebagai contoh teknik dan aplikasi PCR dapat disebutkan sebagai berikut: kloning

    hasil PCR; sekuensing hasil PCR; kajian evolusi molekular; deteksi mutasi ( penyakit

    genetik; determinasi seks pada sel prenatal; kajian forensik (tersangka kriminal, tersangka

    ayah pada kasus paternal); dan masih banyak lainnya.Pendapat lain mengenai manfaat dan aplikasi PCR juga dikemukakan oleh Sunarto (1996)

    yang menyebutkan bahwa PCR dapat digunakan sebagai alat diagnosis penyakit thalesemia.

    Menurut Sunarto sebelum cara PCR ditemukan analisis DNA dilakukan dengan prosedur

    yang panjang dan rumit, yaitu pertama-tama membentuk perpustakaan (library construction)

    melalui digesti dengan endonuklease restriktif dan kloning, kemudian skrining, mapping,

    subkloning dan terakhir sekuensing. Tetapi dengan adanya PCR dalam waktu 24 jam sejak

    pencuplikan vili korialis (chorionic villous sampling) diagnosis prenatal sudah dapat

    ditegakkan dan berdasarkan prinsip PCR telah dikembangkan cara diagnostik molekular yang

    terbukti sangat akurat.

    Berdasarkan uraian diatas penemuan dan manfaat teknik PCR ini berdampak sangat luas

    terhadap kemajuan sains dan teknologi secara umum yaitu antara lain sebagai berikut:

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    17/26

    1. Memperkuat gen spesifik sebelum diklon.

    2.

    Membuat fragmen gen DNA secara berlimpah

    3. Dapat mendeteksi DNA gen virus yang sulit untuk dideteksi

    4.

    Dapat mendeteksi/ mendiagnosis DNA sel embrionik yang mengalami kelainan

    sebelum dilahirkan.

    5.

    Bidang kedokteran forensik. Contohnya mendeteksi penyakit yang dapat menginfeksi,variasi dan mutasi dari gen.

    6. Mengetahui hubungan kekerabatan antar spesies atau untuk mengetahui dari mana

    spesies tersebut berasal.

    7. Melacak asal usul seseorang dengan membandingkan finger print"

    F. Kelebihan dan Kelemahan PCR1. Kelebihan

    1. Memiliki spesifisitas tinggi

    2. Sangat cepat, dapat memberikan hasil yang sama pada hari yang sama

    3. Dapat membedakan varian mikroorganisme

    4. Mikroorganisme yang dideteksi tidak harus hidup

    5. Mudah di set up

    2. Kelemahan

    Sangat mudah terkontaminasi

    Biaya peralatan dan reagen mahal

    Interpretasi hasil PCR yang positif belum tervalidasi untuk semua penyakit infeksi

    (misalnya infeksi pasif atau laten)

    Teknik prosedur yang kompleks dan bertahap membutuhkan keahlian khusus untukmelakukannya.

    Saat ini proses analisis DNA banyak dilakukan dengan menggunakan teknik PCR

    (polymerase chain reaction). Teknik PCR inilah yang memungkinkan proses analisis

    DNA menjadi lebih cepat dibandingkan dengan melakukan tes DNA dengan cara

    konvensional. Dengan PCR, urutan DNA dapat digandakan hanya dalam waktu

    beberapa jam sampai kuantitasnya cukup untuk sebuah proses analisis. Suatu teknik

    yang sangat menolong tentunya setelah dilakukan prosedur yang cukup rumit untuk

    mendapatkan urutan DNA yang cukup.

    Ditemukannya PCR atau reaksi rantai polimerase ini jelas merupakan sebuah angin

    segar bagi kalangan ilmuwan yang bergerak di bidang genetika molekuler. BerkatPCR-lah, mereka lebih mudah mendiagnosis suatu penyakit maupun melakukan

    analisis forensik. Bahkan studi DNA dari suatu fosil yang ditemukan oleh para

    arkeolog akan lebih mudah dilakukan dengan bantuan PCR ini.

    Untuk lebih jelasnya, berikut ini penerapan PCR yang telah meliputi berbagai bidang

    kehidupan manusia dan membuka peluang baru untuk studi tentang gen.

    Pertama, PCR digunakan untuk amplifikasi urutan DNA yang khas bagi manusia

    sehingga DNA manusia dapat dilacak dan diisolasi dari DNA yang lain.

    Kedua, deteksi mutasi dengan amplifikasi PCR. Mutasi biasanya terjadi pada kankerdan kelainan bawaan. Pengetahuan sifat mutasi pada pasien sangat penting untuk

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    18/26

    diagnosis dan terapi. PCR dapat digunakan untuk mengikuti perkembangan sel kanker

    setelah terapi. Berbagai kelainan bawaan juga telah berhasil didiagnosis dengan cara

    PCR. Kemampuan untuk melacak lesi yang khas untuk sel tumor merupakan hal yang

    sangat bernilai bagi ahli dalam mencoba untuk menentukan apakah seorang pasien

    yang telah diobati terhadap leukemia sudah bebas dari sel malignan atau belum.

    Ketiga, PCR juga dapat diterapkan dalam melacak infeksi virus dan bakteri.

    Diagnosis konvensional didasarkan pada kemampuan untuk menumbuhkan agen pada

    biakan atau untuk melacak keberadaan mereka pada pasien dengan antibodi. Uji

    seperti itu dapat memerlukan waktu beberapa minggu sebelum diagnosis dapat

    ditegakkan, sementara uji yang kedua relatif kurang peka. Hal tersebut juga

    merupakan masalah penting untuk diagnosis AIDS atau untuk studi epidemiologi

    infeksi HIV.

    Contoh lain, seperti pada kasus flu burung adalah mendeteksi keberadaan virus H5N1

    pada penderita suspect flu burung. Seperti pada terapi kanker, tujuan utama diagnosis

    adalah melacak sel-sel terinfeksi, yang biasanya terdapat dalam jumlah yang kecil darisuatu cuplikan jaringan atau darah. Penyakit bekteri juga dapat didiagnosis dengan

    PCR. Salah satu yang penting misalnya tuberkulosis (TBC). Penyakit yang

    disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis ini sering sulit didiagnosis karena hanya

    sedikit mikroorganisme yang ada dalam material dari pasien untuk penegakan

    diagnosis secara histologis. Untuk itu, patogen harus diidentifikasi setelah

    ditumbuhkan pada biakan dan pengujian kepekaan antibiotika. Prosedur seperti itu

    dapat memerlukan waktu sampai dua minggu. PCR telah terbukti dapat mengatasi

    permasalahan tersebut.

    Keempat, PCR digunakan untuk penentuan jenis kelamin pada sel prenatal.

    Prosedur ini sekarang telah digunakan pada klinik bagi keluarga yang mempunyai

    risiko kelainan genetik turunan yang terpaut pada kromosom X, dengan implantasi

    embrio yang telah dibiopsi pada ibu-ibu. PCR memungkinkan biopsi, penentuan

    kelamin, dan transfer janin ke rahim para ibu dapat dilakukan pada status reproduksi

    yang sama. Jenis kelamin dari janin diperiksa dengan analisis karyologis dari sel-sel

    vilus korionik.

    Kelima, PCR digunakan dalam studi evolusi molekuler. Informasi genetika molekuler

    telah semakin sering digunakan dalam studi evolusi untuk menentukan tingkat

    kekerabatan antarspesies. Metode studi evolusi konvensional sering mengalami

    hambatan, karena memerlukan spesies yang masih hidup sebagai sumber DNA.Dengan sumber tersebut, hubungan antarspesies yang masih hidup dapat diamati

    secara langsung. Akan tetapi, hubungan dari organisme hidup dengan yang telah

    punah sulit dilakukan. Cuplikan jaringan dari spesies yang sudah punah atau yang

    populasinya jarang, yang tersimpan di museum di seluruh dunia adalah sumber DNA

    yang baik. DNA dapat disolasi dari sumber-sumber secara beragam, seperti kulit,

    mumi manusia, tanaman kering, bahkan jaringan lunak yang disimpan dalam

    pengawet. Hanya, molekul DNA dari sumber seperti itu umumnya tinggal sebagai

    fragmen-fragmen yang pendek akibat degradasi, rusak akibat mutagen dari

    lingkungan seperti sinar ultra violet, serta tercemar hebat oleh DNA bakteri. DNA

    yang seperti itu tidak dapat digunakan untuk studi dengan teknik pengklonan

    konvensional. PCR telah mengubah situasi tersebut secara dramatis. Teknik ini dapatmengamplifikasi secara efisien fragmen DNA yang kecil yang masih tetap utuh dalam

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    19/26

    terok sekalipun fragmen yang utuh tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit

    sekali

    Keenam, penggunaan PCR dalam bidang kehakiman. Potensi penggunaan sumber

    DNA untuk meyakinkan identitas seseorang dalam ilmu kehakiman adalah bukti

    akurat yang telah diakui secara nyata dan telah banyak digunakan. Hal inilah yangdilakukan dalam mengidentifikasi kelompok teroris Dr. Azahari dalam pengungkapan

    identitas mayat terkena bom di Batu Malang.

    DNA dapat diisolasi dari tetesan darah kering atau dari sperma dalam usapan kapas

    vagina yang telah tersimpan sampai selama dua tahun. Pertimbangan utama dalam

    penerapan PCR dalam forensik adalah cemaran dari contoh barang bukti oleh DNA

    lain dari tempat kejadian kriminal maupun dari DNA lain yang telah pernah

    diamplifikasi di laboratorium yang sama.***

    Virus adalah makhluk hidup yang paling sederhana sebab hanya memiliki gen

    penyandi protein terpenting untuk hidupnya saja. Sebagaimana perilaku parasit,

    protein selebihnya dipinjam dari 'tuan rumah' yang diserangnya.Pada umumnya virusadalah patogen/organisme penyebab penyakit yang paling sulit pengobatannya. Hal

    ini disebabkan oleh dua hal.

    Pertama, protein virus yang menjadi target obat jumlahnya sedikit.

    Kedua tabiat mutasi yang secara alamiah terjadi pada seluruh organisme, muncul

    lebih sering karena kesederhanaan sifat genetiknya itu, sehingga virus paling mudah

    berubah bentuk menjadi tak dikenali lagi oleh obat yang ada. Untuk itu, cara ampuh

    memerangi virus tiada lain adalah dengan mencegah terjadinya 'pertautan ciuman

    maut' tersebut.

    Tonjolan pada virus influenza terdiri dari dua protein yaitu protein hemagglutinin

    (disingkat HA) dan protein neuraminidase (NA). Protein HA mengenali molekul

    sialic acid (SA) di permukaan sel target, selanjutnya protein NA memotong SA agar

    virus dapat masuk ke dalam sel.

    Ketika keluar dari sel pun, protein NA bertugas memotong SA yang banyak terdapat

    di permukaan sel agar virus tidak 'tertambat' di situ saja sehingga dapat bergerak

    bebas menyerang sel lainnya. Apabila umumnya virus memiliki sepotong genom

    (baik dalam bentuk DNA atau RNA), virus influenza memiliki 8 potong genom. Hal

    ini menyebabkan virus influenza sangat sering berganti rupa melalui kombinasi

    potongan genom itu

    Para peneliti dari Australia yaitu Laver dan Coleman berhasil memecahkan struktur

    protein NA sampai tingkat atom pada tahun 1983. Informasi detail wajah protein NAini memberikan petunjuk penting bahwa bagian yang melakukan 'ciuman maut' itu

    tidak pernah berubah walaupun bagian lainnya seringkali berganti.

    Hal ini memberikan inspirasi pada Von Itzstein, juga dari Australia, untuk mensintesa

    senyawa organik yang dapat menghambat pertautan protein NA dengan SA pada

    tahun 1993. Senyawa organik yang menjadi obat influenza ini disebut Zanamivir yang

    menunjukkan khasiatnya dengan meniru SA berinteraksi dengan protein NA.

    Virus influensa pada umumnya baik pada manusia atau pada unggas adalah dari

    kelompok famili orthomyxoviridae. Ada beberapa tipe virus influenza pada manusia

    dan binatang yaitu virus influenza tipe A, B, dan C. Pada manusia Virus A dan B

    dapat menjadi penyebab wabah flu yang cukup luas. Sementara virus C menyebar

    secara periodik, ringan dan tidak menyebakan wabah. Pada permukaan virus A ada 2glikoprotein, Yaitu : hemaglutinin (H), dan neuraminidase (N), untuk

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    20/26

    mengkasifikasikannya secara rinci, masing-masing tipe virus tersebut dabagi menjadi

    subtipe berdasarkan kelompok H dan N, klasifikasinya adalah : H1-H15. dan N1-N9.

    Perbedaan H merupakan dasar subtipe. Influenza pada manusia sejauh ini disebabkan

    oleh virus H1N1, H2N2 dan H3N2 serta virus avian H5N1, H9N2 dan H7N7.

    Sementara itu ada sekitar 15 subtipe virus influenza yang dapat terjadi pada unggas,

    seperti H7N7, H9N2, dll. Subtipe infeksi virus ini menimbulkan berbagai gejala padaunggas mulai dari yang ringan sampai yang fatal dan menyebabkan epidemi luas (

    Highly pathogenic avian influenza) dengan angka kematian pada unggas mencapai

    100%. Kasus fluburung yang kini banyak dibicarakan disebabkan oleh virus influenza

    tipe A subtipe H5N1.Laporan yang menyatakan bahwa virus H5N1 yang sekarang ada

    ternyata berbeda dengan virus H5N1 yang pernah menyerang manusia dan unggas,

    artinya virus tersebut telah bermutasi dan bukan tidak mungkin akan bermutasi

    kembali di masa depan.Dengue dapat didiagnosis dengan isolasi virus, dengan tes serologis, atau dengan metode

    molekuler. Diagnosis infeksi dengue akut (on-going) atau baru dapat dibentuk dengan

    menguji sampel serum selama 5 hari pertama gejala dan / atau fase penyembuhan awal

    (lebih dari 5 hari gejala). Infeksi akut dengan virus dengue dikonfirmasi ketika virus terisolasidari spesimen jaringan serum atau otopsi, atau genom virus dengue yang spesifik

    diidentifikasi dengan reaksi sebaliknya transkripsi-polymerase chain (RT-PCR) dari serum

    atau plasma, cairan serebrospinal, atau jaringan otopsi spesimen selama penyakit demam

    akut. Metode seperti satu langkah, real time RT-PCR atau RT-PCR bersarang sekarang banyak

    digunakan untuk mendeteksi gen virus dengue dalam sampel serum fase akut. Deteksi ini

    bertepatan dengan viremia dan fase demam onset penyakit. Infeksi akut juga dapat

    dikonfirmasi oleh laboratorium identifikasi antigen virus dengue atau RNA di otopsi

    spesimen jaringan dengan analisis imunofluoresensi atau imunohistokimia, atau

    serokonversi dari negatif ke antibodi IgM positif DBD atau demonstrasi peningkatan empat

    kali lipat atau lebih dalam titer IgG antibodi dipasangkan spesimen (akut dan sembuh)

    serum.

    MERS disebabkan oleh virus dari genus coronavirus, genus coronavirus termasuk virus

    visrus yang menyerang binatang. Pada manusia coronavirus biasanya menyebabkab flu, dan

    SARS yang menghebokan China tahun 2003 lalu. Meskipun begitu, MERS-CoV adalah virus

    korona yang berbeda dari SARS-Cov. Tidak adala laporan satupun mengenai MERS-CoV

    sebelum tahun 2012. Meskipun belum dipastikan, MERS-CoV diduga berasal dari kelalawar

    yang menular pada manusia dan cara penyebaran belum diketahui.

    MERS-CoV menyebar dari manusia ke manusia dengan cara terpapar langsung ingus atau

    kotoran lain dari pernafasan dari manusia yang telah terinfeksi MERS-CoV.MERS sering

    menjangkiti orang yang merawat individu yang mengidap Mers.

    MERS-CoV didiagnosa dengan menggunakan PCR test (transcriptase polymerase chain

    reaction)

    MERSCOV terdeteksi menggunakan reverse transcriptase polymerase chain reaction (

    PCR) . Pada tanggal 5 Juni 2013, FDA (BPOM nya amerika) mengeluarkan emergency use

    authorization ( EUA ) untuk CDC Novel Coronavirus 2012 Real-time RTPCR Assay . Tes

    ini mendeteksi MERSCOV , sebelumnya dikenal sebagai coronavirus baru 2012 atau NCV-2012 , pada pasien dengan tanda dan gejala MERS dan faktor risiko yang tepat . Assay ini

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    21/26

    disebarluaskan oleh CDC untuk laboratorium yang berkualitas . PCR dilakukan pada sampel

    sekresi pernapasan atau darah.

    Tes-tes lain mungkin abnormal , tetapi mereka tidak spesifik untuk SARS atau MERS . Dada

    Xray menunjukkan pneumonia , yang mungkin terlihat tambal sulam pada awalnya .

    Biasanya , infiltrat mungkin terlihat seperti kaca tanah pada C scan namun dapatberlanjut ke putih keluar penampilan . Biasanya , limfosit dan jumlah trombosit yang

    menurun sedangkan kreatinin fosfokinase ( CPK ) dan serum laktat dehidrogenase ( LDH )

    tingkat dapat ditingkatkan .

    MERS harus dicurigai pada orang dengan gejala yang sesuai, terutama bila seseorang yang

    barus saja kembali dari timur tengah.

    PROSEDUR PCR

    Vivantis DNA amplification kit

    1. Bersihkan tempat kerja dengan ethanol 70%

    2. Siapkan sarung tangan, pipet tips, eppendorf tubes steril pada tempat bersih

    (seringlah mengganti sarung tangan)

    3. Siapkan Vivantis DNA amplification kit dari -20 kemudian thawing pada RT

    4. Penyiapan primer

    a. Proses pengenceran primer

    RNAse

    Dipipeting supaya homogen dan divortex

    b. Proses aliquot primer

    Diambil 10 L masing-masing primer dimasukkan pada ependof yang berbeda dan

    dilabel

    5. Labeli 200 L PCR tube sesuai jumlah sampel

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    22/26

    Label 1 = K14P label 2 = K24P

    Label 3 = K34P label 4 = K42P

    Label 5 = K54P label 6 = K64P

    Label 7 = K74P label 8 = K84P

    Label 9 = K94P

    Untuk penulisan dengan tinta biru menggunakan primer Jagged dan tinta hitam

    _actin (karena pada penelitian ini hanya menggunakan 2 primer tersebut)

    6. Penyiapan reagen PCR mix reaksi

    Ikutilah prosedur pada table dibawah ini

    Prosedure PCR Reaction

    Tabel 1. Mix Reaksi

    Catatan :

    a. Untuk menentukan x reaksi:

    1. perhitungkan total volume yang diperlukan cukup untuk percobaan selanjutnya

    (Elektroforesis Horisontal/DNA), contoh 1/7 x reaksi,

    2. kemudian kalikan dengan jumlah sampel ditambah 3 atau 4, contoh 12 x reaksi =

    9

    sampel + 3

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    23/26

    b. untuk Taq DNA polymerase harus segera di aliquot 20 L pada beberapa ependdof,

    labellah dan segera disimpan dalam -20

    o

    C

    7. Siapkan/masukkan 6,943 L Mix reaksi PCR kedalam masing tube eppendorf (v 200 L)

    sampel yg telah disiapkan (no. 5)

    8. Pipetlah 0,2 L DNA template atau DNa Sampel

    9. Campurlah dengan mix reaksi PCR yang sidah siap dalam tube eppendorf dengan

    cara

    dipepeting (jangan divortex) kemudian spin down

    10. Bawalah tube pada mecin PCR dan gunakan mengikuti kondisi siklus pada table 2

    11. Setelah proses PCR sampel bisa disimpan dalam 4oC, atau langsung di

    elektroforesis Horisontal/DNA.

    Penyakit

    LEPTOSPIROSIS

    Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira dan tersebar di seluruh dunia

    terutama di negara tropis dengan kelembaban yang tinggi. Ada berbagai teknik

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    24/26

    laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit leptospirosis

    diantaranya, (1) mendeteksi Leptospira secara langsung menggunakan mikroskop lapangan

    gelap atau mendeteksi bakteri Leptospira dengan membiakkan; (2) mendeteksi gen spesifik

    Leptospira menggunakan PCR; (3) mendeteksi antibodi terhadap Leptospira secara serologis

    menggunakan metode MAT, ELISA, RIA, IHA, dll. Semua metode ini mempunyai kelebihan

    dan kekurangan

    3.a. Teknologi PCR

    Polymerase chain reaction (PCR) adalah metode amplifikasi segmen DNA Leptospirayang

    terdapat di dalam sampel klinik. Jadi, adanya Leptospiradipastikan dengan menemukan

    segmen DNA Leptospirayang spesifik. Metode ini sangat berguna untuk mendiagnosis

    leptospirosis terutama pada fase permulaan penyakit. Alat ini dapat mendeteksi

    Leptospirabeberapa hari setelah munculnya gejala penyakit. Akan tetapi, alat ini belum

    tersedia secara luas terutama di negara yang sedang berkembang.

    Untuk mendeteksi DNA Leptospira, teknologi PCR membutuhkan sepasang primer

    dengan sasaran gen spesifik, seperti gen rRNA 16S dan 23S, atau elemen

    pengulangan. Di samping itu, ada juga yang disusun dari pustaka genom. Umumnya

    teknologi ini sangat jarang dipakai untuk memeriksa spesimen klinik.

    Dari hasil penelitian penderita yang sudah didiagnosis leptospirosis secara pasti, ternyata

    yang menunjukkan hasil biakan positif sekitar 48%, sementara PCR 62%, sedangkan

    pemeriksaan serologis 97%. Pada keadaan tertentu pemeriksaan PCR lebih

    menguntungkan. Sebagai contoh, pemeriksaan ini dapat memberikan hasil positif pada 2

    penderita yang meninggal sebelum terjadi serokonversi, dan juga memberi hasil positif

    pada 18% penderita seronegatif pada permulaan fase akut.

    Merien dkk. (1992) membuat sepasang primeryang dapat mengamplifikasi fragmen yang

    panjangnya 331 pasang basa dari gen rrs (rRNA 16S) Leptospirapatogen dan non-patogen

    oidengan harapan agar dapat mendeteksi seluruh serovar patogen. Gravekamp dkk.

    (1993) membuat G1 dan G2. Primer ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat

    mengamplifikasi serovar L. kirschneri. Kedua pasang primer ini sudah digunakan secara

    luas untuk studi klinik.Keterbatasan PCR adalah tidak mampu untuk mendeteksi jenis

    serovar yang menginfeksi. Walaupun demikian PCR bermanfaat untuk epidemiologi dan

    kesehatan masyarakat. Agar lebih bermanfaat, maka hasil yang diperoleh dicerna dengan

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    25/26

    enzim endonuclease restriksi, kemudian amplicon yang diperoleh disikuens langsung, atau

    dianalisis dengan metode konformasi untai tunggal.

    Keuntungan pemeriksaan PCR adalah, bila bakteri ada maka diagnosis dapat dipastikan

    dengan cepat terutama pada fase dini penyakit sebelum titer antibodi dapat dideteksi.

    Kelemahannya, memerlukan peralatan dan tenaga ahli yang khusus. Disamping itu,

    PCR dapat memberikan hasil positif palsu, apabila terkontaminasi oleh DNA asing.

    Dia juga dapat memberi hasil negatif palsu, karena spesimen klinik yang diperiksa sering

    mengandung inhibitor seperti heparin dan saponin.

    TUBERCuLOSIS

    Salah satu faktor yang menghambat program pemberantasan tuberkulosis paruadalah belum tersedianya alat diagnosis cepat yang dapat menentukan adanya

    bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam sputum. Diagnosis cepat dan tepat

    sangat penting untuk menentukan pengobatan dan memutus rantai penularan. PCR(Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode pemeriksaan yang prinsip

    kerjanya memperbanyak (amplification) DNA invitro secara enzimatis. TehnikPCR telah dikembangkan untuk diagnosis berbagai penyakit infeksi, seperti

    Hepatitis, HIV, Human Papillomavirus, dan untuk mendeteksi M.tuberculosis.

    Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan validitas PCR sebagai perangkatdiagnosis pada tersangka penderita tuberkulosis. Hasil penelitian ini diharapkan

    dapat memberi manfaat bagi program pemberantasan tuberkulosis terutamasebagai informasi tentang validitas diagnosis dan kemungkinan penggunaan PCR

    sebagai alat diagnosis.

    Sebanyak 70 sampel sputum diambil dari tersangka penderita tuberkulosis,diperiksa menggunakan 3 jenis pemeriksaan: mikroskopis bakteri tahan asam

    (BTA), uji PCR dan metode biakan yang berfungsi sebagai baku emas (gold

    standard). Validitas diagnosis ditentukan dengan menghitung sensitifitas,

    spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kecenderungan positif dan negatif,akurasi dari masing masing hasil diagnosis (mikroskopis BTA dan PCR).

    Sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan mikroskopis BTA adalah 77,2% (CI =95%; 0,7837- 0,7603) dan 95,8% (CI = 95%; 0,96361- 0,9523) dengan nilai duga

    positif dan negatif 89,4% dan 90,1% dengan rasio kecenderungan (LR +) = 18,8

    dan (LR -) = 0,23. Hasil uji PCR menunjukkan sensitifitas dan spesifisitaspemeriksaan sebesar 90% (CI = 95%; 0,90705 - 0,89295) dan 79% (CI = 95%;0,7995 - 0,78043) dengan nilai duga positif dan negatif 66% dan 95% dengan rasio

    kecenderungan (LR +) = 3,18 dan (LR -) = 0,11.

  • 5/20/2018 Prosedur Pcr

    26/26

    Sebagai perangkat diagnosis TB paru, PCR valid dapat membedakan penderita TB

    paru dan bukan penderita TB paru, akan tetapi kurang reliabel dibanding hasil

    pemeriksaan mikroskopis BTA.