Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

  • Upload
    nass

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    1/85

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    2/85

    i

    JURNAL SIMETRIK

    ISSN : 23 2 9579

    VOLUME 1, NOMOR 1, Desember 2012

    Ketua Penyunting

    Vicky Salamena, SST., MT

    Redaktur

    Aleksander A Patty, ST., MT

    Penyunting Pelaksana

    Luwis H. Laisina, ST., MT

    Paulus F. Picauly, ST., M.Eng

    Graciadiana I. Huka, ST., MT

    Reynold P. J. V. Nikijuluw, S.Pd., M.Ed

    Desain Grafis

    Ridolf Kermite, ST

    Tata Usaha

    Wa Hauli

    Alamat Penyunting dan Tata Usaha :

    Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Negeri Ambon

    Jln. Ir. M. Puttuhena Wailela Rumah Tiga Kota Ambon 97234.

    Website: www.uppm.polnam.ac.id . e-mail:[email protected]

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    3/85

    ii

    DAFTAR ISI

    PERUBAHAN SIFAT MEKANIS KOMPOSIT HIBRID POLIESTER YANG DIPERKUAT

    SERBUK BATOK KENARI DAN SERAT KELAPA AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME

    (EDISON EFFENDY)

    1 - 8

    PENGARUH BILANGAN REYNOLDS DAN JARAK MELINTANG PENGHALANG

    SEGITIGA YANG DISUSUN BERSILANGAN TERHADAP POLA DAN BEDA

    TEKANAN ALIRAN FLUIDA

    (ALEXANDER PATTY)

    9 - 1 6

    ANALISIS PENGGUNAAN BAJA TULANGAN DAN BETON PADA PONDASI

    JEMBATAN WAI-SAPIA

    (SAMUEL UNEPUTTY Dan HERRY H. ROBERTH)

    17 - 25

    ANALISIS SIFAT MEKANIS KOMPOSIT POLYESTER MENGGUNAKAN SERAT

    AMPAS EMPULUR SAGU AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME

    (EDYSON HUKOM, dkk)

    26 - 31

    ANALISIS SIMPANG TAK BERSINYAL BENTENG GUDANG ARANG AIR SALOBAR

    (Jl. Dr. Siwabessy Jl. Dr. Malaiholo Jl. Dr. Kayadoe Jl. Gudang Arang Ambon)

    (ELYSABETH TALAKUA)

    32 - 38

    EVALUASI JARAK PANDANG PADA SIMPANG JALAN HALONG DAN HALONG

    ATAS KOTA AMBON

    (VERA Th. C. SIAHAYA Dan S. METEKOHY)

    39 - 45

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PEMBENGKAKAN BIAYA

    (COST OVERRUN) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA AMBON

    (TONNY SAHUSILAWANE Dan LENORA LEUHERY)

    46 - 57

    STUDI PERLINDUNGAN PANTAI DUSUN ERIE - DESA NUSANIWE(PIETER LOURENS FRANS Dan ISAK LILIPORY)

    58 - 64

    KAJIAN TERHADAP STRUKTUR DINDING PENAHAN PANTAI TYPE CELLULAR

    (BUIS SUMURAN) PADA DAERAH PANTAI RUMAHTIGA AMBON

    (ISAK LILIPORY Dan PIETER LOURENS FRANS)

    65 - 73

    STUDI PERBANDINGAN UNJUK KERJA TRAFO OPEN DELTA DAN TRAFO DELTA

    PADA KEADAAN BERBEBAN

    (PELPINUS SINAY)

    74 - 81

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    4/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    1

    PERUBAHAN SIFAT MEKANIS KOMPOSIT HIBRID POLIESTER YANG

    DIPERKUAT SERBUK BATOK KENARI DAN SERAT KELAPA

    AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME

    Edison Effendy

    Teknik Mesin Politeknik Negeri AmbonEmail : [email protected]

    Abstract

    Walnut shell powder and coconut fiber are the two waste materials derived from the processing of walnut

    and coconuts which are plentifull in the Maluku region and not been optimally accomodate. Both of these materials

    can be utilized for the develop of composites using polyester resin as the matrix.

    Polyester resin under open-air conditions will be formed in liquid, walnut shell powder (SBK) is hard and

    strong, and coconut fiber (SSK) are light and fragile, therefore the nature of the adhesive polyester will be used as a

    binder between coco fiber and walnut shell powder as a filler. If done setting the volume fraction variation between

    Walnut Shell Powder (SBK) and coconut fiber (SSK) in the polyester resin is expected to be seen large variations inthe mechanical properties of this composite for each composition. Testing was performed mechanical testing

    standard ASTM D790 flexural test.

    From the results seen any changes in the mechanical properties due to the addition of fibers and powders.

    Bending Tests obtained for bending strength hybrid composite average Coconut Coir Fiber and Walnuts Shell

    Powder SBK 10%: 30% SSK: 60% Polyester Resins adalah119.2046 MPa, the highest bending modulus of elasticity

    at 10% SBK: 30% SSK: 60% Polyester resin for 8026.32071 MPa.

    Keyword : mechanical properties, filler, hibryd composit, volume fraction

    1. Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Material komposit adalah kombinasi antara duabahan atau lebih yang memiliki sejumlah sifat yang

    tidak mungkin dimiliki oleh masing-masing komponen.

    Pada bahan komposit bahan pembentuknya masih

    terlihat seperti aslinya. Material yang dibuat dengan

    kombinasi dua atau lebih material berbeda yang

    digabung atau dicampur secara makroskopik untuk

    membentuk material yang bermanfaat, dengan syarat

    terjadi ikatan antara kedua material tersebut

    (Budinski,2003). Komposit mempunyai sifatsifat yang

    unggul dibandingkan dengan material lain, seperti rasio

    antara kekuatan dan densitasnya cukup tinggi, kaku,

    proses pembuatannya sangat sederhana serta tahan

    terhadap korosi dan beban lelah (Rusmiyatno, 2007).

    Salah satu jenis komposit yang diketahui adalah

    komposit dengan penguat berbahan serat dan serbuk

    Penggunaan material komposit dengan fillerserat

    alam (biokomposit) mulai banyak dikenal dalam industri

    manufaktur. Komposit dengan penguat serat alami ini

    semakin intensif berkaitan dengan meluasnya

    penggunaan komposit pada berbagai bidang kehidupan

    serta tuntutan penggunaan material yang kuat dan lebih

    ringan yang sebagian dapat dipenuhi oleh komposit

    berbasis serat (fibre reinforced composites).

    Material yang ramah lingkungan, mampu didaur

    ulang, serta mampu dihancurkan sendiri oleh alam

    merupakan tuntutan teknologi sekarang ini. Salah satumaterial yang diharapkan mampu memenuhi hal tersebut

    adalah material komposit dengan material pengisi (filler)

    serat alam. Penggunaan serat alam sebagai fillerdalam

    komposit tersebut terutama untuk lebih menurunkan

    biaya bahan baku dan peningkatan nilai salah satu

    produk pertanian.

    Kowangid dan Diharjo (2003) menunjukkan

    bahwa hasil uji bending dan impak komposit sandwich

    GFRP (Glass Fiber Reinforced Polyester) dengan lebih

    tinggi dibandingkan dengan core PVC H 100 . Perilaku

    ini mengindikasikan bahwa semakin padat core semakin

    tinggi pula kekuatannya. Jika hasil penelitian inidibandingkan dengan hasil penelitiannya Diharjo dkk

    (2004), maka komposit GFRP sandwich dengan core

    PVC H 100 memiliki kekuatan lebih tinggi

    dibandingkan dengan komposit GFRP sandwich dengan

    polyurethane (PU)PU

    Saira Taj, et.al, (2007) menggunakan Serat

    alami sebagai penguat menjadi alternatif serat teknis

    seperti serat kaca. Beberapa komposit serat alam

    mencapai sifat mekanik yang setara dengan komposit

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    5/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    2

    fiber glass, dan sudah diterapkan misalnya, dalam

    industri mobil dan mebel. Selanjutnya Majid Ali,

    (2010) menyajikan fleksibilitas dari serat kelapa untuk

    pengaplikasian dalam berbagai cabang rekayasa,

    khususnya dalam rekayasa sipil sebagai bahan

    konstruksi. Komposit diperkuat serat kelapa telah

    digunakan sebagai elemen non-struktural murah dan

    tahan lama.

    Penelitan tentang komposit berbasis serat sangat

    beragam mulai dari variasi jenis matriks dan serat, jenis

    anyaman hingga bahan dasar matriks maupun serat.

    Penelitian juga berkembang dengan penggunaan bahan

    serat alam untuk beberapa variasi matrik resin sintetis

    dan alami. Komposit dengan penguat serat alami ini

    semakin intensif berkaitan dengan meluasnya

    penggunaan komposit pada berbagai bidang kehidupan

    serta tuntutan penggunaan material yang kuat dan berat

    yang lebih ringan yang sebagian dapat dipenuhi olehkomposit berbasis serat (fibre reinforced composites).

    Serat alam dapat menjadi filler dalam komposit

    karena kandungan selulosa yang dimilikinya. Beberapa

    serat alam yang memiliki selulosa antara lain, sabut

    kelapa, kenaf, , tebu, jagung, abaca, padi, ramie dan lain

    - lain. Variasi komposit ini akan membentuk kombinasi

    serat alam dan partikel serbuk alami menjadi komposit

    hibrid (terdiri atas 2 atau lebih reinforced). Salah satu

    partikel yang dapat menjadi pengisi (filler) adalah

    serbuk batok kenari (Canarium sp).

    Penelitian ini dititik beratkan pada meneliti

    kekuatan bending dan impack material yaitu untuk

    mengetahui sifat mekaniknya dan sifat fisiknya sesuai

    dengan aplikasi yang diinginkan. Bahan yang digunkan

    pada komposit ini berasal dari biomaterial biomaterial

    yaitu filler serat sabut kelapa dan serbuk batok kenari

    yang divariasikan terhadap matrik poliester type 157

    BTQN.

    Batok kenari dan serat kelapa yang digunakan

    adalah yang berasal dari daerah Maluku. Kedua produk

    pertanian ini sangat banyak terdapat di daerah Maluku

    namun sangat disayangkan karena selama ini belum

    dimanfaatkan sebagai suatu material yang bernilai

    ekonomi karena bahan dasar dari kedua material ini

    lebih banyak dijadikan limbah. Arah dan aplikasi dari

    penelitian ini adalah untuk mendapatkan material baru

    yang nantinya dapat bermanfaat untuk bahan dasar

    pembuatan lambung perahu pengganti fybre glass yang

    saat ini sering digunakan oleh masyarakat Maluku serta

    menambah khasanah biomaterial yang ada di Indonesia

    dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.

    1.2 Rumusan Masalah

    Pada penulisan ini rumusan masalah yang akan

    dibahas adalah:

    Bagaimana pengaruh variasi fraksi volume serbuk batok

    kenari (SBK) dan serat Sabut kelapa (SSK) terhadap

    perubahan sifat mekanis dari komposit serbuk kenari

    dan serat sabut kelapa resin poliester.

    1.3 Batasan Masalah

    Agar penelitian yang dilakukan Untuk

    memperlancar dan memudahkan jalannya penelitian ini

    maka batasan masalahnya adalah sebagai berikut:

    Material yang digunakan sebagai filler adalah serbuk

    batok kenari dan serat sabut kelapa dengan

    perbandingan variasi volumenya yaitu: 30%:10%,

    20%:20% dan 10%:30% yang ditambahkan 60%

    resin poliester tipe 157 BTQN dengan serat pendek

    (1cm) acak dan serbuk batok kenari ukuran mesh

    180.

    Perlakuan alkali dilakukan terhadap serat dan serbukmasing masing pada larutan 5% NaOH

    Pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian

    dan pengujian bending (ASTM D790-03 ).

    1.4 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mendapatkan nilai maksimal variasi fraksi volume

    serbuk batok kenari dan serat sabut kelapa terhadap

    perubahan sifat mekanis khususnya nilai kekuatan

    bending dari komposit serbuk batok kenari dan serat

    sabut kelapa resin poliester sebagai bahan pengganti

    fibre glass pada pembuatan perahu nelayan serta upaya

    untuk meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari

    kedua material serat alam tersebut.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1. Mendapatkan material teknik yang lebih baik,

    kuat, dan murah khususnya komposit hibrid

    Sebagai alternatif pengganti serat sintetis yang

    lebih mahal dan tidak ramah lingkungan

    2. Mengetahui komposisi optimum serat kelapa dan

    serbuk batok kenari pada pembuatan komposit

    serta pengaruh variasi fraksi volume serat

    kelapa dan serbuk batok kenari sehingga

    kecendrungan sifat mekanis dan aplikasi

    penggunaan komposit dapat dipilih berdasarkan

    sifat komposit.

    2. Tinjauan Pustaka

    2.1 Komposit

    Kata komposit berasal dari kata to compose

    yang berarti menyusun atau menggabung. Secara

    sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari

    dua atau lebih bahan yang berlainan. Jadi komposit

    adalah suatu bahan yang merupakan gabungan atau

    campuran dari dua material atau lebih pada skala

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    6/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    3

    makroskopis untuk membentuk material ketiga yang

    lebih bermanfaat. Pada bahan komposit, sifat-sifat unsur

    pembentuknya masih terlihat jelas yang pada paduan

    sudah tidak lagi tampak secara nyata. Justru keunggulan

    bahan komposit di sini adalah penggabungan sifat-sifat

    unggul masing-masing unsur pembentuknya tersebut

    Secara umum material komposit dapat

    diklasifikasikan atas tiga macam yaitu, Metal Matrix

    Composites (MMCs), Polymer Matrix Compsites

    (PMCs) dan Ceramics Matrix Coposites (CMCs) (Imra,

    2009; Jacob, 1994)

    2.2 Polyester

    Polyester, dalam kebanyaan hal resin polyester

    tak jenuh ini disebut polyester saja. Karena berupa resin

    cair dengan viscositas yang relatif rendah, mengeras

    pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa

    menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak

    resin termoseting yang lainnya, maka tak perlu diberi

    tekanan untuk pencetakan. Berdasarkan karateristik ini,

    bahan dikembangkan secara luas sebai plastik penguatserat (FPR) dengan menggunakan bahan serat gelas.

    Menurut (Davis,1982) Polyester berasal dari reaksi

    kimia asam dibasa bereaksi secara kondensasi dengan

    alkohol dihidrat. Karena asam tak jenuh digunakan

    dengan berbagai cara sebagai bagian dari asam dibasa,

    yang menyebabkan terdapatnya ikatan tak jenuh dalam

    rantai utama dari polimer yang dihasilkan, maka disebut

    polyester tak januh. Kemudian, monomer vinil

    dicampur, yang bereaksi dengan gugus tak jenuh pada

    pencetakan untuk mengeset. Sifat dari polyester sendiri

    adalah kaku dan rapuh. Mengenai sifat termalnya,

    karena banyak mengandung monomer stiren, maka suhu

    deformasi termal lebih rendah dari pada resin termosetlainnya dan ketahanan panas jangka panjangnya kira-

    kira 110-140C. Ketahanan dingin adalah baik secara

    relatif. Sifat listriknya lebih baik diantara resin termoset,

    tetapi diperlukan penghilangan lembaban yang cukup

    pada saat pencampuran dengan gelas.

    Polyester merupakan bahan termoseting yang

    banyak beredar dipasaran karena harganya yang relatif

    murah dan dapat diaplikasikan untuk berbagai macam

    penggunaan. Aplikasi dari Polyester termasuk

    pengecoran tombol, bola bowling, marmer, dan produk

    dekoratif. Industri marmer juga mengembangkan

    polimer beton yang diisi Polyester tak jenuh yang

    menawarkan bahan yang ekonomis untuk bangunan dan

    industri konstruksi.

    2.3 Bahan PenguatBahan penguat yang digunakan sebagai penguat

    komposit sangat beragam yang antara lain terdiri atas

    bahan reinforced sintesis dan alami. Pada gambar 2.2

    ditunjukkan beberapa jenis penguat dalam komposit.

    Bahan penguat yang banyak digunakan adalah serat

    (fiber). Bahan penguat serat ini masih terbagi lagi atas

    jenis serat sintetis dan alam. Salah satu serat alam yang

    memiliki karakteristik istimewa adalah serat sabut

    kelapa yang dapat menjadi bahan penguat dengan

    berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan.

    Gambar 1. Klasifikasi Bahan Penguat Komposit

    Sumber P.C.Pandey, 2004

    2.1 Serat sabut kelapa (coco fiber)

    Kelapa merupakan tanaman perkebunan/ industri

    berupa pohon batang lurus dari family Palmae. Tanamankelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman

    serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi

    tinggi.

    Struktur serat ditentukan oleh dimensi dan

    pengaturan sel-sel berbagai unit, dan yang juga

    mempengaruhi sifat serat. ''Serat adalah sel memanjang

    dengan ujung runcing dan sangat tebal dinding sel

    berlignin 'seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3

    Gambar 2. Iirisan Sel Serat Sabut Kelapa

    Sumber: Afa Austin Waifielate, 2008

    Bagian melintang dari sel unit dalam serat memiliki

    pusat berongga yang dikenal sebagai lumen dan bahwa

    bentuk dan ukuran tergantung pada dua faktor seperti

    ketebalan dari dinding sel dan sumber serat. Lembah

    rongga berfungsi sebagai isolator akustik dan thermal

    karena kehadirannya menurunkan bulk density serat.

    2.2 Serbuk batok kenari

    Batok kenari seperti berasal dari buah kenari.

    Buah kenari banyak terdapat di daerah Maluku dan

    sering dijumpai pada UKM-UKM usaha pembuatanpenganan/kue. Serbuk kenari (gambar 2.4) berasal dari

    batok kenari yang digerus dan diayak. Dalam

    pemanfaatannya masih sebagai bahan bakar, bahan dasar

    briket, namun masih sedikit penelitian yang

    memanfaatkan serbuk batok kenari untuk bahan penguat

    komposit. Salah satu publikasi yang didapat

    mengemukakan pemanfaatan serbuk batok kenari adalah

    sebagai bahan pengganti karbon aktif pada proses

    carburizing.

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    7/85

    JURNA

    Gambar 3. Serbuk bato

    Gambar 4. Buah kenari (C

    2.3 Bahan Tambahan

    Bahan tambahan secara lan

    dalam meningkatkan kemampua

    mengubah kualitas serta sifat prod

    (Surdia.T 2005. Beberapa bahan t

    digunakan pada resin Polyester antaBahan aditif yang biasa dipakai

    pewarna, disamping untuk membe

    tinggi dengan mewarnai hasil pro

    untuk melindungi dari pengaruh s

    menyerap dan memantulkan jenis si

    Bahan hardener merupaka

    memungkinkan terjadinya proses

    pengerasan pada resin. Hardener

    bahan yaitu katalisator dan accelera

    digunakan adalah Methyl Ethyl

    (MEKP) yang merupakan hasil dari

    Ketone dengan Hidrogen Peroxide

    ini merupakan sebuah percampuranganda atau majemuk peroxide

    disebut monomer dan dimer. Acc

    mempercepat terjadinya ikatan-ikat

    molekul yang sudah mempunyai

    untuk mempercepat proses curing (p

    SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    k kenari

    narium sp)

    sung turut berperan

    pemrosesan atau

    k material komposit

    mbahan yang dapat

    ra lain: dalah: Pigmen atau

    ri nilai estetis yang

    duk yang berfungsi

    inar karena mampu

    nar tertentu.

    bahan yang

    curing, yaitu proses

    ini terdiri dari dua

    tor. Katalisator yang

    Ketone Peroxide

    reaksi Methyl Ethyl

    . Produk dari reaksi

    dari dua campuran ang berbeda yang

    lerator, bahan yang

    an diantara molekul-

    ikatan tunggal dan

    engerasan).

    2.4 Pengujian Bending

    Berdasarkan pengujian b

    Gambar 5. Penampang

    Sumber : ASTM D

    Persamaan yang digunak

    dengan :

    b = Tegangan bending(MPa)

    P = Beban /Load(N)

    L = Panjang Span / Support spa

    b = Lebar/ Width (mm)

    h = Tebal /Depth (mm)

    Modulus elastisitas

    dirumuskan dengan persamaan (

    34bh

    m3L

    bE

    dengan :

    Eb = Modulus Elastisita

    L = Panjang Span / Su

    b = Lebar/ Width (mmh = Tebal /Depth (m

    m = Slope Tangent pa

    (N/mm)

    Dari hasil perhitungan di

    bendingnya yaitu untuk kompo

    kelapa dan serbuk batok kenari.

    tersebut dapat diketahui be

    komposisi serat sabut kelapa da

    divariasikan komposisinya 10%

    Tegangan bending kompo

    menurun kemudian terjadi ken

    dikarenakan oleh adanya pengar

    serat sabut kelapa dan serbuk ba

    arah serat. Bila serat semaki

    tegangan bendingnya Dimana

    kekuatan bending ini dikarenak

    dan serat semakin kuat sehingg

    semakin besar.

    4

    ending

    ending (balok)

    790, 1997

    an sebagai berikut:

    (1)

    (mm)

    bendingnya dapat

    2.3):

    (2)

    sBending(MPa)

    port span(mm)

    ) )

    a kurva beban defleksi

    eroleh besar tegangan

    sisi hibrid serat sabut

    Dari Tegangan bending

    ar tegangan bending

    serat batok kenari yang

    20% dan 30%,

    sit menunjukkan trend

    aikan tegangan hal ini

    h penambahan volume

    tok kenari dan distribusi

    n banyak serat maka

    Semakin meningkatnya

    an ikatan antara matrik

    kekuatan kompositnya

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    8/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    5

    3 Metodologi Penelitian

    3.1 Kerangka Konsep PenelitianPenelitian yang dilakukan mengikuti alur sebagai

    berikut

    Gambar 6. Diagram Alur Penelitian

    3.2 Hipotesa

    Pengaturan variasi perbandingan fraksi volume

    serbuk batok kenari dan serat kelapa terhadap resin

    poliester akan meningkatkan sifat mekanik komposit

    poliester serbuk batok kenari dan serat sabut kelapa

    sehingga diperoleh fraksi volume dengan sifat mekanis

    yang baik.

    3.3 Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode

    eksperimental dengan uji pendukung antara lain: Uji

    Impak dan UjiBending

    3.4 Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas

    Variabel yang besarnya ditentukan sebelum

    penelitian. Variable bebas dalam penelitian ini adalah:

    Variasi komposisi serbuk batok kenari:

    1. 10%

    2. 20%

    3. 30%

    Variasi komposisi serat sabut kelapa:

    a. 10%

    b. 20%

    c. 30%

    2. Variabel terikat

    Variable terikat dalam penelitian ini adalah:

    Gabungan Serat Sabut Kelapa dengan Serbuk

    Batok Kenari membentuk komposit hibrid

    Uji Bending (ASTM D790-03)

    3. Variabel terkontrol

    Variabel terkontrol yang digunakan antara lain:

    Penambahan MEKPO sebesar 1%

    Resin poliester sebesar 60 %.

    Ukuran diameter filler serbuk batok kenari tetap

    Ukuran panjang serat Sabut Kelapa 1 cm dengan

    arah acak Ukuran serbuk batok kenari 180 mesh

    Pemanasan purna cetak selama 4 jam Temperatur

    pemanasan 70 C

    3.5 Bahan dan Peralatan Penelitian.

    1. Bahan :

    Bahan-bahan yang digunakan baik untuk

    pengujian maupun pembuatan komposit adalah sebagai

    berikut;

    Resin Polyester 157 BTQN, Serat Sabut Kelapa dan

    Serbuk Batok Kenari, NaOH, katalis MEKPO, Aquades

    dan Wax.

    Gambar 7. Aquades

    Gambar 8. NaOH

    Gambar 9. Serat Sabut Kelapa

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    9/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    6

    Gambar 10. Wax

    Gambar 11. Serbuk Batok Kenari

    2. Alat :Peralatan yang digunakan dalam penelitian :

    - Alat tekan cetak- Cetaka tekan

    - Timbangan digital

    - Alat pengering

    - Grinding mechine dan Amplas

    - Mesin ujiBending

    - Spidol, cutter,kuas, gunting dll

    3.6 Pembuatan Komposit

    Dalam pembuatan komposit digunakan langkah-

    langkahnya adalah :

    1. Timbang serat sabut kelapa dan serbuk batok

    kenari sesuai dengan fraksi volumnya

    2. Siapkan cetakan daan lapisi permukaan dandinding cetakan dengan Wax

    3. Resin dicampur dengan hardener dengan

    perbandingan 1% hardener per berat resinpolyester

    serta serbuk batok kenari sesuai fraksi volum

    Kemudian dilakukan pengadukan agar campuran

    resin dan hardener merata,

    4. Selanjutnya campuran tersebut dituangkan secara

    merata pada cetakan yang sudah ditata serat sabut

    kelapa seuai fraksi volumnya

    5. Lakukan pembersihan terhadap void hingga void

    berkurang dan tidak terdapat void

    6. Keringkan komposit pada suhu kamar selama 12

    jam. Setelah benar-benar kering, keluarkankompoosit dari cetakan.

    7. Lakukan pengamatan pada komposit terhadap ada

    tidaknya void yang terjadi dengan cara

    menerawang lembaran komposit. Diameternya

    tidak lebih dari 1 mm. Void tidak boleh

    mengumpul pada suatu tempat (radius jarak antar

    void yang diijinkan adalah 1 cm)

    8. Memanaskan komposit dalam oven dengan

    temperature 70C selama 4 jam

    9. Bentuklah spesimen uji sesuai dengan standar uji

    bending(ASTM 790-03)

    4. Pemahasan

    5.1 Pengujian Bending

    Berdasarkan pengujian bending menggunakan

    UTM (Tarno Grocky) diperoleh data pembebanan. Dari

    hasil pengujian tiga perulangan spesimen yang dirata-

    rata dalam satu nilai sesuai fraksi volumenya sehingga

    diperoleh besar kekuatan bendingnya biokomposit serat

    sabut kelapa 10%, 20%, dan 30%. Dari hasil uji bending

    komposit diperoleh perbedaan kandungan bahan pengisi

    terhadap nilai kekuatan bending bahan komposit.

    Kekuatan bending bahan komposit menurun dengan

    naiknya kandungan bahan pengisi Serbuk Batok Kenari

    (SBK) terhadap matriks. Penurunan nilai kekuatan

    Bending ini disebabkan rendahnya sifat adhesi bahan

    matriks, selain itu sifat kepolaran bahan matriks dan

    bahan pengisi yang berbeda menghalangi terjadinya

    interaksi antara keduanya.

    Dua hal yang dibutuhkan pada bahan untukmemperkuat bahan komposit agar membentuk produk

    yang efektif yaitu komponen penguat harus memiliki

    modulus elastisitas yang lebih tinggi dari matriksnya

    dan harus ada ikatan permukaan yang kuat antara

    komponen penguat dan matriks. Tanpa adanya factor

    tersebut penambahan bahan penguat dapat menurunkan

    nilai kekuatan tarik komposit .

    Gambar 12. Spesimen ujiBending

    Tabel 4.1 Uji Bending Komposit Hibrid

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    10/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    7

    Gambar 13. Grafik 1 b Rata-rata Vs Komposisi SBK

    Gambar 14. Grafik 2 Eb Rata-rata Vs Komposisi SBK

    Dari data-data yang telah diperoleh dapat

    disimpulkan bahwa harga kekuatan bending rata-rata

    komposit hybrid dengan variasi fraksi volum 10% SBK :

    30% SSK : 60% Resin Poliester adalah 119.2046 MPa ,

    lebih besar dari 20% SBK : 20% SSK : 60% Resin

    Poliester dan 30% SBK : 10% SSK : 60% Resin

    Poliester yaitu 93.9477 MPa dan 87.01325 MPa .Hal

    ini dikarenakan momen material komposit pada variasi

    ini memiliki harga yang tertinggi.Pada spesimen IBC 110% SBK : 30% SSK : 60% Resin Poliester dengan

    harga kekuatan bending sebesar 119,8837 MPa adalah

    yang terbesar.

    Sedangkan modulus elastisitas rata-rata tertinggi

    komposit serat hybrid pada specimen 10% SBK : 30%

    SSK : 60% Resin Poliester yaitu 7319.586 MPa, lebih

    besar dari 20% SBK : 20% SSK : 60% Resin Poliester

    6294.615 MPa dan 30% SBK : 10% SSK : 60% Resin

    Poliester 6179.735 MPa,. Dari data-data yang telah

    diperoleh harga modulus elastisitas bending tertinggi

    yaitu pada spesimen IBC 1 10% SBK : 30% SSK : 60%

    Resin Poliester sebesar 8026.32071 MPa.

    5.2 Regression Analysis : Kuat Bending versus

    SBKThe regression equation is :

    Kuat Bending = 132,2 - 1,610 SBK

    S = 4,94099 R-Sq = 90,1% R-Sq(adj) = 88,7%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F P

    Regre 1 1554,42 1554,42 63,67 0,000

    Error 7 170,89 24,41

    Total 8 1725,32

    Grafik 15. Probability plot of kuat bending

    Gambar 15 menunjukan titik-titik berada pada garis

    normal sehinga data menginguti probility normal

    1. pengaruh fraksi volume serbuk batok kenari sebesar

    88,7%. Artinya sebesar 88,7%. Harga kuat bending

    dipengaruhi oleh fraksi volume komposit hybrit.

    2. Nilai Fhitung untuk Serbuk Batok Kenari sebesar 63,67dan nilai Sig F sebesar 0,000, karena nilai Fhtung >

    Ftabel (63,67 > 3,84) dan nilai Sig F < (0,000 TabelAF , menunjukan bahwa ada

    pengaruh nyata pada perubahan bilangan Reynolds

    terhadap kecepatan fluida dengan tingkatkeyakinan 95 %.

    2. HitungBF > TabelBF , menunjukkan bahwa ada

    pengaruh nyata pada perubahan jarak melintang

    penghalang terhadap kecepatan fluida.

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    16/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    5 10 15 20 25

    Jarak Penghalang d (mm )

    PenurunanT

    ekanan(

    Pa)

    Re = 50 Re = 100 Re = 150

    Re = 200 Re = 250 Re = 300

    Linear ( Re = 50) Linear (Re = 100) Linear (Re = 150)

    L inear (Re = 200) L inear (Re = 250) Linear (Re = 300)

    Tabel 9. Analisa varian dua arah untuk penurunan tekanan

    Sumber Keragaman Db JK Varian (KT)HitungF TabelF

    Pengaruh Re (A) 5 445,99 89,19897 91 3,326

    Pengaruh Jarak (B) 2 72,024 36,01201 36,7391 4,103

    Galat 10 9,8021 0,980208Total 17 527,82

    Berdasarkan hasil perhitungan analisis dua arah

    yang ditunjukan pada tabel 9, dengan mengambil

    tingkat keyakinan 95 % ( %5 ) dapat diambil

    kesimpulan :

    1. HitungAF > TabelAF , menunjukan bahwa ada

    pengaruh nyata pada perubahan bilangan

    Reynolds terhadap kecepatan fluida dengan

    tingkat keyakinan 95 %.

    2. HitungBF > TabelBF , menunjukkan bahwa ada

    pengaruh nyata pada perubahan jarak melintang

    penghalang terhadap kecepatan fluida.

    4. Hasil Dan Pembahasan

    4.1 Grafik dan bahasan

    Gambar 2. Grafik hubungan bilangan Reynolds

    terhadap tekanan

    Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan bilangan

    Reynolds terhadap penurunan tekanan. Dimana

    semakin besar bilangan Reynolds maka penurunan

    tekanan akan semakin besar. Hal ini disebabkan

    kecepatan fluida yang meningkat sehingga fluktuasi

    tekanan makin besar. Kecepatan fluida adalahberbanding lurus dengan semakin meningkatnya

    bilangan Reynolds.

    Hal ini disebabkan karena diantara celah

    penghalang terbentuk suatu lapisan batas yang tebal

    sehingga menghalangi aliran yang akan melalui celahpenghalang.

    Untuk lebih memperjelas pembacaan grafik

    pada gambar 3 dan kecenderungan penurunan tekanan,

    maka dibuat grafik hubungan variasi jarak penghalang

    terhadap penurunan tekanan pada tiap variasi bilangan

    Reynolds.

    Gambar 3. Grafik hubungan jarak penghalang dan

    penurunan tekanan

    Pada gambar 3 diatas terlihat ada kecenderungan

    penurunan tekanan akan semakin besar. Apabila

    semakin besar bilangan Reynolds dan jarak

    penghalang maka penurunan tekanan akan meningkat.

    Untuk bilangan Reynolds yang rendah dan jarak

    penghalang yang kecil penurunan tekanan masih tidak

    terlalu besar. Hal ini disebabkan aliran masih

    dipengaruhi gaya viscous sehingga aliran tidakmengalami percepatan aliran dan fluktuasi tekanan

    kecil.

    Dari pembahasan diatas dapat dijelaskan bahwa pada

    setiap variasi jarak penghalang, beda tekanan akan

    meningkat dengan meningkatnya bilangan Reynolds.Pada bilangan Reynolds yang sama beda tekanan

    (pressure drop) terus meningkat dan mencapat nilai

    yang tertinggi pada jarak penghalang Y = 2d

    y = 0.0548x + 7.0505

    R2= 0.9662

    y = 0.0537x + 9 .5312

    R2= 0.9874

    y = 0.064 9x + 10.184

    R2= 0.96 11

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    0 100 200 300 400

    Bilangan Reynolds (Re)

    Tekanan(

    Pa)

    Y = 1d Y = 1,5d Y = 2d

    Linear (Y = 1d) Linear (Y = 1,5d) Linear (Y = 2d)

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    17/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    A. POLA ALIRAN

    (a) (b) (c)

    Gambar 5. Pola aliran pada Re 50 untuk jarak penghalang (a) Y=1d; (2) Y=1,5d dan (c) Y=2d

    Gambar 5, menunjukkan aliran fluida dengan

    Re 50 mempunyai pola aliran yang masih laminer,

    dimana pusaran-pusaran yang timbul masih sangat

    kecil yang ditandai dengan pola aliran yang

    melengkung. Hal ini disebabkan karena kecepatan

    fluida masih kecil dan pengaruh dari gaya viskos

    fluida dapat menghambat gaya inersianya sehinggaaliran masih laminar. Selama gaya-gaya viskos besar

    maka gaya-gaya tersebut akan mencegah timbulnya

    gangguan-gangguan selama fluida mengalir sehingga

    aliran laminar. Dan tampak bahwa semakin kecil jarak

    dari penghalang maka pusaran/v ortex yang timbul

    semakin lemah dan hampir tidak ada aliran yang

    melewati celah antar penghalang. Hal ini karena

    diantara penghalang terbentuk lapisan batas yang tebal

    sehingga cukup efektif untuk memblokir aliran yang

    akan melewati celah antar penghalang, sehingga pada

    bilangan Re yang rendah dan jarak celah yang kecil,

    fluida hanya mengalir secara aksial atau dibelokkan(Yuwono, T. et.al., 2001). Karena adanya blockage

    effect antara penghalang dimana aliran tidak dapat

    bebas mengalir, sehingga tidak mengganggu aliran

    disampingnya.

    (a) (b) (c)

    Gambar 6. Pola aliran pada Re 100 untuk jarak penghalang (a) Y= 1d; (2) Y=1,5d dan (c) Y=2d

    Gambar 6, aliran dengan Re 100 menunjukkan

    pusaran-pusaran (vorteks) yang terjadi nampak lebih

    jelas bila dibandingkan dengan aliran pada Re 50.

    Bahkan mulai terbentuk aliran turbulen dibelakang

    penghalang. Hal ini disebabkan semakin besar

    kecepatan seiring dengan meningkatnya Re. Akibat

    dari kecepatan yang mulai meningkat menyebabkan

    ada peningkatan beda tekanan pada bagian depan danbelakang penghalang sehingga aliran mulai tidak

    stabil. Dan bahwa pada gambar 6 (a) dan (b) terlihat

    resirkulasi aliran masih kecil bila dibandingan dengan

    gambar (c) yang jarak antar penghalangnya lebih

    besar. Karena semakin besar jarak penghalang , maka

    pusaran yang terjadi semakin besar, dan ini dapat

    dilihat pada gambar 6 (c). Karena dengan semakin

    besar jarak penghalang maka lapisan batas yang

    terbentuk renggang, sehingga pusaran-pusaran yang

    terjadi semakin merata.

    (a) (b) (c)

    Gambar 7. Pola aliran pada Re 150 untuk jarak penghalang (a) Y= 1d; (b) Y=1,5d dan (c) Y=2d

    Gambar 7, aliran dengan bilangan Re 150

    menunjukkan bahwa pusaran-pusaran yang terjadisemakin kuat, dan lapisan batas yang terbentuk

    semakin tipis. Hal ini disebabkan kecepatan fluida

    yang meningkat sehingga ketidakstabilan semakinkuat yang menyebabkan terjadinya pembalikan arah

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    18/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    aliran di belakang penghalang. Dengan adanya

    pembalikan aliran fluida tersebut menyebabkanadanya gangguan-gangguan sehingga terbentuk

    pusaran-pusaran turbulen. Akibat dari kecepatan dan

    tekanan yang meningkat menyebabkan perbedaantekanan yang terjadi pada penghalang semakin besar.

    (a) (b) (c)

    Gambar 8. Pola aliran pada Re 200 untuk jarak penghalang (a) Y= 1d; (2) Y=1,5d dan (c)Y=2d

    Gambar 8, aliran dengan bilangan Re 200, pusaran-

    pusaran yang terjadi semakin kuat dibandingkan

    dengan Re 150 dan aliran turbulen sudah terbentuk dibelakang penghalang. Hal ini disebabkan karena Re

    meningkat dan ketidakstabilan semakin kuat sehingga

    kecepatan meningkat yang menimbulkan pembalikan

    arah aliran dibelakang penghalang. Dan dapat diamati

    pula pada jarak penghalang yang lebih besar seperti

    pada gambar 8 (c) terlihat bahwa pusaran sebelahbawah dan diatas penghalang saling menukar fluida

    yang terdapat di pusat dengan fluida yang berdekatan

    dengan dinding.

    (a) (b) (c)

    Gambar 9. Pola aliran pada Re 250 untuk jarak penghalang a) Y= 1d; 2) Y=1,5d dan c)Y=2d

    Pada aliran dengan bilangan Re 250, pusaran-pusaran

    yang terjadi semakin kuat dan terbentuk aliran

    turbulen di belakang penghalang. Hal ini disebabkankarena dengan meningkatnya bilangan Re

    ketidakstabilan semakin kuat sehingga fluktuasi

    kecepatan semakin besar yang menyebabkan

    pembalikan gangguan sehingga pusaran-pusaran

    turbulen terbentuk. Akibat dari kecepatn fluida yangsemakin besar maka ketika aliran menumbuk

    penghalang akan timbul pusaran yang semakin kuat.

    Hal ini juga menyebabkan perbedaan tekanan yang

    semakin besar antara daerah didepan dan belakang

    penghalang sehingga akan terbentuk mempercepat

    terbentunya pusaran-pusaran (vorteks). Pada gambar 9dapat diamati bahwa pada jarak penghalang yang lebih

    besar, lapisan pusaran (vorteks) sebelah atas

    penghalang akan saling lepas dan diganti pusaran dari

    bagian bawah penghalang secara bergantian dari

    kedua sisi dan menunjukkan pola aliran anti-phase(berlawanan). Hal ini disebabkan percepatan fluida

    yang terjadi diantara penghalang seiring dengan

    semakin besarnya bilangan Reynolds.

    (a) (b) (c)

    Gambar 10. Pola aliran pada Re 300 untuk jarak penghalang (a) Y=1d; (2) Y=1,5d dan (c) Y=2d

    Pola aliran yang terjadi pada Re 300 semakin turbulen

    dibelakang penghalang. Pusaran yang paling kuatterjadi pada penghalang dengan jarak Y= 2d dimana

    aliran yang mengalir antar penghalang mengalami

    percepatan sehingga mendorong terjadinya pusaran

    sebelah atas sehingga polanya berlawanan. sepertiterlihat pada gambar 10 (c). Dan penguatan vorteks

    hampir terjadi sepanjang saluran uji yang disebabkan

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    19/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    karena bilangan Re semakin besar sehingga fluktuasi

    kecepatan dan energi kinetik ke arah hilir meningkat.Pada daerah ini pertukaran molekul-molekul fluida

    meningkat sehingga meningkatkan frekuensi vortex.

    Pada jarak yang kecil Y=1d masih membentuk pola

    aliran yang masih searah karena arus aliran yang

    mendapat percepatan adalah pada celah antarapenghalang dan dinding saluran. Sedangkan padaY=1,5d terbentuk pola aliran transisi.

    5. Penutup

    5.1 Kesimpulan

    1. Semakin besar bilangan Reynolds maka pola

    aliran yang terjadi semakin turbulen. Karena

    kecepatan aliran yang besar sehingga perbedaan

    tekanan juga semakin besar.

    2. Perubahan jarak penghalang segitiga akan

    mempengaruhi pola dan osilasi aliran di belakang

    penghalang.

    3. Meningkatnya bilangan Reynolds menyebabkanPressure drop meningkat. Pada bilangan

    Reynolds yang sama, penurunan tekanan

    (pressure drop) meningkat dengan bertambahnya

    jarak antar penghalang dan mencapai nilai

    maksimum pada jarak penghalang (Y) = 2d

    sebesar 31, 33 Pa sedangkan nilai terkecil pada

    jarak penghalang (Y) = 1d sebesar 13, 71 Pa.

    5.2 Saran

    Untuk penelitian lanjut, dapat dengan

    menggunakan metode numerik.

    6. Daftar Pustaka

    Giles, R.V., 1996. Mekanika Fluida dan Hidraulika,

    Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Herman

    Widodo Soemitro. Erlangga, Jakarta.

    Kreith, F., 1995. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas,

    Jakarta; Erlangga.Nishimura, T., 2000. Oscilator Momentum Transport

    and Fluid Mixing in Groved Channels for

    Pulsatile Flow, Journal Fluid Eng, Vol. 116,

    pp.499-507.

    Potter, C. and Wiggert. 1997. Mechanics of Fluid,Second Edition. Prentice-Hall International.Inc.

    Sahin, M, and R. G. Owens. 2004. A numerical

    Investigation of Wall Effects Up To High

    Blockage Ratios On Two-Dimensional Flow

    Past A Confined Circular Cylinder, Journal

    Physics of Fluids, vol. 16 (5): 1-15.

    Smortrys, M.L. et al. 2003. Flow and Heat Transfer

    Behavior for a Vortex Enhanced Interruped

    Fin, Journal of Heat Transfer, Vol. 125, Issue

    5, p.788-794

    Tekad, M. 2005. Pengaruh Peningkatan Bilangan

    Reynolds dan Jarak Melintang Antar duaPenghalang Segitiga Terhadap Pola Dan Osilasi

    Aliran Pada Aliran Laminar. Tesis.

    Valencia, A. 2000. Laminar Flow Past Square Bars

    Arraged Side by Side in a plane Channel,

    Departemento de Ingenieria Mecanica

    Universidad de Chili, Santiago.

    Welty J. R., W. Charles, R. Wison, and R. Gergory,

    2000. Dasar-Dasar Fenomena Transport, Vol.1

    Edisi ke-4. Penerbit Erlangga.

    Yuwono T., B.Utomo, M. Yuniarto dan P.Satyo. Studi

    Eksperimental tentang Pengaruh Aliran Fluida

    pada Susunan Louver Fin terhadap Laju

    Perpindahan Kalor . Majalah Iptek, JurusanTeknik Mesin, FTI ITS Surabaya, Vol.12, No.3,

    Agustus, pp.152-162.

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    20/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    17

    ANALISIS PENGGUNAAN BAJA TULANGAN DAN BETON PADA PONDASI

    JEMBATAN WAI-SAPIA

    Semuel Uneputty1)

    , Herry H. Roberth2)

    Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon1)

    Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon2)

    Email : [email protected] 1)

    Email :[email protected])

    Abstract

    Bridge and road (street is vital transportation infrastructure to connect keterisolasian of district that one

    otherly. Development of reinforced concrete bridge by unfolding < 30 m quite a lot with various form of girder and

    also immeasurable foundation type. Determination of this foundation type hardly determined from result of

    investigation of soil (recommendation of laboratory test).

    This research takes soil test result which has specified foundation pit type reinforced concrete at

    development of Wai Sapia Bridge with length unfolds ( span of beam) 10 m. Dimension foundation of fairish pit of

    external diameter (outer ring,Rout) = 3000 mm, and inner diameter ( inner ring,Rinn) = 2400 mm Thick (d) = 300

    mm.Result obtained for Concrete Compressive Strength, fc'=20 MPa (K250) and Steel Tensile Strength, fy = 240

    MPA (U24). prime bone,16-150 and extra bone,12-200 and anchorage 25. Total bone weight is obtained, wtot = 8 965

    kg, concrete K125 = 73 m3 and concrete K250 = 78 m

    3.

    Keywords : bridge, concrete, steel

    1. PendahuluanPembangunan jembatan Wai-Sapia dibangun

    melintasi salah satu sungai berlumpur di wilayah

    Kabupaten Maluku Tengah Kecamatan Seram Utara

    Barat tepatnya berlokasi di Negeri Herlauw berjarak

    93+300 dari Kota Masohi (STA. 18+710 Saleman).

    Pembangunan Jembatan Wai-Sapia ini sebagaiprasarana penghubung ke ibukota Maluku Tengah

    (Masohi) dan juga ibukota Seram Bagian Barat (Piru).

    Selain itu juga dengan dibangun Jembatan Wai-Sapia

    diharapkan dapat menjadi prasarana penghubung antar

    negeri (desa) ke arah timur yaitu Paa Herlauw

    Saleman dan negeri sekeliling menuju pusat kota

    Masohi sedangkan ke arah barat yaitu Paa Karlutukara

    Pasanea Taniwel dan negeri sekeliling menuju pusat

    kota Piru yang selama ini terisolasi jika terjadi musim

    hujan.

    Pembangunan Jembatan Wai-Sapia juga dimaksudkan

    untuk memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat

    setempat dan juga akses kemajuan pendidikan yangselama ini cukup tertinggal karena kondisi jalan dan

    jembatan yang belum memadai. Didalam kegiatan

    Pembangunan Jembatan Wai-Sapia yang merupakan

    jembatan beton bertulang dimana untuk bangunan

    bawah terdiri dari pondasi sumuran dengan mutu beton

    K250, abutment dengan mutu beton K250 dan untuk

    bangunan atas terdiri dari balok gelagar (memanjang),

    balok diafragma dan pelat lantai dengan mutu beton

    K350, serta bangunan pelengkap lain seperti

    sandaran/railing jembatan, papan nama jembatan, oprit

    dan pasangan batu.

    2. Tinjauan pustaka

    2.1 Analisis Pondasi Jembatan.

    Pondasi pada jembatan akan diperhitungkan secara

    khusus mengingat ketergantungan terhadap fungsi dan

    peruntukkan dari jembatan dimaksud. Jembatan dalampenelitian ini sebagaimana telah dijelaskan bahwa

    berfungsi sebagai jembatan penghubung antar daerah

    yang mana akan dilalui oleh lalu lintas kendaraan ringan

    sampai yang berat mengingat terletak di jalan Trans

    Seram sehingga harus benar-benar memiliki

    kemampuan yang cukup kuat dalam memikul beban luar

    bergerak dan berat sendiri jembatan. Struktur jembatan

    terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu struktur atas (pelat lantai

    dan gelagar) dan struktur bawah (abutment dan

    pondasi). Penelitian ini dilakukan untuk struktur bawah

    dengan bagian pondasi saja.

    Setelah mendapatkan hasil pengujian tanah dari

    laboratorium, maka dilakukan penetapan jenis pondasiyang akan digunakan selanjutnya dihitung dan

    ditentukan mutu bahan untuk beton dan tulangan.

    Penentuan jenis pondasi Jembatan Wai Sapia adalah

    pondasi sumuran (fairish pit) dari beton bertulang

    dengan kedalaman pondasi sumuran 4.00 meter dan

    diameter pondasi 3.00 meter. Dengan demikian formula

    yang dipakai untuk analisis pondasi sumuran yaitu:

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    21/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    18

    2.2.1 Analisis galian tanah

    Analisis terhadap galian tanah dilakukan dalam 2

    tahapan yaitu mencari luas galian dan volume galian

    dari tanah. Tahapan analisis dilakukan dengan

    menggunakan formula berikut.

    a. Luas galian tanah,A

    A = n.(1/4)..D2 (1)

    b. Volume galian tanah, V

    V=A.d (2)

    dimana, n : jumlah pondasi, bh

    D : diameter galian tanah, m

    d: tinggi galian, m

    A : luas galian tanah, m2

    V: volume galian, m3

    2.2.2 Analisis baja tulangan dan beton

    Analisis terhadap baja tulangan dilakukan dalambeberapa tahapan yaitu menghitung panjang cincin

    tulangan, luas tulangan dan berat tulangan. Analisis

    dapat dilakukan dengan menggunakan formula-formula

    berikut.

    a. Baja tulangan

    Tulangan pondasi cincin horizontal & vertical

    R = .D (3)

    h = tinggi total sumuran, m

    dimana, R : panjang tulangan, m

    D : diameter cincin luar atau dalam, m

    Luas tulangan,As

    A = (1/4)..D2 (4)

    Berat tulangan, w

    w =A.L.BJ.n (5)

    dimana, L : panjang total tulangan, m

    D : diameter tulangan, m

    BJ: berat jenis baja, kg/m3

    A : luas tulangan, m2

    w : berat tulangan, m3

    b. Beton

    Untuk analisis terhadap beton dalam dua jenis analisis

    yaitu terhadap beton K250 dan K125. Untuk beton K250diperuntukan untuk beton pondasi dan footing

    abutment. Sedangkan untuk beton K125 yaitu untuk

    beton siklop (isi sumuran). Analisis dapat dilakukan

    dengan menggunakan formula-formula berikut.

    Beton K250 (Footing Abutment)

    Volume footing abutment, VFoot

    VFoot = n .d . b . l (6)

    dimana, n : jumlah footing pondasi beton, bh

    d: tebal footing pondasi beton, m

    b : lebar footing pondasi beton, m

    l : panjang footing pondasi beton, m

    Beton K250 (Pondasi)

    Luas Area,A

    A = (1/4)..D2 (7)

    dimana, A : luas area luar atau dalam beton, m2

    D : diameter cincin luar atau dalam, m

    Volume Beton Pondasi, V

    V=APond.lPond. (8)

    Beton K125 (Siklop)

    Beton siklop yaitu beton pengisi pondasi sumuran yangdapat dianalisis dengan formula berikut.

    Luas Area,A

    A = (1/4)..Dinner2 (9)

    dimana, A : luas area dalam pondasi sumuran, m2

    Dinner: diameter cincin dalam, m

    Volume Beton Siklop, Vsikl

    Vsikl =Ainner. lPond. (10)

    dimana,

    Ainner : luas area dalam beton, m2

    linner: panjang pondasi, m

    2.2.3 Analisis bahan campuran betonBeton terdiri dari campuran semen, aggregate

    kasar/halus dan air. Dengan mutu beton yang berbeda

    tentunya komposisi campuran beton juga akan berbeda

    sehingga diperlukan analisis yang pasti untuk kebutuhan

    kerja di lapangan.

    a. Komposisi Mutu Beton K250

    Campuran beton K250 dinyatakan dalam satuan per

    satuan m3 dalam arti koefisien yang dinyatakan untuk 1

    m3 campuran beton. Perbandingan campuran adalah PC

    : Batu Pecah 1 : Batu Pecah : Pasir.Portland Cement 50 kg = 9.268 x volume

    Batu Pecah 1 = 0.341 x volume

    Batu Pecah 1/2 = 0.249 x volume

    Pasir = 0.308 x volume

    b. Komposisi Mutu Beton K125

    Campuran beton K125 dinyatakan dalam satuan per

    satuan m3 dalam arti koefisien yang dinyatakan untuk 1

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    22/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    19

    Gambar 1. Momen Nominal Tulangan.

    m3 campuran beton. Perbandingan campuran adalah PC

    : Batu Kerikil : Pasir.Portland Cement 50 kg = 4.845 x volume

    Batu Kerikil = 0.604 x volume

    Pasir = 0.302 x volumeAnalisis

    terhadap bagian atas jembatan yaitu untuk balok gelagar

    untuk mengetahui besaran momen yang bekerja (Gbr.

    2.2) seperti berikut.

    Mn1 =As1y [ d a/2 ] (11)

    Momen penahan kedua yang dihasilkan oleh tulangan

    tarik tambahan dan tulangan tekan (As2 dan

    Asdiperlihatkan pada gambar. 2.2 (c).

    Mn2 =Asy (d d) (12)

    Sampai di sini, tulangan tekan diasumsikan telah

    mencapai tegangan lelehnya. Jika kasusnya seperti ini,

    nilai As2 dan As akan sama karena penambahan Takibat

    As2y harus sama dengan penambahan C akibat Asyuntuk mencapai keseimbangan. Jika demikian, As harus

    lebih besar dari pada As2. Dengan menggabungkan

    kedua nilai ini, maka didapat ;

    Mn = As1 y [ d a/2 ] + As y (d - d) (13)

    Dalam penelitian ini tidak dibahas bagian atas jembatan

    tetapi hanya bagian bawah.

    2.2 Beton & Beton Bertulang.

    Beton merupakan suatu campuran yang terdiri dari

    pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat agregat lain

    yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang

    terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa-

    mirip- batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditifditambahkan untuk menghasilkan beton dengan

    karakteristik tertentu. Sedangkan beton bertulang juga

    merupakan bahan konstruktif yang paling penting dan

    digunakan dalam berbagai bentuk untuk semua struktur

    besar maupun kecil, bangunan, jembatan, perkakas jalan

    dan kegunaan lainnya. Sifat sifat beton bertulang

    sangat penting bagi suatu perancangan struktur

    3. Metodologi

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Tempat dilakukan penelitian ini adalah jembatan

    beton Wai Sapia yang berlokasi di Desa Herlauw,

    kecamatan Seram Utara Barat, kabupaten MalukuTengah dengan waktu pelaksanaan selama 2 (dua)

    bulan..

    3.2 Data JembatanData Jembatan Beton Wai Sapia yang

    menghubungkan Desa Herlauw dan Desa Paa di Kec.

    Seram Utara Barat (MalTeng), meliputi ;

    * Panjang Bentang Jembatan : 10.00 meter.

    * Lebar Jembatan : 7.70 meter.

    * Tinggi Total Jembatan : 8.80 meter.

    * Tinggi Pondasi Sumuran : 4.00 meter.

    * Tinggi Pondasi ke Puncak Abutment

    : 8.80 meter.* Diameter Luar Pondasi Sumuran : 3.00 meter.

    * Tebal Pondasi Sumuran : 0.30 meter.

    * Mutu Beton, K-250 (fc=20MPa) : 250 kg/cm2.

    * Mutu Baja, U-24 (fy=240MPa) : 2400 kg/cm2.

    bf

    As1+As Ts

    cu

    s

    d

    neutral line

    hf

    0.85fc

    hd

    a

    c

    Cs

    Cc

    a

    Mn

    b

    DouterDinner

    Beton K250

    Beton K125

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    23/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    20

    Gambar 2. Penampang Memanjang Jembatan Wai-Sapia.

    3.3 Teknik Pengumpulan Data.

    1. Teknik observasi / pengamatan, yaitu kami

    melakukan hubungan atau melihat langsung

    objek penelitian yang ada di lokasi pekerjaan

    jembatan dan meneliti/mencatat keadaan

    pekerjaan yang dilakukan untuk dijadikan

    data/bahan penelitian.

    2. Teknik wawancara, yaitu kami melakukan

    tanya-jawab dengan tenaga kerja yang ada di

    lokasi pekerjaan untuk mengetahui kondisi

    pekerjaan yang sebenarnya dilakukan.

    3. Teknik kepustakaan, yaitu kami mendapatkan

    teori teori atau rumus- rumus dalam berbagai

    buku yang memiliki kaitan langsung dengan

    permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

    4. Hasil Dan Pembahasan

    4.1 Analisis Galian Pondasi Jembatan

    Gambar 3. Penampang Galian Struktur A.

    Gambar 4. Penampang Galian Struktur B.

    3.00

    0.75

    Galian Tanah Pondasi A :

    A = n.(1/4),.D2

    = 1x0.25x(22/7)x(3.00)2

    = 7.07 M2

    V = A.d

    = 7.07x0.75

    = 5.30 M3

    3.00

    0.80

    Galian Tanah Pondasi B :

    A = n.(1/4),.D2

    = 1x0.25x(22/7)x(3.00)2

    = 7.07 M2

    V = A.d

    = 7.07x0.80

    = 5.66 M3

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    24/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    21

    Gambar 5. Penampang Galian Struktur C.

    Gambar 6. Penampang Galian Struktur D.

    Gambar 7. Penampang Galian Struktur E.

    Gambar 8. Penampang Galian Struktur F.

    3.00

    1.25

    Galian Tanah Pondasi C:

    A = n.(1/4),.D2

    = 1x0.25x(22/7)x(3.00)2

    = 7.07 M2

    V = A.d

    = 7.07x1.25

    = 8.84 M3

    3.00

    1.48

    Galian Tanah Pondasi D :

    A = n.(1/4),.D2

    = 1x0.25x(22/7)x(3.00)2

    = 7.07 M2

    V = A.d= 7.07x1.48

    = 10.47 M3

    3.00

    1.90

    Galian Tanah Pondasi E:

    A = n.(1/4),.D2

    = 1x0.25x(22/7)x(3.00)2

    = 7.07 M2

    V = A.d

    = 7.07x1.90

    = 13.44 M3

    3.00

    2.05

    Galian Tanah Pondasi F:

    A = n.(1/4),.D2

    = 1x0.25x(22/7)x(3.00)2

    = 7.07 M2

    V = A.d

    = 7.07x2.05

    = 14.50 M3

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    25/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    22

    4.2 Analisis Baja Tulangan dan Beton.

    Gambar 9. Footing dan Pondasi.

    A. Perhitungan Tulangan Pondasi

    1. Horizontal Outer & Inner Ring Steel Length

    (panjang baja cincin luar & dalam

    horisontal) U24 :12-20

    R1 = .D

    = (22/7)x3.00= 9.42 m

    10.00 m

    R2 = .D

    = (22/7)x2.40

    = 7.54 m

    8.00 m

    n1 = 15 btg

    n2 = 15 btg

    2. Vertical Outer & Inner Ring Steel Length

    (panjang baja cincin luar & dalam vertikal) U24 :16-20

    h1 = 3.80 m ~ 4.00 m ;

    n3 = 47.10

    48 btg

    h2 = 3.80 m ~ 4.00 m ;

    n4 = 37.68

    38 btg

    3. Panjang Keseluruhan (total length),Ltot.

    Tulangan12 =LT1 = n1.R1

    = 15 x 10

    = 150 m

    Tulangan12 =LT2 = n2.R2

    = 15 x 8

    = 120 m

    Tulangan16 =LT3 = n4.h1

    = 48 x 4.00

    = 192 m

    Tulangan16 =LT4 = n4.h2= 38 x 4.00

    = 152 m

    Angkur22 =LA = n5.l1= 4 x 2.00

    = 8 m

    4. Luas Keseluruhan (total area),Atot.

    A12 = (1/4)..D2

    = 0.25x3.14x0.0122

    = 0.000113 m2

    A16 = (1/4)..D2

    = 0.25x3.14x0.0162

    = 0.000201 m2

    A22 = (1/4)..D2

    = 0.25x3.14x0.0222

    = 0.000380 m2

    5. Berat Keseluruhan (total weight), wtot.

    w12 =A12.L12.BJBaja.npond

    = 0.000113x270x7850x4

    = 958.02 kg

    w16 =A16.L16.BJBaja.npond

    = 0.000201x344x7850x4

    = 2 171.12 kg

    w22 =A22.L22.BJBaja.npond

    = 0.000380x8x7850x4

    = 95.46 kg

    wTot = 3 225 kg

    Footing & Pondasi

    Beton SiklopK-175

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    26/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    23

    B. Perhitungan Tulangan Footing

    Gambar 10. Analisis Tulangan Footing Abutment.

    1. Baja Tulangan U32 :25

    L1 = n1.L25

    = 46x6.00

    = 276.00 m

    L2 = n2.L25

    = 46x5.00

    = 230.00 m

    2. Baja Tulangan U24 :12

    L3 = n3.L12

    = 46x4.40

    = 203.00 m

    L4 = n4.L12

    = 4x8.30

    = 34.00 m

    L6 = n6.L12

    = 3x9.40

    = 28.20 m

    29.00 m

    3. Baja Tulangan U32 :16

    L5 = n5.L16

    = 46x9.40

    = 432.40 m

    433.00 m

    4. Luas Keseluruhan (total area),Atot.

    A12 = (1/4)..D2

    = 0.25x3.14x0.0122

    = 0.000113 m2

    A16 = (1/4)..D2

    = 0.25x3.14x0.0162

    = 0.000201 m2

    A25 = (1/4)..D2

    = 0.25x3.14x0.0252

    = 0.000491 m2

    5. Berat Keseluruhan (total weight), wtot.

    w12 =A12.L12.BJBaja.nabutm

    = 0.000113x266x7850x2

    = 471.91 kg

    472 kg

    w16 =A16.L16.BJBaja.nabutm

    = 0.000201x433x7850x2

    = 1 367 kg

    w25 =A25.L25.BJBaja.nabutm

    = 0.000491x506x7850x2

    = 3 901 kg

    Sehingga, diperoleh :

    wTot = 5 740 kg

    Tulangan Footing Abutment(Baja Tulangan U24 & U32)

    Tulangan Vertical Footing Abutment(Baja Tulangan U24 & U32)

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    27/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    24

    Gambar 11. Beton dan Baja Tulangan Abutment.

    C. Perhitungan Volume Beton

    1. Beton K 250 Pondasi Sumuran

    Aouter= (1/4)..Douter2

    = 0.25 x (22/7) x 3.002

    = 7.07 m2

    Ainner= (1/4)..Dinner2

    = 0.25 x (22/7) x 2.402

    = 4.53 m2

    APond =AouterAinner

    = 7.07 4.53

    = 2.54 m2

    VPond =APond.lPond

    = 2.54 x 4.00

    = 10.16 m3

    Untuk 4 Pondasi Sumuran, = 40.64 m3

    2. Beton K 125 Siklop Pondasi

    VSikl =Ainner.lPond

    = 4,53 x 4.00

    = 18,12 m3

    Untuk 4 Siklop Pondasi Sumuran, = 72.48 m3

    3. Beton K 250 Footing Abutment

    VFott = n.d.b.l= 2 x 0.70 x 3.00 x 9.00

    = 37.80 m3

    Sehingga Volume Total Beton, diperoleh :

    VTot-K125 = 73 m3

    VTot-K250 = 78 m3

    Elastomerik

    Abu

    tment

    WaiSAPIA

    (Baj

    aTul.U24&U32)

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    28/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    25

    4. Bahan Beton Yang Digunakan

    a. Beton Mutu K125

    Portland Cement 50 kg = 4.845 x 73

    = 354 zakBatu Kerikil = 0.604 x 73

    = 4 4 m3

    Pasir = 0.302 x 73

    = 22 m3

    b. Beton Mutu K250

    Portland Cement 50 kg = 9.268 x 78

    = 723 zak

    Batu Pecah 1 = 0.341 x 78

    = 25 m3

    Batu Pecah 1/2 = 0.249 x 78

    = 2 0 m3

    Pasir = 0.308 x 78

    = 24 m3

    5. Penutup

    5.1. Kesimpulan.

    Beberapa kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

    meliputi;

    1. Untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan

    teknologi di bidang teknik sipil dan dapat

    diaplikasikan untuk pembangunan pondasi sumuran

    jembatan.

    2. Pada kondisi tertentu dalam pelaksanaan pekerjaandi lapangan, seringkali penggunaan material dapat

    melebihi yang direncanakan sehingga merugikan

    pihak yang melaksanakan pembangunan.

    3. Dari hasil analisis yang dilakukan ternyata tersebut

    terlihat bahwa baja tulangan pada beton yang dipakai

    pada pembangunan pondasi jembatan Wai Sapia

    mengalami selisih plus dari bahan bangunan yang

    ada dalam desain yang dipakai disebabkan bahan

    terbuang saat stock di lapangan.

    5.2. Saran.

    Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas dapatlah

    disarankan bahwa : perlu adanya pengamanan bahan

    bangunan baik pabrikasi maupun bahan galian alamberupa tempat penampungan yang dapat melindungi

    material dimaksud. Selanjutnya keahlian dan

    ketrampilan (skill) tenaga kerja harus benar yang

    berpengalaman sehingga dapat bekerja secara

    professional.

    6. Daftar pustaka

    Bowles Joseph, 1982, Teknik Pondasi 1, Erlangga,

    Jakarta.

    Dipohusodo Istimawan, 1992, Mengenal Acuan BetonBertulang, Liberty, Jogjakarta.

    Mc Cormac Jack, 2001, Design of Reinforced Concrete,

    Fifth Ed., John Wiley & Sons., New York, AS.

    Park R. & Paulay T., 1974, Reinforced Concrete

    Structures, John Wiley & Sons., New York,

    AS.

    Sanglerat G, Olivari G & Cambou B., 1984, Soil

    Mechanics & Foundation Engineering,

    Erlangga, Jakarta.

    Sardjono H.S., 1991, Pondasi Tiang Pancang 1, Sinar

    Wijaya, Surabaya.

    Vis W.C. & Kusuma G.H, 1994, Dasar-Dasar

    Perencanaan Beton Bertulang, Universitas

    Kristen Petra, Surabaya.

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    29/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    ANALISIS SIFAT MEKANIS KOMPOSITPOLYESTER MENGGUNAKAN

    SERAT AMPAS EMPULUR SAGU AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME

    Edyson Hukom1)

    , Graciadiana Irene Huka2)

    , Rudy Serang3)

    , Paulina Limba4)

    Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon1)

    Teknik Mesin Politeknik Negeri Ambon2)

    PLP Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon 3)

    PLP Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon4)

    Email : [email protected])

    Email : [email protected])

    Email : [email protected])

    Email : [email protected])

    Abstract

    The use of natural fibers as a filler in the composite more often used in the manufacturing industry. Greenmaterials, can be recycled, and is able to destroy itself by nature is the technology demands of today. One

    material that is expected to be the reinforcement of composite polyester fiber sago pulp pith. Sago pith fiber pulpis the waste material derived from the processing of sago palms. This material is available in abundance and the

    mostly untapped potential as a composites polyester reinforcement. This research focused to find out the bending

    and impact strength polyester composites as a basis in apllication techniques as desired.

    The research was conducted by combining polyester resin with pulp fibers treated sago pith, which were

    subjected to alkali 5% NaOH for 60 minutes with a variation of fiber volume fraction 10%, 20%, 30%, 40%

    ,50% and 60%.

    From the test results, showed that the tensile and bending strength of composites with polyester fibers as

    reinforcement sago pith pulp fibers to increase with the addition of fiber volume. Thus, the obtained tensile

    strength and bending the maximum is at 50% volume fraction,is obtained 107.4803 Mpa and 0.101202 J/mm2

    Keywords: Mechanical properties, polyester composite, volume fraction, sago pith residue

    1. Pendahuluan

    Penggunaan material komposit dengan fillerserat alam mulai banyak dikenal dalam industri

    manufaktur. Material yang ramah lingkungan, mampu

    didaur ulang, serta mampu dihancurkan sendiri oleh

    alam merupakan tuntutan teknologi sekarang ini.

    Salah satu material yang diharapkan mampu

    memenuhi hal tersebut adalah material komposit

    dengan material pengisi (filler) serat alam.

    Penggunaan serat alam sebagaifillerdalam komposit

    tersebut terutama untuk lebih menurunkan biaya

    bahan baku dan peningkatan nilai salah satu produk

    pertanian. Komposit mempunyai keunggulantersendiri dibandingkan dengan bahan teknik

    alternative lain seperti kuat, ringan, tahan korosi,

    ekonomis dsb.

    Serat alam dapat menjadi filler dalam komposit

    karena kandungan selulosa yang dimilikinya.

    Beberapa serat alam yang memiliki selulosa antaralain, sabut kelapa, kenaf, , serat ampas empulur sagu,

    tebu, jagung, abaca, padi, ramie dan lain-lain. Variasi

    komposit ini akan membentuk kombinasi serat alam

    dan partikel serbuk alami menjadi komposit hibrid

    (terdiri atas 2 atau lebih reinforced).

    Serat ampas empulur sagu merupakan salah satu

    material natural fibre alternatif dalam pembuatankomposit yang secara ilmiah pemanfaatannya masih

    dikembangkan

    Penelitan tentang komposit berbasis serat sangat

    beragam mulai dari variasi jenis matriks dan serat,jenis anyaman hingga bahan dasar matriks maupun

    serat. Penelitian juga berkembang dengan penggunaan

    bahan serat alam untuk beberapa variasi matrik resin

    sintetis dan alami. Komposit dengan penguat serat

    alami ini semakin intensif berkaitan dengan

    meluasnya penggunaan komposit pada berbagai

    bidang kehidupan serta tuntutan penggunaan material

    yang kuat dan berat yang lebih ringan yang sebagian

    dapat dipenuhi oleh komposit berbasis serat (fibre

    reinforced composites).

    Saira Taj, et.al, (2007) menggunakan Seratalami sebagai penguat menjadi alternatif serat teknis

    seperti serat kaca. Beberapa komposit serat alam

    mencapai sifat mekanik yang setara dengan komposit

    fiber glass, dan sudah diterapkan misalnya, dalam

    industri mobil dan mebel. Selanjutnya Majid Ali,

    (2010) menyajikan fleksibilitas dari serat kelapa untukpengaplikasian dalam berbagai cabang rekayasa,

    khususnya dalam rekayasa sipil sebagai bahan

    konstruksi. Komposit diperkuat serat kelapa telah

    digunakan sebagai elemen non-struktural murah dan

    tahan lama.

    Keuntungan penggunaan material komposit

    diantaranya adalah (Schwartz M.,1996)

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    30/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    a) Bobotnya yang ringan jika dibandingkan dengan

    material logam, tetapi memiliki kekuatan yanghampir sama.

    b) Ekonomis (biaya produksi murah).

    c) Tahan korosi.

    d) Tidak sensitif terhadap bahan-bahan kimia.

    Penelitian ini dititik beratkan untuk mengetahuisifat mekanik material komposit yaitu kekuatan

    bending dan kekuatan impak. Bahan yang digunakan

    pada komposit ini berasal dari biomaterial yaitufiller

    serat ampas empulur sagu yang divariasikan terhadap

    matrik polyester.

    1.1 Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mendapatkan nilai perubahan variasi fraksi volume

    serat ampas empulur sagu terhadap sifat mekanik

    komposit (nilai kekuatan bending dan kekuatan

    impak).

    2. Tinjauan Pustaka

    2.1 Komposit

    Kata komposit berasal dari kata to compose

    yang berarti menyusun atau menggabung. Secara

    sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan

    dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Komposit

    adalah suatu material yang terdiri dari campuran atau

    kombinasi dua atau lebih material baik secara mikro

    atau makro, dimana sifat material yang tersebut

    berbeda bentuk dan komposisi kimia dari zat asalnya

    (Smith, 1996).

    Secara umum material komposit dapat

    diklasifikasikan atas tiga macam yaitu,Metal MatrixComposites (MMCs), Polymer Matrix Composites

    (PMCs) dan Ceramics Matrix Coposites (CMCs)

    (Imra, 2009; Jacob, 1994).

    2.2 Polyester Sebagai Matriks

    Dalam banyak hal resin polyester tak jenuh ini

    disebut polyester saja. Karena berupa resin cair

    dengan viscositas yang relatif rendah, mengeras pada

    suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa

    menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak

    resin termoseting yang lainnya, maka tak perlu diberi

    tekanan untuk pencetakan. Berdasarkan karateristik

    ini, bahan dikembangkan secara luas sebai plastikpenguat serat (FPR) dengan menggunakan bahan serat

    gelas. Menurut (Davis,1982) Polyester berasal darireaksi kimia asam dibasa bereaksi secara kondensasi

    dengan alkohol dihidrat. Karena asam tak jenuh

    digunakan dengan berbagai cara sebagai bagian dari

    asam dibasa, yang menyebabkan terdapat nya ikatan

    tak jenuh dalam rantai utama dari polimer yang

    dihasilkan, maka disebut polyester tak januh.Kemudian, monomer vinil dicampur, yang bereaksi

    dengan gugus tak jenuh pada pencetakan untuk

    mengeset. Sifat dari polyester sendiri adalah kaku dan

    rapuh. Mengenai sifat termalnya, karena banyak

    mengandung monomer stiren, maka suhu deformasitermal lebih rendah dari pada resin termoset lainnyadan ketahanan panas jangka panjangnya kira-kira 110-

    140C. Ketahanan dingin adalah baik secara relatif.

    Sifat listriknya lebih baik diantara resin termoset,tetapi diperlukan penghilangan lembaban yang cukup

    pada saat pencampuran dengan gelas.

    Polyester merupakan bahan termoseting yang

    banyak beredar dipasaran karena harganya yang relatif

    murah dan dapat diaplikasikan untuk berbagai macampenggunaan. Aplikasi dari Polyester termasukpengecoran tombol, bola bowling, marmer, dan

    produk dekoratif. Industri marmer juga

    mengembangkan polimer beton yang diisi Polyester

    tak jenuh yang menawarkan bahan yang ekonomis

    untuk bangunan dan industri konstruksi.

    2.3 Bahan Penguat

    Bahan penguat yang digunakan sebagai penguat

    komposit sangat beragam yang antara lain terdiri atas

    bahan reinforced sintesis dan alami. Pada gambar 2.1

    ditunjukkan beberapa jenis penguat dalam komposit.

    Bahan penguat yang banyak digunakan adalah serat(fiber). Bahan penguat serat ini masih terbagi lagi atas

    jenis serat sintetis dan alam. Salah satu serat alam

    yang memiliki karakteristik istimewa adalah serat

    ampas empulur sagu yang dapat menjadi bahan

    penguat dengan berbagai keunggulan yang dapat

    dimanfaatkan

    Gambar 1.Klasifikasi Bahan Penguat KompositSumber P.C.Pandey, 2004

    2.4 Serat Sagu

    Tanaman Sagu (Metroxylon sp.) merupakan

    tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyainilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa

    dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,

    karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar,batang, daun dan buah dapat dipergunakan untuk

    kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari. Tumbuhan

    sagu termasuk tumbuhan yang berbunga satu kali danberkembang dalam rumpun. Memiliki bentuk pohon

    yang tegak dan kuat, tidak terpengaruh pada arah

    datangnya cahaya matahai, dengan ukuran tinggi dan

    diameter batang yang bervariasi tergantung pada jenis

    dan kondisi lahan tempat tumbuh sagu. Pada satu

    rumpun sagu terdapat jumlah tumbuhan yang sangat

    bervariasi tergantung kondisi tanah dan hidrologi

    lahan sagu (Louhenapessy, 1994).

    Secara alamiah pertumbuhan sagu dimulai dari

    Kepulauan Pasifik Selatan meluas kea rah Baratmelalui Melanesia dan Mikronesia, masuk ke Asia

    Tenggara mulai dari pulau-pulau Santa Crusz di

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    31/85

    JURN

    bagian Timur sampai Thaila

    Mindanau (Filipina) di bagian(Indonesia)

    Tanaman sagu tersebar lua

    Indonesia terutama di

    menjadikan sagu sebagai maka

    Jaya dan Maluku. PerkembaIndonesia dengan didirikan

    pengolahan sagu oleh PT. Sagi

    pertengahan tahun 1989

    Manokwari, Irian Jaya. Pengo

    yang paling moderen pada s

    benar memberikan indikasi

    sebagai bahan pangan moder

    baku untuk berbagai macam in

    Pemanfaatan bagian lain

    (pinnae) untuk atap atau keran

    untuk dinding dan loteng dan b

    gaba-gaba dan bagian pangka

    sahani digunakan sebagaiempulur, kulit batang (corte

    digunakan untuk lantai, juga

    serta belahan utuhnya digunak

    pengolahan sagu yang disebut

    (pith) untuk perkembangan ula

    yang disebut ela sagu dapat ju

    media pertumbuhan jamur

    Penanganan limbah ampa

    pada prinsipnya adalah pemb

    limbah agar dapat digunaka

    kembali sebagai bahan dasar

    untuk berbagai keperluan. Pe

    (ampas sagu) sebagai papan pawalaupun secara ekonomi belu

    perlu pengkajian yang lebih

    BPPT, 1989). Pemanfaatan lai

    yaitu sebagai bahan bakar denbriket.

    Gambar 2. Manfaat Daun Sa

    Gambar 3 Manfaat Kulit

    L SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2

    d di bagian Barat,

    Utara sampai Timor

    s di seluruh daerah di

    daerah-daerah yang

    nan pokok yaitu Irian

    gan Industri sagu di ya sebuah Industri

    ndo Sari Lestari pada

    diArandai,Bintuni,

    lahan sagu ini adalah

    at itu.Hal ini benar-

    bahwa sagu, selain

    n, merupakan bahan

    ustri.

    ari sagu adalah daun

    jang, pelepah (rachis)

    ahan dasarnya disebut

    l rachis yang disebut

    tempat peremasan ) yang disebut waa

    sebagai kayu bakar

    an sebagai bagian alat

    goti, bekas tebangan

    sagu, ampas empulur

    ga digunakan sebagai

    s empulur (ela sagu)

    erian perlakuan pada

    atau dimanfaatkan

    atau bahan tambahan

    anfaatan limbah sagu

    rtikel sudah dilakukan m maksimal sehingga

    endalam (PPHH dan

    nnya dari ampas sagu

    gan dijadikan sebagai

    gu

    Batang Sagu

    Pengolahan sagu di

    beberapa cara yaitu tradimekanis sederhana.

    Pengolahan semi

    tradisional hanyalah pa

    empulur yaitu penghancur

    tetapi ekstraksi (peramampas sagu dilakukan secekstraksi (peramasan) aka

    sagu yang biasanya disebu

    Gambar 4. Keanekar

    2.5 Bahan Tambahan

    Bahan tambahan seca

    dalam meningkatkan kem

    mengubah kualitas serta

    komposit

    Bahan aditifyang biasa di

    pewarna, disamping untuktinggi dengan mewarnai h

    untuk melindungi dari pen

    menyerap dan memantul

    (Surdia.T 2005. Beberapa bdigunakan pada resin Polye

    Bahan hardener me

    memungkinkan terjadinya

    pengerasan pada resin. Ha

    bahan yaitu katalisator d

    yang digunakan adalah Met

    (MEKP) yang merupakan

    Ethyl Ketone dengan Hidro

    reaksi ini merupakansesungguhnya dari dua cam

    peroxide yang berbeda yadimer. Accelerator, ba

    terjadinya ikatan-ikatan

    yang sudah mempunyai i

    mempercepat proses curing

    2.6 Metode PembuatanTerdapat tiga maca

    digunakan untuk membuat

    yaitu :

    a. Injection Moulding

    Proses injeksi dilakukatekanan injeksi pada bahanoleh sejumlah energi p

    12

    ingkat masyarakat melalui

    sional, semi mekanis dan

    ekanis berbeda dengan

    da proses penghancuran

    an empulur dengan mesin,

    san) sampai pemisahan ara tradisional. Hasil dari

    mendapatkan serat ampas

    ela sagu.

    gaman manfaat Sagu

    a langsung turut berperan

    ampuan pemrosesan atau

    sifat produk material

    pakai adalah: Pigmen atau

    memberi nilai estetis yang sil produk yang berfungsi

    aruh sinar karena mampu

    an jenis sinar tertentu.

    ahan tambahan yang dapat ster antara lain:

    rupakan bahan yang

    roses curing, yaitu proses

    rdener ini terdiri dari dua

    n accelerator. Katalisator

    hyl Ethyl Ketone Peroxide

    hasil dari reaksi Methyl

    gen Peroxide. Produk dari

    sebuah percampuran puran ganda atau majemuk

    ng disebut monomer dan an yang mempercepat

    iantara molekul-molekul

    katan tunggal dan untuk

    (pengerasan).

    omposit m metode yang dapat

    komposit (Gibson, 1994),

    n dengan cara memberikan plastik yang telah meleleh

    anas untuk dimasukkan

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    32/85

    JURN

    kedalam cetakan sehingga dapat

    diinginkan. Kelebihan dari proproduksi tinggi, dihasilkan p

    pengerjaan akhir, dapat mencet

    produk ukuran kecil dapat dibua

    murah.

    b. Spray UpDalam pembuatan komp

    Spray Up ini menggunakan a

    penyemprot tersebut berisi res

    secara bersamaan disemprotkan

    c. Hand Lay Up

    Metode yang digunaka

    komposit ini (Gibson, 1994),

    Proses pembuatan komposit

    Lay Up merupakan pembuat

    metode lapisan demi lapisa

    ketebalan yang diinginkan. D

    berisi matrik dan filler.

    ketebalan yang diinginkan dimeratakan dan menghilangkan

    diatasnya.

    2.7 Pengujian Bending

    Kekuatan bending atau

    adalah tegangan bendingterbes

    akibat pembebanan luar tanpa

    yang besar atau kegagalan. Pen

    point bending(gambar 2.5)

    Gambar 5. Penampang be

    Sumber : ASTM D 7

    Dalam material komposit ke

    tinggi dari pada kekuatan ta

    mampu menahan tegangan t

    spesimen tersebut akan p

    mengakibatkan kegagalan pada

    Kekuatan bending dapat ditentu

    2.5 (ASTM D 790):

    22bh

    3PL

    b

    dengan :

    b = Tegangan bending(MPa)

    P = Beban /Load(N)

    L = Panjang Span / Support spab = Lebar/ Width (mm)

    h = Tebal /Depth (mm)

    Modulus elastisitas

    dirumuskan dengan persamaan (

    34bh

    m3

    L

    bE

    L SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2

    dibentuk sesuai yang

    ses ini adalah tingkat roduk tanpa proses

    k produk yang sama,

    t dan ongkos produksi

    osit dengan metode

    lat penyemprot. Alat

    in dan pengisi yang

    kedalam cetakan.

    n untuk membuat

    yaitu: Hand Lay Up.

    engan metode Hand

    an komposit dengan

    n sampai diperoleh

    imana setiap lapisan

    Setelah memperoleh

    unakan roller untuk udara yang terjebak

    kekuatan lengkung

    r yang dapat diterima

    mengalami deformasi

    ujian dilakukan three

    nding (balok)

    90, 1997

    kuatan tekannya lebih

    iknya. Karena tidak

    arik yang diterima,

    atah, hal tersebut

    pengujian komposit.

    an dengan persamaan

    (1)

    (mm)

    bendingnya dapat

    2.3):

    (2)

    Dengan :

    Eb = Modulus ElastisitasBeL = Panjang Span / Suppo

    b = Lebar/ Width (mm)

    h = Tebal /Depth (mm)

    m = Slope Tangent pa

    (N/mm)

    Dari hasil perhitungan

    bendingnya yaitu untuk

    empulur sagu Dari Tegang

    diketahui besar tegangan

    ampas empulur sagu yang

    10% 20% dan 30%, 40%, 5

    2.8 Kekuatan Impak

    Pengujian impak be

    berapa energi yang dapa

    sampai material tersebut

    merupakan respon terhadatiba-tiba (beban impak) (c

    impak terdiri dari dua tekn

    Charpy dan Izod. Pada pen

    Izod, dirancang dan masih

    energi impak yang juga di

    takik (Calliester, 2007). k

    dapat dihitung (Standar AS

    Eserap = energi awal ene

    = m.g.h m.g.h

    = m.g.(R-Rcos )

    Esrp = mg.R.(cos - co

    dimana :

    Esrp : energi serap

    m : berat pendulu

    g : percepatan gravR : panjang lengan

    : sudut pend

    : sudut a

    mematahkan sp

    Harga impak dapat dihitung

    = .

    dimana :

    HI : Harga Impak (

    Esrp : energi serapAo : Luas penamp

    Gambar 6. Mesin

    3. Metodologi

    3.1 HipotesaSerat ampas empulur sagu

    dan bending yang lebih ti

    12

    nding(MPa) t span(mm)

    da kurva beban defleksi

    diperoleh besar tegangan

    komposisi serat ampas

    an bending tersebut dapat

    bending komposisi serat

    divariasikan komposisinya

    0% dan 60%.

    rtujuan untuk mengukur

    t diserap suatu material

    patah. Pengujian impak

    beban kejut atau beban alliester, 2007). Pengujian

    ik pengujian standar yaitu

    gujian standar Charpy dan

    igunakan untuk mengukur

    enal dengan ketangguhan

    ekuatan impak benda uji

    TM D256-00 ISO 179-1).

    rgi yang tersisa

    m.g.(R- R.cos )

    s ) (3)

    (J)

    (kg)

    itasi (m/s2) m/s2

    (m)

    lum sebelum diayunkan

    unan pendulum setelah

    ecimen

    dengan :

    (4)

    J/mm2)

    (J) ng (mm2)

    Pengujian Impak

    memiliki kekuatan impak

    ggi dari kekuatan matrik

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    33/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    polyester. Semakin tinggi fraksi volume serat ampas

    empulur sagu sebagai penguat komposit polyesterdiduga akan menghasilkan kekuatan bending dan

    kekuatan impak

    3.2 Variabel Penelitian

    a. Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah

    perbandingan fraksi volume serat ampas empulr

    sagu terhadap resin polyester. Dengan variasi

    perbandingan serat 10%, 20%,30%,40%,50%,60%,

    b. Variabel terikat

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

    kekuatan bending dan kekuatan impak

    c. Variabel terkontrol

    Variabel terkontrol yang digunakan antara lain:

    Penambahan MEKPO sebesar 1%

    Resin Poliester BQTN-EX 157

    Ukuran panjang serat ampas empulur saguadalah 80 mm

    Perlakuan alkali menggunakan NaOH 5%selama 60 menit

    3.3 Bahan dan Peralatan Penelitian

    Bahan dalam penelitian ini adalah resin polyester

    BQTN-EX 157, NaOH, Aquades dan serat Ampas

    Empulur Sagu.

    Alat dalam penelitian ini adalah :

    1. Alat cetak uji bending dan uji Impak

    2. Timbangan digital

    3. Mesin uji impak

    4. Mesin uji bending

    3.4 Pembuatan Spesimen UjiLangkah-langkah pembuatan spesimen uji sebagai

    berikut :

    1. Dilakukan penimbangan serat ampas empulur

    sagu sesuai dengan variasi fraksi volume yang

    ditetapkan

    2. menyiapkan cetakan dan melapisi permukaan dan

    dinding cetakan dengan wax

    3. Resin dicampur dengan hardener dengan

    perbandingan 1% hardener per berat resin

    polyester. Kemudian dilakukan pengadukan

    selama 5 menit agar campuran resin dan hardener

    merata

    4. Kemudian campuran tersebut dituangkan secaramerata pada cetakan yang sudah ditata serat

    ampas empulur sagu sesuai fraksi volumenya.

    5. Lakukan pembersihan terhadap void hingga void

    berkurang dan tidak terdapat void yang secara

    visual diameternya tidak lebih dari 1 mm6. Keringkan komposit pada suhu kamar selama

    48 jam. Setelah benar-benar kering, keluarkan

    komposit dari cetakan.

    7. Lakukan pengamatan pada komposit terhadap ada

    tidaknya void yang terjadi dengan cara

    menerawang lembaran komposit. Diameternya

    tidak lebih dari 1 mm. Void tidak boleh

    mengumpul pada suatu tempat (radius jarak antarvoid yang diijinkan adalah 1 cm)

    8. Bentuklah spesimen uji sesuai dengan standar uji

    bending (ASTM 790) dan uji bending (ISO 179-1)

    4. Hasil dan Pembahasan

    4.1 Data Hasil Uji Bending

    Tabel 4.1 Nilai Uji Bending

    No

    Fraksi

    Volume

    Tegangan

    Bending

    Modulus

    Elastisitas

    (%) Mpa Gpa

    1 10 65.7480 0.2600

    2 20 74.0157 0.2700

    3 30 86.6142 0.5900

    4 40 98.8189 0.5767

    5 50 107.4803 0.5533

    6 60 98.8189 0.1266

    4.2 Data Hasil Uji Impak

    Tabel 4.2. Nilai Uji ImpakFraksi

    Volume (%)

    Esrp rata-rata (J) Harga Impak Rata-rata

    (J/mm2)

    10 0.21577088 0.0053945

    20 0.174091752 0.0043523

    30 0.238923832 0.0059731

    40 0.29750268 0.0074376

    50 0.404807949 0.0101202

    60 0.319148027 0.0079787

    4.3 Analisa Pengaruh Fraksi Volume terhadap

    kekuatan Bending

    Pengujian Bending dilakukan pada komposit yang

    dibuat dengan serat ampas empulur sagu yang telah

    mengalami perlakuan 5% NaOH.Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

    perubahan sifat mekanis terhadap kekuatan bending

    dengan variasi fraksi volume yang berbeda antara

    10%,20%,30%,40% ,50% dan 60% serat.

    Dengan mengacu pada data hasil pengujian bending

    pada tabel 4.1 dapat diketahui sifat mekanik dengan

    menghitung nilai rata-rata harga tegangan bending dan

    modulus elastisitas komposit serat seperti pada tabel

    4.2.

    Gambar 7. Bending dan fraksi volume (%)

    Pada gambar 5.1 terlihat bahwa Grafik

    tegangan bending menunjukkan kenaikkan tegangandikarenakan adanya penambahan serat. Grafik tersebut

    menjelaskan semakin tinggi fraksi volume serat maka

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    34/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    tegangan bendingnya semakin tinggi, hal ini

    ditunjukkan pada fraksi volume 10 % besarnyategangan bending yaitu 65.7480 MPa, lebih kecil

    dibanding fraksi volume 50% yang sebesar 107.4803

    MPa. Dari hasil diatas menunjukkan peningkatan nilai

    tegangan bending seiring penambahan volume serat.

    Gambar 8. Modulus Elastisitas vs fraksi volume (%)

    4.4 Analisa Pengaruh Fraksi Volume Terhadap

    Kekuatan Impak

    Berdasarkan hasil analisis varian pengaruh fraksivolume terhadap Harga Impak didapatkan bahwa F

    hitung 15.8413 dan level signifikan 5 % diperoleh F

    tabel 4.387374. Karena F hitung > F tabel maka H0ditolak. Kemudian jika memperhatikan nilai

    Probabilitas (P) = 0,000 maka P < , sehingga dapat

    disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari

    fraksi volum terhadap energi serap komposit.

    Gambar 5.4 Nilai Impak rata-rata dan Fraksi Volume (%)

    Dari hasil pengujian impak didapatkan harga tertinggi

    pada 50% serat dengan harga impak rata-rata

    0.0101202 (J/mm) dan energy yang diserap

    0.404807949 J sedangkan yang terendah adalahkomposit serat 20% yang mempunyai harga impak

    rata-rata 0.0043523 J/mm serta energy yang diserap

    sebesar 0.174091752 J.

    Berdasarkan diagram diatas dijelaskan nilai energiserap dan harga impak dipengaruhi oleh persentase

    fraksi serat dimana semakin tinggi persentase serat

    semakin tinggi nilai energi serap dan harga impak

    5. Penutup

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat

    disimpulkan bahwa berdasarkan perubahan variasi

    fraksi volume serat ampas empulur sagu maka terjadi

    peningkatan kekuatan bending dan kekuatan impak

    dengan bertambahnya fraksi volume serat 10-60%.Kekuatan bending dan kekuatan impak meningkat

    seiring dengan bertambahnya fraksi volume serat.

    Peningkatan kekuatan bending tertinggi pada 50%

    serat sebesar 107.4803 J dan kekuatan impak tertinggi

    pada 50% serat sebesar 0.0101202 (J/mm).

    6. Daftar Pustaka

    a Austin, Waifielate Bolarinwa, Oluseun Abiola,

    2008. Mechanical Property Evaluation Of

    Coconut Fibre, ,Department Of Mechanical

    Engineering Blekinge Institute Of Technology

    Karlskrona, Sweden

    A.H.D, Abdullah. 2006. Pemilihan serat alam dan

    analisis pengaruh perlakuan silane terhadap

    kekuatan geser komposit serat alam-poliester,

    Tesis Magister, Program studi Teknik Material

    ITB.

    Aart van Vuure. 2008. Natural Fiber Composites

    Recent Development. Katholieke Universiteit

    Leuven.

    Ali, Majid. 2010. Coconut Fibre A Versatile

    Material and its Applications in Engineering.

    National Engineering Services Pakistan

    (NESPAK) Islamabad.

    Astrom, B. T. 1997. Manufacturing of Polymer

    Composites. Edisi I. London: Chapman &

    Hall.ASTM. 1997.ASTM C 393 Bending properties of

    Plastics.

    ASTM D 2344. 1976. Apparent Interlaminar Shear

    Strength of Parallel Fiber Composite By Short

    Beam Test.

    Bhattacharya, G.K., et.al. 2009. Coconut Fibre and

    Its Byproducts: Present Status and Potentiality.

    Indian Council of Agricultural Research India.

    Fajriyanto Dan Feris Firdaus , 2008.Panel Dinding

    Bangunan Ramah Lingkungan Dari Komposit

    Limbah Pabrik Kertas (Sludge), Sabut KelapaDan Sampah Plastik: Pengaruh Komposisi

    Bahan Dan Beban Pengempaan Terhadap

    Kuat Lentur (Bending), Pusat Penelitian Sain

    Dan Teknologi, Direktorat Penelitian Dan

    Pengabdian Masyarakat Universitas Islam

    Indonesia, Yogyakarta,.

    Pamenang, Agung Suryadi. 2005. Hati-Hati

    Penggunaan Blok Rem Komposit Kereta Api

    Berbasis Metal Mengandung B3. Http//Rni.Co

    y = -8E-05x2 + 0.010x + 0.024R = 0.815

    0

    0.005

    0.01

    0.015

    0 20 40 60 80

    HI

    (J/mm)

    Fraksi Volume (%)

  • 7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf

    35/85

    JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012

    32

    ANALISIS SIMPANG TAK BERSINYAL

    BENTENG GUDANG ARANG AIR SALOBAR

    (Jl. Dr. Siwabessy Jl. Dr. Malaiholo Jl. Dr. Kayadoe Jl. Gudang Arang Ambon)

    Elisabeth Talakua

    Teknik Sipil Politeknik Negeri AmbonEmail : [email protected]

    Abstract

    The volume of traffic in Ambon city has increased each year due to the increasing number of vehicle

    ownership, the potential intersection congestion between Air Salobar and Gudang Arang. Congestion at the

    intersection of Air Salobar and Gudang Arang is the impact of traffic growth is quite steeper and traffic systems are

    not functioning well.

    Field surveys to obtain primary data (geometric conditions, traffic volume, environmental conditions and

    vehicle speed data) and secondary data (total population). Survey method using survey methods of moving vehicles.

    The survey was conducted over three days on Monday, Wednesday, and Saturday. Analysis of capacity and service

    level by using the method of Indonesian Manual Capacity (MKJI 1997).

    The result of the analysis of the intersection Air Salobar and Gudang Arang, showed that the value of the

    capacity = 2578 SMP / h with a value of DS = 0.85. This measurement result is larger than suggested by MKJI 1