Upload
nass
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
1/85
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
2/85
i
JURNAL SIMETRIK
ISSN : 23 2 9579
VOLUME 1, NOMOR 1, Desember 2012
Ketua Penyunting
Vicky Salamena, SST., MT
Redaktur
Aleksander A Patty, ST., MT
Penyunting Pelaksana
Luwis H. Laisina, ST., MT
Paulus F. Picauly, ST., M.Eng
Graciadiana I. Huka, ST., MT
Reynold P. J. V. Nikijuluw, S.Pd., M.Ed
Desain Grafis
Ridolf Kermite, ST
Tata Usaha
Wa Hauli
Alamat Penyunting dan Tata Usaha :
Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Negeri Ambon
Jln. Ir. M. Puttuhena Wailela Rumah Tiga Kota Ambon 97234.
Website: www.uppm.polnam.ac.id . e-mail:[email protected]
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
3/85
ii
DAFTAR ISI
PERUBAHAN SIFAT MEKANIS KOMPOSIT HIBRID POLIESTER YANG DIPERKUAT
SERBUK BATOK KENARI DAN SERAT KELAPA AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME
(EDISON EFFENDY)
1 - 8
PENGARUH BILANGAN REYNOLDS DAN JARAK MELINTANG PENGHALANG
SEGITIGA YANG DISUSUN BERSILANGAN TERHADAP POLA DAN BEDA
TEKANAN ALIRAN FLUIDA
(ALEXANDER PATTY)
9 - 1 6
ANALISIS PENGGUNAAN BAJA TULANGAN DAN BETON PADA PONDASI
JEMBATAN WAI-SAPIA
(SAMUEL UNEPUTTY Dan HERRY H. ROBERTH)
17 - 25
ANALISIS SIFAT MEKANIS KOMPOSIT POLYESTER MENGGUNAKAN SERAT
AMPAS EMPULUR SAGU AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME
(EDYSON HUKOM, dkk)
26 - 31
ANALISIS SIMPANG TAK BERSINYAL BENTENG GUDANG ARANG AIR SALOBAR
(Jl. Dr. Siwabessy Jl. Dr. Malaiholo Jl. Dr. Kayadoe Jl. Gudang Arang Ambon)
(ELYSABETH TALAKUA)
32 - 38
EVALUASI JARAK PANDANG PADA SIMPANG JALAN HALONG DAN HALONG
ATAS KOTA AMBON
(VERA Th. C. SIAHAYA Dan S. METEKOHY)
39 - 45
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PEMBENGKAKAN BIAYA
(COST OVERRUN) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA AMBON
(TONNY SAHUSILAWANE Dan LENORA LEUHERY)
46 - 57
STUDI PERLINDUNGAN PANTAI DUSUN ERIE - DESA NUSANIWE(PIETER LOURENS FRANS Dan ISAK LILIPORY)
58 - 64
KAJIAN TERHADAP STRUKTUR DINDING PENAHAN PANTAI TYPE CELLULAR
(BUIS SUMURAN) PADA DAERAH PANTAI RUMAHTIGA AMBON
(ISAK LILIPORY Dan PIETER LOURENS FRANS)
65 - 73
STUDI PERBANDINGAN UNJUK KERJA TRAFO OPEN DELTA DAN TRAFO DELTA
PADA KEADAAN BERBEBAN
(PELPINUS SINAY)
74 - 81
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
4/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
1
PERUBAHAN SIFAT MEKANIS KOMPOSIT HIBRID POLIESTER YANG
DIPERKUAT SERBUK BATOK KENARI DAN SERAT KELAPA
AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME
Edison Effendy
Teknik Mesin Politeknik Negeri AmbonEmail : [email protected]
Abstract
Walnut shell powder and coconut fiber are the two waste materials derived from the processing of walnut
and coconuts which are plentifull in the Maluku region and not been optimally accomodate. Both of these materials
can be utilized for the develop of composites using polyester resin as the matrix.
Polyester resin under open-air conditions will be formed in liquid, walnut shell powder (SBK) is hard and
strong, and coconut fiber (SSK) are light and fragile, therefore the nature of the adhesive polyester will be used as a
binder between coco fiber and walnut shell powder as a filler. If done setting the volume fraction variation between
Walnut Shell Powder (SBK) and coconut fiber (SSK) in the polyester resin is expected to be seen large variations inthe mechanical properties of this composite for each composition. Testing was performed mechanical testing
standard ASTM D790 flexural test.
From the results seen any changes in the mechanical properties due to the addition of fibers and powders.
Bending Tests obtained for bending strength hybrid composite average Coconut Coir Fiber and Walnuts Shell
Powder SBK 10%: 30% SSK: 60% Polyester Resins adalah119.2046 MPa, the highest bending modulus of elasticity
at 10% SBK: 30% SSK: 60% Polyester resin for 8026.32071 MPa.
Keyword : mechanical properties, filler, hibryd composit, volume fraction
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Material komposit adalah kombinasi antara duabahan atau lebih yang memiliki sejumlah sifat yang
tidak mungkin dimiliki oleh masing-masing komponen.
Pada bahan komposit bahan pembentuknya masih
terlihat seperti aslinya. Material yang dibuat dengan
kombinasi dua atau lebih material berbeda yang
digabung atau dicampur secara makroskopik untuk
membentuk material yang bermanfaat, dengan syarat
terjadi ikatan antara kedua material tersebut
(Budinski,2003). Komposit mempunyai sifatsifat yang
unggul dibandingkan dengan material lain, seperti rasio
antara kekuatan dan densitasnya cukup tinggi, kaku,
proses pembuatannya sangat sederhana serta tahan
terhadap korosi dan beban lelah (Rusmiyatno, 2007).
Salah satu jenis komposit yang diketahui adalah
komposit dengan penguat berbahan serat dan serbuk
Penggunaan material komposit dengan fillerserat
alam (biokomposit) mulai banyak dikenal dalam industri
manufaktur. Komposit dengan penguat serat alami ini
semakin intensif berkaitan dengan meluasnya
penggunaan komposit pada berbagai bidang kehidupan
serta tuntutan penggunaan material yang kuat dan lebih
ringan yang sebagian dapat dipenuhi oleh komposit
berbasis serat (fibre reinforced composites).
Material yang ramah lingkungan, mampu didaur
ulang, serta mampu dihancurkan sendiri oleh alam
merupakan tuntutan teknologi sekarang ini. Salah satumaterial yang diharapkan mampu memenuhi hal tersebut
adalah material komposit dengan material pengisi (filler)
serat alam. Penggunaan serat alam sebagai fillerdalam
komposit tersebut terutama untuk lebih menurunkan
biaya bahan baku dan peningkatan nilai salah satu
produk pertanian.
Kowangid dan Diharjo (2003) menunjukkan
bahwa hasil uji bending dan impak komposit sandwich
GFRP (Glass Fiber Reinforced Polyester) dengan lebih
tinggi dibandingkan dengan core PVC H 100 . Perilaku
ini mengindikasikan bahwa semakin padat core semakin
tinggi pula kekuatannya. Jika hasil penelitian inidibandingkan dengan hasil penelitiannya Diharjo dkk
(2004), maka komposit GFRP sandwich dengan core
PVC H 100 memiliki kekuatan lebih tinggi
dibandingkan dengan komposit GFRP sandwich dengan
polyurethane (PU)PU
Saira Taj, et.al, (2007) menggunakan Serat
alami sebagai penguat menjadi alternatif serat teknis
seperti serat kaca. Beberapa komposit serat alam
mencapai sifat mekanik yang setara dengan komposit
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
5/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
2
fiber glass, dan sudah diterapkan misalnya, dalam
industri mobil dan mebel. Selanjutnya Majid Ali,
(2010) menyajikan fleksibilitas dari serat kelapa untuk
pengaplikasian dalam berbagai cabang rekayasa,
khususnya dalam rekayasa sipil sebagai bahan
konstruksi. Komposit diperkuat serat kelapa telah
digunakan sebagai elemen non-struktural murah dan
tahan lama.
Penelitan tentang komposit berbasis serat sangat
beragam mulai dari variasi jenis matriks dan serat, jenis
anyaman hingga bahan dasar matriks maupun serat.
Penelitian juga berkembang dengan penggunaan bahan
serat alam untuk beberapa variasi matrik resin sintetis
dan alami. Komposit dengan penguat serat alami ini
semakin intensif berkaitan dengan meluasnya
penggunaan komposit pada berbagai bidang kehidupan
serta tuntutan penggunaan material yang kuat dan berat
yang lebih ringan yang sebagian dapat dipenuhi olehkomposit berbasis serat (fibre reinforced composites).
Serat alam dapat menjadi filler dalam komposit
karena kandungan selulosa yang dimilikinya. Beberapa
serat alam yang memiliki selulosa antara lain, sabut
kelapa, kenaf, , tebu, jagung, abaca, padi, ramie dan lain
- lain. Variasi komposit ini akan membentuk kombinasi
serat alam dan partikel serbuk alami menjadi komposit
hibrid (terdiri atas 2 atau lebih reinforced). Salah satu
partikel yang dapat menjadi pengisi (filler) adalah
serbuk batok kenari (Canarium sp).
Penelitian ini dititik beratkan pada meneliti
kekuatan bending dan impack material yaitu untuk
mengetahui sifat mekaniknya dan sifat fisiknya sesuai
dengan aplikasi yang diinginkan. Bahan yang digunkan
pada komposit ini berasal dari biomaterial biomaterial
yaitu filler serat sabut kelapa dan serbuk batok kenari
yang divariasikan terhadap matrik poliester type 157
BTQN.
Batok kenari dan serat kelapa yang digunakan
adalah yang berasal dari daerah Maluku. Kedua produk
pertanian ini sangat banyak terdapat di daerah Maluku
namun sangat disayangkan karena selama ini belum
dimanfaatkan sebagai suatu material yang bernilai
ekonomi karena bahan dasar dari kedua material ini
lebih banyak dijadikan limbah. Arah dan aplikasi dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan material baru
yang nantinya dapat bermanfaat untuk bahan dasar
pembuatan lambung perahu pengganti fybre glass yang
saat ini sering digunakan oleh masyarakat Maluku serta
menambah khasanah biomaterial yang ada di Indonesia
dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.
1.2 Rumusan Masalah
Pada penulisan ini rumusan masalah yang akan
dibahas adalah:
Bagaimana pengaruh variasi fraksi volume serbuk batok
kenari (SBK) dan serat Sabut kelapa (SSK) terhadap
perubahan sifat mekanis dari komposit serbuk kenari
dan serat sabut kelapa resin poliester.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan Untuk
memperlancar dan memudahkan jalannya penelitian ini
maka batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
Material yang digunakan sebagai filler adalah serbuk
batok kenari dan serat sabut kelapa dengan
perbandingan variasi volumenya yaitu: 30%:10%,
20%:20% dan 10%:30% yang ditambahkan 60%
resin poliester tipe 157 BTQN dengan serat pendek
(1cm) acak dan serbuk batok kenari ukuran mesh
180.
Perlakuan alkali dilakukan terhadap serat dan serbukmasing masing pada larutan 5% NaOH
Pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian
dan pengujian bending (ASTM D790-03 ).
1.4 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan nilai maksimal variasi fraksi volume
serbuk batok kenari dan serat sabut kelapa terhadap
perubahan sifat mekanis khususnya nilai kekuatan
bending dari komposit serbuk batok kenari dan serat
sabut kelapa resin poliester sebagai bahan pengganti
fibre glass pada pembuatan perahu nelayan serta upaya
untuk meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari
kedua material serat alam tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan material teknik yang lebih baik,
kuat, dan murah khususnya komposit hibrid
Sebagai alternatif pengganti serat sintetis yang
lebih mahal dan tidak ramah lingkungan
2. Mengetahui komposisi optimum serat kelapa dan
serbuk batok kenari pada pembuatan komposit
serta pengaruh variasi fraksi volume serat
kelapa dan serbuk batok kenari sehingga
kecendrungan sifat mekanis dan aplikasi
penggunaan komposit dapat dipilih berdasarkan
sifat komposit.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Komposit
Kata komposit berasal dari kata to compose
yang berarti menyusun atau menggabung. Secara
sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari
dua atau lebih bahan yang berlainan. Jadi komposit
adalah suatu bahan yang merupakan gabungan atau
campuran dari dua material atau lebih pada skala
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
6/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
3
makroskopis untuk membentuk material ketiga yang
lebih bermanfaat. Pada bahan komposit, sifat-sifat unsur
pembentuknya masih terlihat jelas yang pada paduan
sudah tidak lagi tampak secara nyata. Justru keunggulan
bahan komposit di sini adalah penggabungan sifat-sifat
unggul masing-masing unsur pembentuknya tersebut
Secara umum material komposit dapat
diklasifikasikan atas tiga macam yaitu, Metal Matrix
Composites (MMCs), Polymer Matrix Compsites
(PMCs) dan Ceramics Matrix Coposites (CMCs) (Imra,
2009; Jacob, 1994)
2.2 Polyester
Polyester, dalam kebanyaan hal resin polyester
tak jenuh ini disebut polyester saja. Karena berupa resin
cair dengan viscositas yang relatif rendah, mengeras
pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa
menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak
resin termoseting yang lainnya, maka tak perlu diberi
tekanan untuk pencetakan. Berdasarkan karateristik ini,
bahan dikembangkan secara luas sebai plastik penguatserat (FPR) dengan menggunakan bahan serat gelas.
Menurut (Davis,1982) Polyester berasal dari reaksi
kimia asam dibasa bereaksi secara kondensasi dengan
alkohol dihidrat. Karena asam tak jenuh digunakan
dengan berbagai cara sebagai bagian dari asam dibasa,
yang menyebabkan terdapatnya ikatan tak jenuh dalam
rantai utama dari polimer yang dihasilkan, maka disebut
polyester tak januh. Kemudian, monomer vinil
dicampur, yang bereaksi dengan gugus tak jenuh pada
pencetakan untuk mengeset. Sifat dari polyester sendiri
adalah kaku dan rapuh. Mengenai sifat termalnya,
karena banyak mengandung monomer stiren, maka suhu
deformasi termal lebih rendah dari pada resin termosetlainnya dan ketahanan panas jangka panjangnya kira-
kira 110-140C. Ketahanan dingin adalah baik secara
relatif. Sifat listriknya lebih baik diantara resin termoset,
tetapi diperlukan penghilangan lembaban yang cukup
pada saat pencampuran dengan gelas.
Polyester merupakan bahan termoseting yang
banyak beredar dipasaran karena harganya yang relatif
murah dan dapat diaplikasikan untuk berbagai macam
penggunaan. Aplikasi dari Polyester termasuk
pengecoran tombol, bola bowling, marmer, dan produk
dekoratif. Industri marmer juga mengembangkan
polimer beton yang diisi Polyester tak jenuh yang
menawarkan bahan yang ekonomis untuk bangunan dan
industri konstruksi.
2.3 Bahan PenguatBahan penguat yang digunakan sebagai penguat
komposit sangat beragam yang antara lain terdiri atas
bahan reinforced sintesis dan alami. Pada gambar 2.2
ditunjukkan beberapa jenis penguat dalam komposit.
Bahan penguat yang banyak digunakan adalah serat
(fiber). Bahan penguat serat ini masih terbagi lagi atas
jenis serat sintetis dan alam. Salah satu serat alam yang
memiliki karakteristik istimewa adalah serat sabut
kelapa yang dapat menjadi bahan penguat dengan
berbagai keunggulan yang dapat dimanfaatkan.
Gambar 1. Klasifikasi Bahan Penguat Komposit
Sumber P.C.Pandey, 2004
2.1 Serat sabut kelapa (coco fiber)
Kelapa merupakan tanaman perkebunan/ industri
berupa pohon batang lurus dari family Palmae. Tanamankelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman
serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi.
Struktur serat ditentukan oleh dimensi dan
pengaturan sel-sel berbagai unit, dan yang juga
mempengaruhi sifat serat. ''Serat adalah sel memanjang
dengan ujung runcing dan sangat tebal dinding sel
berlignin 'seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3
Gambar 2. Iirisan Sel Serat Sabut Kelapa
Sumber: Afa Austin Waifielate, 2008
Bagian melintang dari sel unit dalam serat memiliki
pusat berongga yang dikenal sebagai lumen dan bahwa
bentuk dan ukuran tergantung pada dua faktor seperti
ketebalan dari dinding sel dan sumber serat. Lembah
rongga berfungsi sebagai isolator akustik dan thermal
karena kehadirannya menurunkan bulk density serat.
2.2 Serbuk batok kenari
Batok kenari seperti berasal dari buah kenari.
Buah kenari banyak terdapat di daerah Maluku dan
sering dijumpai pada UKM-UKM usaha pembuatanpenganan/kue. Serbuk kenari (gambar 2.4) berasal dari
batok kenari yang digerus dan diayak. Dalam
pemanfaatannya masih sebagai bahan bakar, bahan dasar
briket, namun masih sedikit penelitian yang
memanfaatkan serbuk batok kenari untuk bahan penguat
komposit. Salah satu publikasi yang didapat
mengemukakan pemanfaatan serbuk batok kenari adalah
sebagai bahan pengganti karbon aktif pada proses
carburizing.
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
7/85
JURNA
Gambar 3. Serbuk bato
Gambar 4. Buah kenari (C
2.3 Bahan Tambahan
Bahan tambahan secara lan
dalam meningkatkan kemampua
mengubah kualitas serta sifat prod
(Surdia.T 2005. Beberapa bahan t
digunakan pada resin Polyester antaBahan aditif yang biasa dipakai
pewarna, disamping untuk membe
tinggi dengan mewarnai hasil pro
untuk melindungi dari pengaruh s
menyerap dan memantulkan jenis si
Bahan hardener merupaka
memungkinkan terjadinya proses
pengerasan pada resin. Hardener
bahan yaitu katalisator dan accelera
digunakan adalah Methyl Ethyl
(MEKP) yang merupakan hasil dari
Ketone dengan Hidrogen Peroxide
ini merupakan sebuah percampuranganda atau majemuk peroxide
disebut monomer dan dimer. Acc
mempercepat terjadinya ikatan-ikat
molekul yang sudah mempunyai
untuk mempercepat proses curing (p
SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
k kenari
narium sp)
sung turut berperan
pemrosesan atau
k material komposit
mbahan yang dapat
ra lain: dalah: Pigmen atau
ri nilai estetis yang
duk yang berfungsi
inar karena mampu
nar tertentu.
bahan yang
curing, yaitu proses
ini terdiri dari dua
tor. Katalisator yang
Ketone Peroxide
reaksi Methyl Ethyl
. Produk dari reaksi
dari dua campuran ang berbeda yang
lerator, bahan yang
an diantara molekul-
ikatan tunggal dan
engerasan).
2.4 Pengujian Bending
Berdasarkan pengujian b
Gambar 5. Penampang
Sumber : ASTM D
Persamaan yang digunak
dengan :
b = Tegangan bending(MPa)
P = Beban /Load(N)
L = Panjang Span / Support spa
b = Lebar/ Width (mm)
h = Tebal /Depth (mm)
Modulus elastisitas
dirumuskan dengan persamaan (
34bh
m3L
bE
dengan :
Eb = Modulus Elastisita
L = Panjang Span / Su
b = Lebar/ Width (mmh = Tebal /Depth (m
m = Slope Tangent pa
(N/mm)
Dari hasil perhitungan di
bendingnya yaitu untuk kompo
kelapa dan serbuk batok kenari.
tersebut dapat diketahui be
komposisi serat sabut kelapa da
divariasikan komposisinya 10%
Tegangan bending kompo
menurun kemudian terjadi ken
dikarenakan oleh adanya pengar
serat sabut kelapa dan serbuk ba
arah serat. Bila serat semaki
tegangan bendingnya Dimana
kekuatan bending ini dikarenak
dan serat semakin kuat sehingg
semakin besar.
4
ending
ending (balok)
790, 1997
an sebagai berikut:
(1)
(mm)
bendingnya dapat
2.3):
(2)
sBending(MPa)
port span(mm)
) )
a kurva beban defleksi
eroleh besar tegangan
sisi hibrid serat sabut
Dari Tegangan bending
ar tegangan bending
serat batok kenari yang
20% dan 30%,
sit menunjukkan trend
aikan tegangan hal ini
h penambahan volume
tok kenari dan distribusi
n banyak serat maka
Semakin meningkatnya
an ikatan antara matrik
kekuatan kompositnya
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
8/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
5
3 Metodologi Penelitian
3.1 Kerangka Konsep PenelitianPenelitian yang dilakukan mengikuti alur sebagai
berikut
Gambar 6. Diagram Alur Penelitian
3.2 Hipotesa
Pengaturan variasi perbandingan fraksi volume
serbuk batok kenari dan serat kelapa terhadap resin
poliester akan meningkatkan sifat mekanik komposit
poliester serbuk batok kenari dan serat sabut kelapa
sehingga diperoleh fraksi volume dengan sifat mekanis
yang baik.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental dengan uji pendukung antara lain: Uji
Impak dan UjiBending
3.4 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel yang besarnya ditentukan sebelum
penelitian. Variable bebas dalam penelitian ini adalah:
Variasi komposisi serbuk batok kenari:
1. 10%
2. 20%
3. 30%
Variasi komposisi serat sabut kelapa:
a. 10%
b. 20%
c. 30%
2. Variabel terikat
Variable terikat dalam penelitian ini adalah:
Gabungan Serat Sabut Kelapa dengan Serbuk
Batok Kenari membentuk komposit hibrid
Uji Bending (ASTM D790-03)
3. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol yang digunakan antara lain:
Penambahan MEKPO sebesar 1%
Resin poliester sebesar 60 %.
Ukuran diameter filler serbuk batok kenari tetap
Ukuran panjang serat Sabut Kelapa 1 cm dengan
arah acak Ukuran serbuk batok kenari 180 mesh
Pemanasan purna cetak selama 4 jam Temperatur
pemanasan 70 C
3.5 Bahan dan Peralatan Penelitian.
1. Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan baik untuk
pengujian maupun pembuatan komposit adalah sebagai
berikut;
Resin Polyester 157 BTQN, Serat Sabut Kelapa dan
Serbuk Batok Kenari, NaOH, katalis MEKPO, Aquades
dan Wax.
Gambar 7. Aquades
Gambar 8. NaOH
Gambar 9. Serat Sabut Kelapa
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
9/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
6
Gambar 10. Wax
Gambar 11. Serbuk Batok Kenari
2. Alat :Peralatan yang digunakan dalam penelitian :
- Alat tekan cetak- Cetaka tekan
- Timbangan digital
- Alat pengering
- Grinding mechine dan Amplas
- Mesin ujiBending
- Spidol, cutter,kuas, gunting dll
3.6 Pembuatan Komposit
Dalam pembuatan komposit digunakan langkah-
langkahnya adalah :
1. Timbang serat sabut kelapa dan serbuk batok
kenari sesuai dengan fraksi volumnya
2. Siapkan cetakan daan lapisi permukaan dandinding cetakan dengan Wax
3. Resin dicampur dengan hardener dengan
perbandingan 1% hardener per berat resinpolyester
serta serbuk batok kenari sesuai fraksi volum
Kemudian dilakukan pengadukan agar campuran
resin dan hardener merata,
4. Selanjutnya campuran tersebut dituangkan secara
merata pada cetakan yang sudah ditata serat sabut
kelapa seuai fraksi volumnya
5. Lakukan pembersihan terhadap void hingga void
berkurang dan tidak terdapat void
6. Keringkan komposit pada suhu kamar selama 12
jam. Setelah benar-benar kering, keluarkankompoosit dari cetakan.
7. Lakukan pengamatan pada komposit terhadap ada
tidaknya void yang terjadi dengan cara
menerawang lembaran komposit. Diameternya
tidak lebih dari 1 mm. Void tidak boleh
mengumpul pada suatu tempat (radius jarak antar
void yang diijinkan adalah 1 cm)
8. Memanaskan komposit dalam oven dengan
temperature 70C selama 4 jam
9. Bentuklah spesimen uji sesuai dengan standar uji
bending(ASTM 790-03)
4. Pemahasan
5.1 Pengujian Bending
Berdasarkan pengujian bending menggunakan
UTM (Tarno Grocky) diperoleh data pembebanan. Dari
hasil pengujian tiga perulangan spesimen yang dirata-
rata dalam satu nilai sesuai fraksi volumenya sehingga
diperoleh besar kekuatan bendingnya biokomposit serat
sabut kelapa 10%, 20%, dan 30%. Dari hasil uji bending
komposit diperoleh perbedaan kandungan bahan pengisi
terhadap nilai kekuatan bending bahan komposit.
Kekuatan bending bahan komposit menurun dengan
naiknya kandungan bahan pengisi Serbuk Batok Kenari
(SBK) terhadap matriks. Penurunan nilai kekuatan
Bending ini disebabkan rendahnya sifat adhesi bahan
matriks, selain itu sifat kepolaran bahan matriks dan
bahan pengisi yang berbeda menghalangi terjadinya
interaksi antara keduanya.
Dua hal yang dibutuhkan pada bahan untukmemperkuat bahan komposit agar membentuk produk
yang efektif yaitu komponen penguat harus memiliki
modulus elastisitas yang lebih tinggi dari matriksnya
dan harus ada ikatan permukaan yang kuat antara
komponen penguat dan matriks. Tanpa adanya factor
tersebut penambahan bahan penguat dapat menurunkan
nilai kekuatan tarik komposit .
Gambar 12. Spesimen ujiBending
Tabel 4.1 Uji Bending Komposit Hibrid
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
10/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
7
Gambar 13. Grafik 1 b Rata-rata Vs Komposisi SBK
Gambar 14. Grafik 2 Eb Rata-rata Vs Komposisi SBK
Dari data-data yang telah diperoleh dapat
disimpulkan bahwa harga kekuatan bending rata-rata
komposit hybrid dengan variasi fraksi volum 10% SBK :
30% SSK : 60% Resin Poliester adalah 119.2046 MPa ,
lebih besar dari 20% SBK : 20% SSK : 60% Resin
Poliester dan 30% SBK : 10% SSK : 60% Resin
Poliester yaitu 93.9477 MPa dan 87.01325 MPa .Hal
ini dikarenakan momen material komposit pada variasi
ini memiliki harga yang tertinggi.Pada spesimen IBC 110% SBK : 30% SSK : 60% Resin Poliester dengan
harga kekuatan bending sebesar 119,8837 MPa adalah
yang terbesar.
Sedangkan modulus elastisitas rata-rata tertinggi
komposit serat hybrid pada specimen 10% SBK : 30%
SSK : 60% Resin Poliester yaitu 7319.586 MPa, lebih
besar dari 20% SBK : 20% SSK : 60% Resin Poliester
6294.615 MPa dan 30% SBK : 10% SSK : 60% Resin
Poliester 6179.735 MPa,. Dari data-data yang telah
diperoleh harga modulus elastisitas bending tertinggi
yaitu pada spesimen IBC 1 10% SBK : 30% SSK : 60%
Resin Poliester sebesar 8026.32071 MPa.
5.2 Regression Analysis : Kuat Bending versus
SBKThe regression equation is :
Kuat Bending = 132,2 - 1,610 SBK
S = 4,94099 R-Sq = 90,1% R-Sq(adj) = 88,7%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regre 1 1554,42 1554,42 63,67 0,000
Error 7 170,89 24,41
Total 8 1725,32
Grafik 15. Probability plot of kuat bending
Gambar 15 menunjukan titik-titik berada pada garis
normal sehinga data menginguti probility normal
1. pengaruh fraksi volume serbuk batok kenari sebesar
88,7%. Artinya sebesar 88,7%. Harga kuat bending
dipengaruhi oleh fraksi volume komposit hybrit.
2. Nilai Fhitung untuk Serbuk Batok Kenari sebesar 63,67dan nilai Sig F sebesar 0,000, karena nilai Fhtung >
Ftabel (63,67 > 3,84) dan nilai Sig F < (0,000 TabelAF , menunjukan bahwa ada
pengaruh nyata pada perubahan bilangan Reynolds
terhadap kecepatan fluida dengan tingkatkeyakinan 95 %.
2. HitungBF > TabelBF , menunjukkan bahwa ada
pengaruh nyata pada perubahan jarak melintang
penghalang terhadap kecepatan fluida.
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
16/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
5
10
15
20
25
30
35
5 10 15 20 25
Jarak Penghalang d (mm )
PenurunanT
ekanan(
Pa)
Re = 50 Re = 100 Re = 150
Re = 200 Re = 250 Re = 300
Linear ( Re = 50) Linear (Re = 100) Linear (Re = 150)
L inear (Re = 200) L inear (Re = 250) Linear (Re = 300)
Tabel 9. Analisa varian dua arah untuk penurunan tekanan
Sumber Keragaman Db JK Varian (KT)HitungF TabelF
Pengaruh Re (A) 5 445,99 89,19897 91 3,326
Pengaruh Jarak (B) 2 72,024 36,01201 36,7391 4,103
Galat 10 9,8021 0,980208Total 17 527,82
Berdasarkan hasil perhitungan analisis dua arah
yang ditunjukan pada tabel 9, dengan mengambil
tingkat keyakinan 95 % ( %5 ) dapat diambil
kesimpulan :
1. HitungAF > TabelAF , menunjukan bahwa ada
pengaruh nyata pada perubahan bilangan
Reynolds terhadap kecepatan fluida dengan
tingkat keyakinan 95 %.
2. HitungBF > TabelBF , menunjukkan bahwa ada
pengaruh nyata pada perubahan jarak melintang
penghalang terhadap kecepatan fluida.
4. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Grafik dan bahasan
Gambar 2. Grafik hubungan bilangan Reynolds
terhadap tekanan
Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan bilangan
Reynolds terhadap penurunan tekanan. Dimana
semakin besar bilangan Reynolds maka penurunan
tekanan akan semakin besar. Hal ini disebabkan
kecepatan fluida yang meningkat sehingga fluktuasi
tekanan makin besar. Kecepatan fluida adalahberbanding lurus dengan semakin meningkatnya
bilangan Reynolds.
Hal ini disebabkan karena diantara celah
penghalang terbentuk suatu lapisan batas yang tebal
sehingga menghalangi aliran yang akan melalui celahpenghalang.
Untuk lebih memperjelas pembacaan grafik
pada gambar 3 dan kecenderungan penurunan tekanan,
maka dibuat grafik hubungan variasi jarak penghalang
terhadap penurunan tekanan pada tiap variasi bilangan
Reynolds.
Gambar 3. Grafik hubungan jarak penghalang dan
penurunan tekanan
Pada gambar 3 diatas terlihat ada kecenderungan
penurunan tekanan akan semakin besar. Apabila
semakin besar bilangan Reynolds dan jarak
penghalang maka penurunan tekanan akan meningkat.
Untuk bilangan Reynolds yang rendah dan jarak
penghalang yang kecil penurunan tekanan masih tidak
terlalu besar. Hal ini disebabkan aliran masih
dipengaruhi gaya viscous sehingga aliran tidakmengalami percepatan aliran dan fluktuasi tekanan
kecil.
Dari pembahasan diatas dapat dijelaskan bahwa pada
setiap variasi jarak penghalang, beda tekanan akan
meningkat dengan meningkatnya bilangan Reynolds.Pada bilangan Reynolds yang sama beda tekanan
(pressure drop) terus meningkat dan mencapat nilai
yang tertinggi pada jarak penghalang Y = 2d
y = 0.0548x + 7.0505
R2= 0.9662
y = 0.0537x + 9 .5312
R2= 0.9874
y = 0.064 9x + 10.184
R2= 0.96 11
5
10
15
20
25
30
35
0 100 200 300 400
Bilangan Reynolds (Re)
Tekanan(
Pa)
Y = 1d Y = 1,5d Y = 2d
Linear (Y = 1d) Linear (Y = 1,5d) Linear (Y = 2d)
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
17/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
A. POLA ALIRAN
(a) (b) (c)
Gambar 5. Pola aliran pada Re 50 untuk jarak penghalang (a) Y=1d; (2) Y=1,5d dan (c) Y=2d
Gambar 5, menunjukkan aliran fluida dengan
Re 50 mempunyai pola aliran yang masih laminer,
dimana pusaran-pusaran yang timbul masih sangat
kecil yang ditandai dengan pola aliran yang
melengkung. Hal ini disebabkan karena kecepatan
fluida masih kecil dan pengaruh dari gaya viskos
fluida dapat menghambat gaya inersianya sehinggaaliran masih laminar. Selama gaya-gaya viskos besar
maka gaya-gaya tersebut akan mencegah timbulnya
gangguan-gangguan selama fluida mengalir sehingga
aliran laminar. Dan tampak bahwa semakin kecil jarak
dari penghalang maka pusaran/v ortex yang timbul
semakin lemah dan hampir tidak ada aliran yang
melewati celah antar penghalang. Hal ini karena
diantara penghalang terbentuk lapisan batas yang tebal
sehingga cukup efektif untuk memblokir aliran yang
akan melewati celah antar penghalang, sehingga pada
bilangan Re yang rendah dan jarak celah yang kecil,
fluida hanya mengalir secara aksial atau dibelokkan(Yuwono, T. et.al., 2001). Karena adanya blockage
effect antara penghalang dimana aliran tidak dapat
bebas mengalir, sehingga tidak mengganggu aliran
disampingnya.
(a) (b) (c)
Gambar 6. Pola aliran pada Re 100 untuk jarak penghalang (a) Y= 1d; (2) Y=1,5d dan (c) Y=2d
Gambar 6, aliran dengan Re 100 menunjukkan
pusaran-pusaran (vorteks) yang terjadi nampak lebih
jelas bila dibandingkan dengan aliran pada Re 50.
Bahkan mulai terbentuk aliran turbulen dibelakang
penghalang. Hal ini disebabkan semakin besar
kecepatan seiring dengan meningkatnya Re. Akibat
dari kecepatan yang mulai meningkat menyebabkan
ada peningkatan beda tekanan pada bagian depan danbelakang penghalang sehingga aliran mulai tidak
stabil. Dan bahwa pada gambar 6 (a) dan (b) terlihat
resirkulasi aliran masih kecil bila dibandingan dengan
gambar (c) yang jarak antar penghalangnya lebih
besar. Karena semakin besar jarak penghalang , maka
pusaran yang terjadi semakin besar, dan ini dapat
dilihat pada gambar 6 (c). Karena dengan semakin
besar jarak penghalang maka lapisan batas yang
terbentuk renggang, sehingga pusaran-pusaran yang
terjadi semakin merata.
(a) (b) (c)
Gambar 7. Pola aliran pada Re 150 untuk jarak penghalang (a) Y= 1d; (b) Y=1,5d dan (c) Y=2d
Gambar 7, aliran dengan bilangan Re 150
menunjukkan bahwa pusaran-pusaran yang terjadisemakin kuat, dan lapisan batas yang terbentuk
semakin tipis. Hal ini disebabkan kecepatan fluida
yang meningkat sehingga ketidakstabilan semakinkuat yang menyebabkan terjadinya pembalikan arah
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
18/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
aliran di belakang penghalang. Dengan adanya
pembalikan aliran fluida tersebut menyebabkanadanya gangguan-gangguan sehingga terbentuk
pusaran-pusaran turbulen. Akibat dari kecepatan dan
tekanan yang meningkat menyebabkan perbedaantekanan yang terjadi pada penghalang semakin besar.
(a) (b) (c)
Gambar 8. Pola aliran pada Re 200 untuk jarak penghalang (a) Y= 1d; (2) Y=1,5d dan (c)Y=2d
Gambar 8, aliran dengan bilangan Re 200, pusaran-
pusaran yang terjadi semakin kuat dibandingkan
dengan Re 150 dan aliran turbulen sudah terbentuk dibelakang penghalang. Hal ini disebabkan karena Re
meningkat dan ketidakstabilan semakin kuat sehingga
kecepatan meningkat yang menimbulkan pembalikan
arah aliran dibelakang penghalang. Dan dapat diamati
pula pada jarak penghalang yang lebih besar seperti
pada gambar 8 (c) terlihat bahwa pusaran sebelahbawah dan diatas penghalang saling menukar fluida
yang terdapat di pusat dengan fluida yang berdekatan
dengan dinding.
(a) (b) (c)
Gambar 9. Pola aliran pada Re 250 untuk jarak penghalang a) Y= 1d; 2) Y=1,5d dan c)Y=2d
Pada aliran dengan bilangan Re 250, pusaran-pusaran
yang terjadi semakin kuat dan terbentuk aliran
turbulen di belakang penghalang. Hal ini disebabkankarena dengan meningkatnya bilangan Re
ketidakstabilan semakin kuat sehingga fluktuasi
kecepatan semakin besar yang menyebabkan
pembalikan gangguan sehingga pusaran-pusaran
turbulen terbentuk. Akibat dari kecepatn fluida yangsemakin besar maka ketika aliran menumbuk
penghalang akan timbul pusaran yang semakin kuat.
Hal ini juga menyebabkan perbedaan tekanan yang
semakin besar antara daerah didepan dan belakang
penghalang sehingga akan terbentuk mempercepat
terbentunya pusaran-pusaran (vorteks). Pada gambar 9dapat diamati bahwa pada jarak penghalang yang lebih
besar, lapisan pusaran (vorteks) sebelah atas
penghalang akan saling lepas dan diganti pusaran dari
bagian bawah penghalang secara bergantian dari
kedua sisi dan menunjukkan pola aliran anti-phase(berlawanan). Hal ini disebabkan percepatan fluida
yang terjadi diantara penghalang seiring dengan
semakin besarnya bilangan Reynolds.
(a) (b) (c)
Gambar 10. Pola aliran pada Re 300 untuk jarak penghalang (a) Y=1d; (2) Y=1,5d dan (c) Y=2d
Pola aliran yang terjadi pada Re 300 semakin turbulen
dibelakang penghalang. Pusaran yang paling kuatterjadi pada penghalang dengan jarak Y= 2d dimana
aliran yang mengalir antar penghalang mengalami
percepatan sehingga mendorong terjadinya pusaran
sebelah atas sehingga polanya berlawanan. sepertiterlihat pada gambar 10 (c). Dan penguatan vorteks
hampir terjadi sepanjang saluran uji yang disebabkan
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
19/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
karena bilangan Re semakin besar sehingga fluktuasi
kecepatan dan energi kinetik ke arah hilir meningkat.Pada daerah ini pertukaran molekul-molekul fluida
meningkat sehingga meningkatkan frekuensi vortex.
Pada jarak yang kecil Y=1d masih membentuk pola
aliran yang masih searah karena arus aliran yang
mendapat percepatan adalah pada celah antarapenghalang dan dinding saluran. Sedangkan padaY=1,5d terbentuk pola aliran transisi.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar bilangan Reynolds maka pola
aliran yang terjadi semakin turbulen. Karena
kecepatan aliran yang besar sehingga perbedaan
tekanan juga semakin besar.
2. Perubahan jarak penghalang segitiga akan
mempengaruhi pola dan osilasi aliran di belakang
penghalang.
3. Meningkatnya bilangan Reynolds menyebabkanPressure drop meningkat. Pada bilangan
Reynolds yang sama, penurunan tekanan
(pressure drop) meningkat dengan bertambahnya
jarak antar penghalang dan mencapai nilai
maksimum pada jarak penghalang (Y) = 2d
sebesar 31, 33 Pa sedangkan nilai terkecil pada
jarak penghalang (Y) = 1d sebesar 13, 71 Pa.
5.2 Saran
Untuk penelitian lanjut, dapat dengan
menggunakan metode numerik.
6. Daftar Pustaka
Giles, R.V., 1996. Mekanika Fluida dan Hidraulika,
Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Herman
Widodo Soemitro. Erlangga, Jakarta.
Kreith, F., 1995. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas,
Jakarta; Erlangga.Nishimura, T., 2000. Oscilator Momentum Transport
and Fluid Mixing in Groved Channels for
Pulsatile Flow, Journal Fluid Eng, Vol. 116,
pp.499-507.
Potter, C. and Wiggert. 1997. Mechanics of Fluid,Second Edition. Prentice-Hall International.Inc.
Sahin, M, and R. G. Owens. 2004. A numerical
Investigation of Wall Effects Up To High
Blockage Ratios On Two-Dimensional Flow
Past A Confined Circular Cylinder, Journal
Physics of Fluids, vol. 16 (5): 1-15.
Smortrys, M.L. et al. 2003. Flow and Heat Transfer
Behavior for a Vortex Enhanced Interruped
Fin, Journal of Heat Transfer, Vol. 125, Issue
5, p.788-794
Tekad, M. 2005. Pengaruh Peningkatan Bilangan
Reynolds dan Jarak Melintang Antar duaPenghalang Segitiga Terhadap Pola Dan Osilasi
Aliran Pada Aliran Laminar. Tesis.
Valencia, A. 2000. Laminar Flow Past Square Bars
Arraged Side by Side in a plane Channel,
Departemento de Ingenieria Mecanica
Universidad de Chili, Santiago.
Welty J. R., W. Charles, R. Wison, and R. Gergory,
2000. Dasar-Dasar Fenomena Transport, Vol.1
Edisi ke-4. Penerbit Erlangga.
Yuwono T., B.Utomo, M. Yuniarto dan P.Satyo. Studi
Eksperimental tentang Pengaruh Aliran Fluida
pada Susunan Louver Fin terhadap Laju
Perpindahan Kalor . Majalah Iptek, JurusanTeknik Mesin, FTI ITS Surabaya, Vol.12, No.3,
Agustus, pp.152-162.
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
20/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
17
ANALISIS PENGGUNAAN BAJA TULANGAN DAN BETON PADA PONDASI
JEMBATAN WAI-SAPIA
Semuel Uneputty1)
, Herry H. Roberth2)
Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon1)
Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon2)
Email : [email protected] 1)
Email :[email protected])
Abstract
Bridge and road (street is vital transportation infrastructure to connect keterisolasian of district that one
otherly. Development of reinforced concrete bridge by unfolding < 30 m quite a lot with various form of girder and
also immeasurable foundation type. Determination of this foundation type hardly determined from result of
investigation of soil (recommendation of laboratory test).
This research takes soil test result which has specified foundation pit type reinforced concrete at
development of Wai Sapia Bridge with length unfolds ( span of beam) 10 m. Dimension foundation of fairish pit of
external diameter (outer ring,Rout) = 3000 mm, and inner diameter ( inner ring,Rinn) = 2400 mm Thick (d) = 300
mm.Result obtained for Concrete Compressive Strength, fc'=20 MPa (K250) and Steel Tensile Strength, fy = 240
MPA (U24). prime bone,16-150 and extra bone,12-200 and anchorage 25. Total bone weight is obtained, wtot = 8 965
kg, concrete K125 = 73 m3 and concrete K250 = 78 m
3.
Keywords : bridge, concrete, steel
1. PendahuluanPembangunan jembatan Wai-Sapia dibangun
melintasi salah satu sungai berlumpur di wilayah
Kabupaten Maluku Tengah Kecamatan Seram Utara
Barat tepatnya berlokasi di Negeri Herlauw berjarak
93+300 dari Kota Masohi (STA. 18+710 Saleman).
Pembangunan Jembatan Wai-Sapia ini sebagaiprasarana penghubung ke ibukota Maluku Tengah
(Masohi) dan juga ibukota Seram Bagian Barat (Piru).
Selain itu juga dengan dibangun Jembatan Wai-Sapia
diharapkan dapat menjadi prasarana penghubung antar
negeri (desa) ke arah timur yaitu Paa Herlauw
Saleman dan negeri sekeliling menuju pusat kota
Masohi sedangkan ke arah barat yaitu Paa Karlutukara
Pasanea Taniwel dan negeri sekeliling menuju pusat
kota Piru yang selama ini terisolasi jika terjadi musim
hujan.
Pembangunan Jembatan Wai-Sapia juga dimaksudkan
untuk memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat
setempat dan juga akses kemajuan pendidikan yangselama ini cukup tertinggal karena kondisi jalan dan
jembatan yang belum memadai. Didalam kegiatan
Pembangunan Jembatan Wai-Sapia yang merupakan
jembatan beton bertulang dimana untuk bangunan
bawah terdiri dari pondasi sumuran dengan mutu beton
K250, abutment dengan mutu beton K250 dan untuk
bangunan atas terdiri dari balok gelagar (memanjang),
balok diafragma dan pelat lantai dengan mutu beton
K350, serta bangunan pelengkap lain seperti
sandaran/railing jembatan, papan nama jembatan, oprit
dan pasangan batu.
2. Tinjauan pustaka
2.1 Analisis Pondasi Jembatan.
Pondasi pada jembatan akan diperhitungkan secara
khusus mengingat ketergantungan terhadap fungsi dan
peruntukkan dari jembatan dimaksud. Jembatan dalampenelitian ini sebagaimana telah dijelaskan bahwa
berfungsi sebagai jembatan penghubung antar daerah
yang mana akan dilalui oleh lalu lintas kendaraan ringan
sampai yang berat mengingat terletak di jalan Trans
Seram sehingga harus benar-benar memiliki
kemampuan yang cukup kuat dalam memikul beban luar
bergerak dan berat sendiri jembatan. Struktur jembatan
terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu struktur atas (pelat lantai
dan gelagar) dan struktur bawah (abutment dan
pondasi). Penelitian ini dilakukan untuk struktur bawah
dengan bagian pondasi saja.
Setelah mendapatkan hasil pengujian tanah dari
laboratorium, maka dilakukan penetapan jenis pondasiyang akan digunakan selanjutnya dihitung dan
ditentukan mutu bahan untuk beton dan tulangan.
Penentuan jenis pondasi Jembatan Wai Sapia adalah
pondasi sumuran (fairish pit) dari beton bertulang
dengan kedalaman pondasi sumuran 4.00 meter dan
diameter pondasi 3.00 meter. Dengan demikian formula
yang dipakai untuk analisis pondasi sumuran yaitu:
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
21/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
18
2.2.1 Analisis galian tanah
Analisis terhadap galian tanah dilakukan dalam 2
tahapan yaitu mencari luas galian dan volume galian
dari tanah. Tahapan analisis dilakukan dengan
menggunakan formula berikut.
a. Luas galian tanah,A
A = n.(1/4)..D2 (1)
b. Volume galian tanah, V
V=A.d (2)
dimana, n : jumlah pondasi, bh
D : diameter galian tanah, m
d: tinggi galian, m
A : luas galian tanah, m2
V: volume galian, m3
2.2.2 Analisis baja tulangan dan beton
Analisis terhadap baja tulangan dilakukan dalambeberapa tahapan yaitu menghitung panjang cincin
tulangan, luas tulangan dan berat tulangan. Analisis
dapat dilakukan dengan menggunakan formula-formula
berikut.
a. Baja tulangan
Tulangan pondasi cincin horizontal & vertical
R = .D (3)
h = tinggi total sumuran, m
dimana, R : panjang tulangan, m
D : diameter cincin luar atau dalam, m
Luas tulangan,As
A = (1/4)..D2 (4)
Berat tulangan, w
w =A.L.BJ.n (5)
dimana, L : panjang total tulangan, m
D : diameter tulangan, m
BJ: berat jenis baja, kg/m3
A : luas tulangan, m2
w : berat tulangan, m3
b. Beton
Untuk analisis terhadap beton dalam dua jenis analisis
yaitu terhadap beton K250 dan K125. Untuk beton K250diperuntukan untuk beton pondasi dan footing
abutment. Sedangkan untuk beton K125 yaitu untuk
beton siklop (isi sumuran). Analisis dapat dilakukan
dengan menggunakan formula-formula berikut.
Beton K250 (Footing Abutment)
Volume footing abutment, VFoot
VFoot = n .d . b . l (6)
dimana, n : jumlah footing pondasi beton, bh
d: tebal footing pondasi beton, m
b : lebar footing pondasi beton, m
l : panjang footing pondasi beton, m
Beton K250 (Pondasi)
Luas Area,A
A = (1/4)..D2 (7)
dimana, A : luas area luar atau dalam beton, m2
D : diameter cincin luar atau dalam, m
Volume Beton Pondasi, V
V=APond.lPond. (8)
Beton K125 (Siklop)
Beton siklop yaitu beton pengisi pondasi sumuran yangdapat dianalisis dengan formula berikut.
Luas Area,A
A = (1/4)..Dinner2 (9)
dimana, A : luas area dalam pondasi sumuran, m2
Dinner: diameter cincin dalam, m
Volume Beton Siklop, Vsikl
Vsikl =Ainner. lPond. (10)
dimana,
Ainner : luas area dalam beton, m2
linner: panjang pondasi, m
2.2.3 Analisis bahan campuran betonBeton terdiri dari campuran semen, aggregate
kasar/halus dan air. Dengan mutu beton yang berbeda
tentunya komposisi campuran beton juga akan berbeda
sehingga diperlukan analisis yang pasti untuk kebutuhan
kerja di lapangan.
a. Komposisi Mutu Beton K250
Campuran beton K250 dinyatakan dalam satuan per
satuan m3 dalam arti koefisien yang dinyatakan untuk 1
m3 campuran beton. Perbandingan campuran adalah PC
: Batu Pecah 1 : Batu Pecah : Pasir.Portland Cement 50 kg = 9.268 x volume
Batu Pecah 1 = 0.341 x volume
Batu Pecah 1/2 = 0.249 x volume
Pasir = 0.308 x volume
b. Komposisi Mutu Beton K125
Campuran beton K125 dinyatakan dalam satuan per
satuan m3 dalam arti koefisien yang dinyatakan untuk 1
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
22/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
19
Gambar 1. Momen Nominal Tulangan.
m3 campuran beton. Perbandingan campuran adalah PC
: Batu Kerikil : Pasir.Portland Cement 50 kg = 4.845 x volume
Batu Kerikil = 0.604 x volume
Pasir = 0.302 x volumeAnalisis
terhadap bagian atas jembatan yaitu untuk balok gelagar
untuk mengetahui besaran momen yang bekerja (Gbr.
2.2) seperti berikut.
Mn1 =As1y [ d a/2 ] (11)
Momen penahan kedua yang dihasilkan oleh tulangan
tarik tambahan dan tulangan tekan (As2 dan
Asdiperlihatkan pada gambar. 2.2 (c).
Mn2 =Asy (d d) (12)
Sampai di sini, tulangan tekan diasumsikan telah
mencapai tegangan lelehnya. Jika kasusnya seperti ini,
nilai As2 dan As akan sama karena penambahan Takibat
As2y harus sama dengan penambahan C akibat Asyuntuk mencapai keseimbangan. Jika demikian, As harus
lebih besar dari pada As2. Dengan menggabungkan
kedua nilai ini, maka didapat ;
Mn = As1 y [ d a/2 ] + As y (d - d) (13)
Dalam penelitian ini tidak dibahas bagian atas jembatan
tetapi hanya bagian bawah.
2.2 Beton & Beton Bertulang.
Beton merupakan suatu campuran yang terdiri dari
pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat agregat lain
yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa-
mirip- batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditifditambahkan untuk menghasilkan beton dengan
karakteristik tertentu. Sedangkan beton bertulang juga
merupakan bahan konstruktif yang paling penting dan
digunakan dalam berbagai bentuk untuk semua struktur
besar maupun kecil, bangunan, jembatan, perkakas jalan
dan kegunaan lainnya. Sifat sifat beton bertulang
sangat penting bagi suatu perancangan struktur
3. Metodologi
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilakukan penelitian ini adalah jembatan
beton Wai Sapia yang berlokasi di Desa Herlauw,
kecamatan Seram Utara Barat, kabupaten MalukuTengah dengan waktu pelaksanaan selama 2 (dua)
bulan..
3.2 Data JembatanData Jembatan Beton Wai Sapia yang
menghubungkan Desa Herlauw dan Desa Paa di Kec.
Seram Utara Barat (MalTeng), meliputi ;
* Panjang Bentang Jembatan : 10.00 meter.
* Lebar Jembatan : 7.70 meter.
* Tinggi Total Jembatan : 8.80 meter.
* Tinggi Pondasi Sumuran : 4.00 meter.
* Tinggi Pondasi ke Puncak Abutment
: 8.80 meter.* Diameter Luar Pondasi Sumuran : 3.00 meter.
* Tebal Pondasi Sumuran : 0.30 meter.
* Mutu Beton, K-250 (fc=20MPa) : 250 kg/cm2.
* Mutu Baja, U-24 (fy=240MPa) : 2400 kg/cm2.
bf
As1+As Ts
cu
s
d
neutral line
hf
0.85fc
hd
a
c
Cs
Cc
a
Mn
b
DouterDinner
Beton K250
Beton K125
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
23/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
20
Gambar 2. Penampang Memanjang Jembatan Wai-Sapia.
3.3 Teknik Pengumpulan Data.
1. Teknik observasi / pengamatan, yaitu kami
melakukan hubungan atau melihat langsung
objek penelitian yang ada di lokasi pekerjaan
jembatan dan meneliti/mencatat keadaan
pekerjaan yang dilakukan untuk dijadikan
data/bahan penelitian.
2. Teknik wawancara, yaitu kami melakukan
tanya-jawab dengan tenaga kerja yang ada di
lokasi pekerjaan untuk mengetahui kondisi
pekerjaan yang sebenarnya dilakukan.
3. Teknik kepustakaan, yaitu kami mendapatkan
teori teori atau rumus- rumus dalam berbagai
buku yang memiliki kaitan langsung dengan
permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
4. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Analisis Galian Pondasi Jembatan
Gambar 3. Penampang Galian Struktur A.
Gambar 4. Penampang Galian Struktur B.
3.00
0.75
Galian Tanah Pondasi A :
A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.00)2
= 7.07 M2
V = A.d
= 7.07x0.75
= 5.30 M3
3.00
0.80
Galian Tanah Pondasi B :
A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.00)2
= 7.07 M2
V = A.d
= 7.07x0.80
= 5.66 M3
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
24/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
21
Gambar 5. Penampang Galian Struktur C.
Gambar 6. Penampang Galian Struktur D.
Gambar 7. Penampang Galian Struktur E.
Gambar 8. Penampang Galian Struktur F.
3.00
1.25
Galian Tanah Pondasi C:
A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.00)2
= 7.07 M2
V = A.d
= 7.07x1.25
= 8.84 M3
3.00
1.48
Galian Tanah Pondasi D :
A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.00)2
= 7.07 M2
V = A.d= 7.07x1.48
= 10.47 M3
3.00
1.90
Galian Tanah Pondasi E:
A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.00)2
= 7.07 M2
V = A.d
= 7.07x1.90
= 13.44 M3
3.00
2.05
Galian Tanah Pondasi F:
A = n.(1/4),.D2
= 1x0.25x(22/7)x(3.00)2
= 7.07 M2
V = A.d
= 7.07x2.05
= 14.50 M3
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
25/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
22
4.2 Analisis Baja Tulangan dan Beton.
Gambar 9. Footing dan Pondasi.
A. Perhitungan Tulangan Pondasi
1. Horizontal Outer & Inner Ring Steel Length
(panjang baja cincin luar & dalam
horisontal) U24 :12-20
R1 = .D
= (22/7)x3.00= 9.42 m
10.00 m
R2 = .D
= (22/7)x2.40
= 7.54 m
8.00 m
n1 = 15 btg
n2 = 15 btg
2. Vertical Outer & Inner Ring Steel Length
(panjang baja cincin luar & dalam vertikal) U24 :16-20
h1 = 3.80 m ~ 4.00 m ;
n3 = 47.10
48 btg
h2 = 3.80 m ~ 4.00 m ;
n4 = 37.68
38 btg
3. Panjang Keseluruhan (total length),Ltot.
Tulangan12 =LT1 = n1.R1
= 15 x 10
= 150 m
Tulangan12 =LT2 = n2.R2
= 15 x 8
= 120 m
Tulangan16 =LT3 = n4.h1
= 48 x 4.00
= 192 m
Tulangan16 =LT4 = n4.h2= 38 x 4.00
= 152 m
Angkur22 =LA = n5.l1= 4 x 2.00
= 8 m
4. Luas Keseluruhan (total area),Atot.
A12 = (1/4)..D2
= 0.25x3.14x0.0122
= 0.000113 m2
A16 = (1/4)..D2
= 0.25x3.14x0.0162
= 0.000201 m2
A22 = (1/4)..D2
= 0.25x3.14x0.0222
= 0.000380 m2
5. Berat Keseluruhan (total weight), wtot.
w12 =A12.L12.BJBaja.npond
= 0.000113x270x7850x4
= 958.02 kg
w16 =A16.L16.BJBaja.npond
= 0.000201x344x7850x4
= 2 171.12 kg
w22 =A22.L22.BJBaja.npond
= 0.000380x8x7850x4
= 95.46 kg
wTot = 3 225 kg
Footing & Pondasi
Beton SiklopK-175
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
26/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
23
B. Perhitungan Tulangan Footing
Gambar 10. Analisis Tulangan Footing Abutment.
1. Baja Tulangan U32 :25
L1 = n1.L25
= 46x6.00
= 276.00 m
L2 = n2.L25
= 46x5.00
= 230.00 m
2. Baja Tulangan U24 :12
L3 = n3.L12
= 46x4.40
= 203.00 m
L4 = n4.L12
= 4x8.30
= 34.00 m
L6 = n6.L12
= 3x9.40
= 28.20 m
29.00 m
3. Baja Tulangan U32 :16
L5 = n5.L16
= 46x9.40
= 432.40 m
433.00 m
4. Luas Keseluruhan (total area),Atot.
A12 = (1/4)..D2
= 0.25x3.14x0.0122
= 0.000113 m2
A16 = (1/4)..D2
= 0.25x3.14x0.0162
= 0.000201 m2
A25 = (1/4)..D2
= 0.25x3.14x0.0252
= 0.000491 m2
5. Berat Keseluruhan (total weight), wtot.
w12 =A12.L12.BJBaja.nabutm
= 0.000113x266x7850x2
= 471.91 kg
472 kg
w16 =A16.L16.BJBaja.nabutm
= 0.000201x433x7850x2
= 1 367 kg
w25 =A25.L25.BJBaja.nabutm
= 0.000491x506x7850x2
= 3 901 kg
Sehingga, diperoleh :
wTot = 5 740 kg
Tulangan Footing Abutment(Baja Tulangan U24 & U32)
Tulangan Vertical Footing Abutment(Baja Tulangan U24 & U32)
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
27/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
24
Gambar 11. Beton dan Baja Tulangan Abutment.
C. Perhitungan Volume Beton
1. Beton K 250 Pondasi Sumuran
Aouter= (1/4)..Douter2
= 0.25 x (22/7) x 3.002
= 7.07 m2
Ainner= (1/4)..Dinner2
= 0.25 x (22/7) x 2.402
= 4.53 m2
APond =AouterAinner
= 7.07 4.53
= 2.54 m2
VPond =APond.lPond
= 2.54 x 4.00
= 10.16 m3
Untuk 4 Pondasi Sumuran, = 40.64 m3
2. Beton K 125 Siklop Pondasi
VSikl =Ainner.lPond
= 4,53 x 4.00
= 18,12 m3
Untuk 4 Siklop Pondasi Sumuran, = 72.48 m3
3. Beton K 250 Footing Abutment
VFott = n.d.b.l= 2 x 0.70 x 3.00 x 9.00
= 37.80 m3
Sehingga Volume Total Beton, diperoleh :
VTot-K125 = 73 m3
VTot-K250 = 78 m3
Elastomerik
Abu
tment
WaiSAPIA
(Baj
aTul.U24&U32)
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
28/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
25
4. Bahan Beton Yang Digunakan
a. Beton Mutu K125
Portland Cement 50 kg = 4.845 x 73
= 354 zakBatu Kerikil = 0.604 x 73
= 4 4 m3
Pasir = 0.302 x 73
= 22 m3
b. Beton Mutu K250
Portland Cement 50 kg = 9.268 x 78
= 723 zak
Batu Pecah 1 = 0.341 x 78
= 25 m3
Batu Pecah 1/2 = 0.249 x 78
= 2 0 m3
Pasir = 0.308 x 78
= 24 m3
5. Penutup
5.1. Kesimpulan.
Beberapa kesimpulan yang diambil dari penelitian ini
meliputi;
1. Untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang teknik sipil dan dapat
diaplikasikan untuk pembangunan pondasi sumuran
jembatan.
2. Pada kondisi tertentu dalam pelaksanaan pekerjaandi lapangan, seringkali penggunaan material dapat
melebihi yang direncanakan sehingga merugikan
pihak yang melaksanakan pembangunan.
3. Dari hasil analisis yang dilakukan ternyata tersebut
terlihat bahwa baja tulangan pada beton yang dipakai
pada pembangunan pondasi jembatan Wai Sapia
mengalami selisih plus dari bahan bangunan yang
ada dalam desain yang dipakai disebabkan bahan
terbuang saat stock di lapangan.
5.2. Saran.
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas dapatlah
disarankan bahwa : perlu adanya pengamanan bahan
bangunan baik pabrikasi maupun bahan galian alamberupa tempat penampungan yang dapat melindungi
material dimaksud. Selanjutnya keahlian dan
ketrampilan (skill) tenaga kerja harus benar yang
berpengalaman sehingga dapat bekerja secara
professional.
6. Daftar pustaka
Bowles Joseph, 1982, Teknik Pondasi 1, Erlangga,
Jakarta.
Dipohusodo Istimawan, 1992, Mengenal Acuan BetonBertulang, Liberty, Jogjakarta.
Mc Cormac Jack, 2001, Design of Reinforced Concrete,
Fifth Ed., John Wiley & Sons., New York, AS.
Park R. & Paulay T., 1974, Reinforced Concrete
Structures, John Wiley & Sons., New York,
AS.
Sanglerat G, Olivari G & Cambou B., 1984, Soil
Mechanics & Foundation Engineering,
Erlangga, Jakarta.
Sardjono H.S., 1991, Pondasi Tiang Pancang 1, Sinar
Wijaya, Surabaya.
Vis W.C. & Kusuma G.H, 1994, Dasar-Dasar
Perencanaan Beton Bertulang, Universitas
Kristen Petra, Surabaya.
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
29/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
ANALISIS SIFAT MEKANIS KOMPOSITPOLYESTER MENGGUNAKAN
SERAT AMPAS EMPULUR SAGU AKIBAT VARIASI FRAKSI VOLUME
Edyson Hukom1)
, Graciadiana Irene Huka2)
, Rudy Serang3)
, Paulina Limba4)
Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon1)
Teknik Mesin Politeknik Negeri Ambon2)
PLP Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon 3)
PLP Teknik Sipil Politeknik Negeri Ambon4)
Email : [email protected])
Email : [email protected])
Email : [email protected])
Email : [email protected])
Abstract
The use of natural fibers as a filler in the composite more often used in the manufacturing industry. Greenmaterials, can be recycled, and is able to destroy itself by nature is the technology demands of today. One
material that is expected to be the reinforcement of composite polyester fiber sago pulp pith. Sago pith fiber pulpis the waste material derived from the processing of sago palms. This material is available in abundance and the
mostly untapped potential as a composites polyester reinforcement. This research focused to find out the bending
and impact strength polyester composites as a basis in apllication techniques as desired.
The research was conducted by combining polyester resin with pulp fibers treated sago pith, which were
subjected to alkali 5% NaOH for 60 minutes with a variation of fiber volume fraction 10%, 20%, 30%, 40%
,50% and 60%.
From the test results, showed that the tensile and bending strength of composites with polyester fibers as
reinforcement sago pith pulp fibers to increase with the addition of fiber volume. Thus, the obtained tensile
strength and bending the maximum is at 50% volume fraction,is obtained 107.4803 Mpa and 0.101202 J/mm2
Keywords: Mechanical properties, polyester composite, volume fraction, sago pith residue
1. Pendahuluan
Penggunaan material komposit dengan fillerserat alam mulai banyak dikenal dalam industri
manufaktur. Material yang ramah lingkungan, mampu
didaur ulang, serta mampu dihancurkan sendiri oleh
alam merupakan tuntutan teknologi sekarang ini.
Salah satu material yang diharapkan mampu
memenuhi hal tersebut adalah material komposit
dengan material pengisi (filler) serat alam.
Penggunaan serat alam sebagaifillerdalam komposit
tersebut terutama untuk lebih menurunkan biaya
bahan baku dan peningkatan nilai salah satu produk
pertanian. Komposit mempunyai keunggulantersendiri dibandingkan dengan bahan teknik
alternative lain seperti kuat, ringan, tahan korosi,
ekonomis dsb.
Serat alam dapat menjadi filler dalam komposit
karena kandungan selulosa yang dimilikinya.
Beberapa serat alam yang memiliki selulosa antaralain, sabut kelapa, kenaf, , serat ampas empulur sagu,
tebu, jagung, abaca, padi, ramie dan lain-lain. Variasi
komposit ini akan membentuk kombinasi serat alam
dan partikel serbuk alami menjadi komposit hibrid
(terdiri atas 2 atau lebih reinforced).
Serat ampas empulur sagu merupakan salah satu
material natural fibre alternatif dalam pembuatankomposit yang secara ilmiah pemanfaatannya masih
dikembangkan
Penelitan tentang komposit berbasis serat sangat
beragam mulai dari variasi jenis matriks dan serat,jenis anyaman hingga bahan dasar matriks maupun
serat. Penelitian juga berkembang dengan penggunaan
bahan serat alam untuk beberapa variasi matrik resin
sintetis dan alami. Komposit dengan penguat serat
alami ini semakin intensif berkaitan dengan
meluasnya penggunaan komposit pada berbagai
bidang kehidupan serta tuntutan penggunaan material
yang kuat dan berat yang lebih ringan yang sebagian
dapat dipenuhi oleh komposit berbasis serat (fibre
reinforced composites).
Saira Taj, et.al, (2007) menggunakan Seratalami sebagai penguat menjadi alternatif serat teknis
seperti serat kaca. Beberapa komposit serat alam
mencapai sifat mekanik yang setara dengan komposit
fiber glass, dan sudah diterapkan misalnya, dalam
industri mobil dan mebel. Selanjutnya Majid Ali,
(2010) menyajikan fleksibilitas dari serat kelapa untukpengaplikasian dalam berbagai cabang rekayasa,
khususnya dalam rekayasa sipil sebagai bahan
konstruksi. Komposit diperkuat serat kelapa telah
digunakan sebagai elemen non-struktural murah dan
tahan lama.
Keuntungan penggunaan material komposit
diantaranya adalah (Schwartz M.,1996)
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
30/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
a) Bobotnya yang ringan jika dibandingkan dengan
material logam, tetapi memiliki kekuatan yanghampir sama.
b) Ekonomis (biaya produksi murah).
c) Tahan korosi.
d) Tidak sensitif terhadap bahan-bahan kimia.
Penelitian ini dititik beratkan untuk mengetahuisifat mekanik material komposit yaitu kekuatan
bending dan kekuatan impak. Bahan yang digunakan
pada komposit ini berasal dari biomaterial yaitufiller
serat ampas empulur sagu yang divariasikan terhadap
matrik polyester.
1.1 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan nilai perubahan variasi fraksi volume
serat ampas empulur sagu terhadap sifat mekanik
komposit (nilai kekuatan bending dan kekuatan
impak).
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Komposit
Kata komposit berasal dari kata to compose
yang berarti menyusun atau menggabung. Secara
sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan
dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Komposit
adalah suatu material yang terdiri dari campuran atau
kombinasi dua atau lebih material baik secara mikro
atau makro, dimana sifat material yang tersebut
berbeda bentuk dan komposisi kimia dari zat asalnya
(Smith, 1996).
Secara umum material komposit dapat
diklasifikasikan atas tiga macam yaitu,Metal MatrixComposites (MMCs), Polymer Matrix Composites
(PMCs) dan Ceramics Matrix Coposites (CMCs)
(Imra, 2009; Jacob, 1994).
2.2 Polyester Sebagai Matriks
Dalam banyak hal resin polyester tak jenuh ini
disebut polyester saja. Karena berupa resin cair
dengan viscositas yang relatif rendah, mengeras pada
suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa
menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak
resin termoseting yang lainnya, maka tak perlu diberi
tekanan untuk pencetakan. Berdasarkan karateristik
ini, bahan dikembangkan secara luas sebai plastikpenguat serat (FPR) dengan menggunakan bahan serat
gelas. Menurut (Davis,1982) Polyester berasal darireaksi kimia asam dibasa bereaksi secara kondensasi
dengan alkohol dihidrat. Karena asam tak jenuh
digunakan dengan berbagai cara sebagai bagian dari
asam dibasa, yang menyebabkan terdapat nya ikatan
tak jenuh dalam rantai utama dari polimer yang
dihasilkan, maka disebut polyester tak januh.Kemudian, monomer vinil dicampur, yang bereaksi
dengan gugus tak jenuh pada pencetakan untuk
mengeset. Sifat dari polyester sendiri adalah kaku dan
rapuh. Mengenai sifat termalnya, karena banyak
mengandung monomer stiren, maka suhu deformasitermal lebih rendah dari pada resin termoset lainnyadan ketahanan panas jangka panjangnya kira-kira 110-
140C. Ketahanan dingin adalah baik secara relatif.
Sifat listriknya lebih baik diantara resin termoset,tetapi diperlukan penghilangan lembaban yang cukup
pada saat pencampuran dengan gelas.
Polyester merupakan bahan termoseting yang
banyak beredar dipasaran karena harganya yang relatif
murah dan dapat diaplikasikan untuk berbagai macampenggunaan. Aplikasi dari Polyester termasukpengecoran tombol, bola bowling, marmer, dan
produk dekoratif. Industri marmer juga
mengembangkan polimer beton yang diisi Polyester
tak jenuh yang menawarkan bahan yang ekonomis
untuk bangunan dan industri konstruksi.
2.3 Bahan Penguat
Bahan penguat yang digunakan sebagai penguat
komposit sangat beragam yang antara lain terdiri atas
bahan reinforced sintesis dan alami. Pada gambar 2.1
ditunjukkan beberapa jenis penguat dalam komposit.
Bahan penguat yang banyak digunakan adalah serat(fiber). Bahan penguat serat ini masih terbagi lagi atas
jenis serat sintetis dan alam. Salah satu serat alam
yang memiliki karakteristik istimewa adalah serat
ampas empulur sagu yang dapat menjadi bahan
penguat dengan berbagai keunggulan yang dapat
dimanfaatkan
Gambar 1.Klasifikasi Bahan Penguat KompositSumber P.C.Pandey, 2004
2.4 Serat Sagu
Tanaman Sagu (Metroxylon sp.) merupakan
tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyainilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia,
karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar,batang, daun dan buah dapat dipergunakan untuk
kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari. Tumbuhan
sagu termasuk tumbuhan yang berbunga satu kali danberkembang dalam rumpun. Memiliki bentuk pohon
yang tegak dan kuat, tidak terpengaruh pada arah
datangnya cahaya matahai, dengan ukuran tinggi dan
diameter batang yang bervariasi tergantung pada jenis
dan kondisi lahan tempat tumbuh sagu. Pada satu
rumpun sagu terdapat jumlah tumbuhan yang sangat
bervariasi tergantung kondisi tanah dan hidrologi
lahan sagu (Louhenapessy, 1994).
Secara alamiah pertumbuhan sagu dimulai dari
Kepulauan Pasifik Selatan meluas kea rah Baratmelalui Melanesia dan Mikronesia, masuk ke Asia
Tenggara mulai dari pulau-pulau Santa Crusz di
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
31/85
JURN
bagian Timur sampai Thaila
Mindanau (Filipina) di bagian(Indonesia)
Tanaman sagu tersebar lua
Indonesia terutama di
menjadikan sagu sebagai maka
Jaya dan Maluku. PerkembaIndonesia dengan didirikan
pengolahan sagu oleh PT. Sagi
pertengahan tahun 1989
Manokwari, Irian Jaya. Pengo
yang paling moderen pada s
benar memberikan indikasi
sebagai bahan pangan moder
baku untuk berbagai macam in
Pemanfaatan bagian lain
(pinnae) untuk atap atau keran
untuk dinding dan loteng dan b
gaba-gaba dan bagian pangka
sahani digunakan sebagaiempulur, kulit batang (corte
digunakan untuk lantai, juga
serta belahan utuhnya digunak
pengolahan sagu yang disebut
(pith) untuk perkembangan ula
yang disebut ela sagu dapat ju
media pertumbuhan jamur
Penanganan limbah ampa
pada prinsipnya adalah pemb
limbah agar dapat digunaka
kembali sebagai bahan dasar
untuk berbagai keperluan. Pe
(ampas sagu) sebagai papan pawalaupun secara ekonomi belu
perlu pengkajian yang lebih
BPPT, 1989). Pemanfaatan lai
yaitu sebagai bahan bakar denbriket.
Gambar 2. Manfaat Daun Sa
Gambar 3 Manfaat Kulit
L SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2
d di bagian Barat,
Utara sampai Timor
s di seluruh daerah di
daerah-daerah yang
nan pokok yaitu Irian
gan Industri sagu di ya sebuah Industri
ndo Sari Lestari pada
diArandai,Bintuni,
lahan sagu ini adalah
at itu.Hal ini benar-
bahwa sagu, selain
n, merupakan bahan
ustri.
ari sagu adalah daun
jang, pelepah (rachis)
ahan dasarnya disebut
l rachis yang disebut
tempat peremasan ) yang disebut waa
sebagai kayu bakar
an sebagai bagian alat
goti, bekas tebangan
sagu, ampas empulur
ga digunakan sebagai
s empulur (ela sagu)
erian perlakuan pada
atau dimanfaatkan
atau bahan tambahan
anfaatan limbah sagu
rtikel sudah dilakukan m maksimal sehingga
endalam (PPHH dan
nnya dari ampas sagu
gan dijadikan sebagai
gu
Batang Sagu
Pengolahan sagu di
beberapa cara yaitu tradimekanis sederhana.
Pengolahan semi
tradisional hanyalah pa
empulur yaitu penghancur
tetapi ekstraksi (peramampas sagu dilakukan secekstraksi (peramasan) aka
sagu yang biasanya disebu
Gambar 4. Keanekar
2.5 Bahan Tambahan
Bahan tambahan seca
dalam meningkatkan kem
mengubah kualitas serta
komposit
Bahan aditifyang biasa di
pewarna, disamping untuktinggi dengan mewarnai h
untuk melindungi dari pen
menyerap dan memantul
(Surdia.T 2005. Beberapa bdigunakan pada resin Polye
Bahan hardener me
memungkinkan terjadinya
pengerasan pada resin. Ha
bahan yaitu katalisator d
yang digunakan adalah Met
(MEKP) yang merupakan
Ethyl Ketone dengan Hidro
reaksi ini merupakansesungguhnya dari dua cam
peroxide yang berbeda yadimer. Accelerator, ba
terjadinya ikatan-ikatan
yang sudah mempunyai i
mempercepat proses curing
2.6 Metode PembuatanTerdapat tiga maca
digunakan untuk membuat
yaitu :
a. Injection Moulding
Proses injeksi dilakukatekanan injeksi pada bahanoleh sejumlah energi p
12
ingkat masyarakat melalui
sional, semi mekanis dan
ekanis berbeda dengan
da proses penghancuran
an empulur dengan mesin,
san) sampai pemisahan ara tradisional. Hasil dari
mendapatkan serat ampas
ela sagu.
gaman manfaat Sagu
a langsung turut berperan
ampuan pemrosesan atau
sifat produk material
pakai adalah: Pigmen atau
memberi nilai estetis yang sil produk yang berfungsi
aruh sinar karena mampu
an jenis sinar tertentu.
ahan tambahan yang dapat ster antara lain:
rupakan bahan yang
roses curing, yaitu proses
rdener ini terdiri dari dua
n accelerator. Katalisator
hyl Ethyl Ketone Peroxide
hasil dari reaksi Methyl
gen Peroxide. Produk dari
sebuah percampuran puran ganda atau majemuk
ng disebut monomer dan an yang mempercepat
iantara molekul-molekul
katan tunggal dan untuk
(pengerasan).
omposit m metode yang dapat
komposit (Gibson, 1994),
n dengan cara memberikan plastik yang telah meleleh
anas untuk dimasukkan
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
32/85
JURN
kedalam cetakan sehingga dapat
diinginkan. Kelebihan dari proproduksi tinggi, dihasilkan p
pengerjaan akhir, dapat mencet
produk ukuran kecil dapat dibua
murah.
b. Spray UpDalam pembuatan komp
Spray Up ini menggunakan a
penyemprot tersebut berisi res
secara bersamaan disemprotkan
c. Hand Lay Up
Metode yang digunaka
komposit ini (Gibson, 1994),
Proses pembuatan komposit
Lay Up merupakan pembuat
metode lapisan demi lapisa
ketebalan yang diinginkan. D
berisi matrik dan filler.
ketebalan yang diinginkan dimeratakan dan menghilangkan
diatasnya.
2.7 Pengujian Bending
Kekuatan bending atau
adalah tegangan bendingterbes
akibat pembebanan luar tanpa
yang besar atau kegagalan. Pen
point bending(gambar 2.5)
Gambar 5. Penampang be
Sumber : ASTM D 7
Dalam material komposit ke
tinggi dari pada kekuatan ta
mampu menahan tegangan t
spesimen tersebut akan p
mengakibatkan kegagalan pada
Kekuatan bending dapat ditentu
2.5 (ASTM D 790):
22bh
3PL
b
dengan :
b = Tegangan bending(MPa)
P = Beban /Load(N)
L = Panjang Span / Support spab = Lebar/ Width (mm)
h = Tebal /Depth (mm)
Modulus elastisitas
dirumuskan dengan persamaan (
34bh
m3
L
bE
L SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2
dibentuk sesuai yang
ses ini adalah tingkat roduk tanpa proses
k produk yang sama,
t dan ongkos produksi
osit dengan metode
lat penyemprot. Alat
in dan pengisi yang
kedalam cetakan.
n untuk membuat
yaitu: Hand Lay Up.
engan metode Hand
an komposit dengan
n sampai diperoleh
imana setiap lapisan
Setelah memperoleh
unakan roller untuk udara yang terjebak
kekuatan lengkung
r yang dapat diterima
mengalami deformasi
ujian dilakukan three
nding (balok)
90, 1997
kuatan tekannya lebih
iknya. Karena tidak
arik yang diterima,
atah, hal tersebut
pengujian komposit.
an dengan persamaan
(1)
(mm)
bendingnya dapat
2.3):
(2)
Dengan :
Eb = Modulus ElastisitasBeL = Panjang Span / Suppo
b = Lebar/ Width (mm)
h = Tebal /Depth (mm)
m = Slope Tangent pa
(N/mm)
Dari hasil perhitungan
bendingnya yaitu untuk
empulur sagu Dari Tegang
diketahui besar tegangan
ampas empulur sagu yang
10% 20% dan 30%, 40%, 5
2.8 Kekuatan Impak
Pengujian impak be
berapa energi yang dapa
sampai material tersebut
merupakan respon terhadatiba-tiba (beban impak) (c
impak terdiri dari dua tekn
Charpy dan Izod. Pada pen
Izod, dirancang dan masih
energi impak yang juga di
takik (Calliester, 2007). k
dapat dihitung (Standar AS
Eserap = energi awal ene
= m.g.h m.g.h
= m.g.(R-Rcos )
Esrp = mg.R.(cos - co
dimana :
Esrp : energi serap
m : berat pendulu
g : percepatan gravR : panjang lengan
: sudut pend
: sudut a
mematahkan sp
Harga impak dapat dihitung
= .
dimana :
HI : Harga Impak (
Esrp : energi serapAo : Luas penamp
Gambar 6. Mesin
3. Metodologi
3.1 HipotesaSerat ampas empulur sagu
dan bending yang lebih ti
12
nding(MPa) t span(mm)
da kurva beban defleksi
diperoleh besar tegangan
komposisi serat ampas
an bending tersebut dapat
bending komposisi serat
divariasikan komposisinya
0% dan 60%.
rtujuan untuk mengukur
t diserap suatu material
patah. Pengujian impak
beban kejut atau beban alliester, 2007). Pengujian
ik pengujian standar yaitu
gujian standar Charpy dan
igunakan untuk mengukur
enal dengan ketangguhan
ekuatan impak benda uji
TM D256-00 ISO 179-1).
rgi yang tersisa
m.g.(R- R.cos )
s ) (3)
(J)
(kg)
itasi (m/s2) m/s2
(m)
lum sebelum diayunkan
unan pendulum setelah
ecimen
dengan :
(4)
J/mm2)
(J) ng (mm2)
Pengujian Impak
memiliki kekuatan impak
ggi dari kekuatan matrik
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
33/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
polyester. Semakin tinggi fraksi volume serat ampas
empulur sagu sebagai penguat komposit polyesterdiduga akan menghasilkan kekuatan bending dan
kekuatan impak
3.2 Variabel Penelitian
a. Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah
perbandingan fraksi volume serat ampas empulr
sagu terhadap resin polyester. Dengan variasi
perbandingan serat 10%, 20%,30%,40%,50%,60%,
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
kekuatan bending dan kekuatan impak
c. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol yang digunakan antara lain:
Penambahan MEKPO sebesar 1%
Resin Poliester BQTN-EX 157
Ukuran panjang serat ampas empulur saguadalah 80 mm
Perlakuan alkali menggunakan NaOH 5%selama 60 menit
3.3 Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan dalam penelitian ini adalah resin polyester
BQTN-EX 157, NaOH, Aquades dan serat Ampas
Empulur Sagu.
Alat dalam penelitian ini adalah :
1. Alat cetak uji bending dan uji Impak
2. Timbangan digital
3. Mesin uji impak
4. Mesin uji bending
3.4 Pembuatan Spesimen UjiLangkah-langkah pembuatan spesimen uji sebagai
berikut :
1. Dilakukan penimbangan serat ampas empulur
sagu sesuai dengan variasi fraksi volume yang
ditetapkan
2. menyiapkan cetakan dan melapisi permukaan dan
dinding cetakan dengan wax
3. Resin dicampur dengan hardener dengan
perbandingan 1% hardener per berat resin
polyester. Kemudian dilakukan pengadukan
selama 5 menit agar campuran resin dan hardener
merata
4. Kemudian campuran tersebut dituangkan secaramerata pada cetakan yang sudah ditata serat
ampas empulur sagu sesuai fraksi volumenya.
5. Lakukan pembersihan terhadap void hingga void
berkurang dan tidak terdapat void yang secara
visual diameternya tidak lebih dari 1 mm6. Keringkan komposit pada suhu kamar selama
48 jam. Setelah benar-benar kering, keluarkan
komposit dari cetakan.
7. Lakukan pengamatan pada komposit terhadap ada
tidaknya void yang terjadi dengan cara
menerawang lembaran komposit. Diameternya
tidak lebih dari 1 mm. Void tidak boleh
mengumpul pada suatu tempat (radius jarak antarvoid yang diijinkan adalah 1 cm)
8. Bentuklah spesimen uji sesuai dengan standar uji
bending (ASTM 790) dan uji bending (ISO 179-1)
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Data Hasil Uji Bending
Tabel 4.1 Nilai Uji Bending
No
Fraksi
Volume
Tegangan
Bending
Modulus
Elastisitas
(%) Mpa Gpa
1 10 65.7480 0.2600
2 20 74.0157 0.2700
3 30 86.6142 0.5900
4 40 98.8189 0.5767
5 50 107.4803 0.5533
6 60 98.8189 0.1266
4.2 Data Hasil Uji Impak
Tabel 4.2. Nilai Uji ImpakFraksi
Volume (%)
Esrp rata-rata (J) Harga Impak Rata-rata
(J/mm2)
10 0.21577088 0.0053945
20 0.174091752 0.0043523
30 0.238923832 0.0059731
40 0.29750268 0.0074376
50 0.404807949 0.0101202
60 0.319148027 0.0079787
4.3 Analisa Pengaruh Fraksi Volume terhadap
kekuatan Bending
Pengujian Bending dilakukan pada komposit yang
dibuat dengan serat ampas empulur sagu yang telah
mengalami perlakuan 5% NaOH.Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perubahan sifat mekanis terhadap kekuatan bending
dengan variasi fraksi volume yang berbeda antara
10%,20%,30%,40% ,50% dan 60% serat.
Dengan mengacu pada data hasil pengujian bending
pada tabel 4.1 dapat diketahui sifat mekanik dengan
menghitung nilai rata-rata harga tegangan bending dan
modulus elastisitas komposit serat seperti pada tabel
4.2.
Gambar 7. Bending dan fraksi volume (%)
Pada gambar 5.1 terlihat bahwa Grafik
tegangan bending menunjukkan kenaikkan tegangandikarenakan adanya penambahan serat. Grafik tersebut
menjelaskan semakin tinggi fraksi volume serat maka
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
34/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
tegangan bendingnya semakin tinggi, hal ini
ditunjukkan pada fraksi volume 10 % besarnyategangan bending yaitu 65.7480 MPa, lebih kecil
dibanding fraksi volume 50% yang sebesar 107.4803
MPa. Dari hasil diatas menunjukkan peningkatan nilai
tegangan bending seiring penambahan volume serat.
Gambar 8. Modulus Elastisitas vs fraksi volume (%)
4.4 Analisa Pengaruh Fraksi Volume Terhadap
Kekuatan Impak
Berdasarkan hasil analisis varian pengaruh fraksivolume terhadap Harga Impak didapatkan bahwa F
hitung 15.8413 dan level signifikan 5 % diperoleh F
tabel 4.387374. Karena F hitung > F tabel maka H0ditolak. Kemudian jika memperhatikan nilai
Probabilitas (P) = 0,000 maka P < , sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
fraksi volum terhadap energi serap komposit.
Gambar 5.4 Nilai Impak rata-rata dan Fraksi Volume (%)
Dari hasil pengujian impak didapatkan harga tertinggi
pada 50% serat dengan harga impak rata-rata
0.0101202 (J/mm) dan energy yang diserap
0.404807949 J sedangkan yang terendah adalahkomposit serat 20% yang mempunyai harga impak
rata-rata 0.0043523 J/mm serta energy yang diserap
sebesar 0.174091752 J.
Berdasarkan diagram diatas dijelaskan nilai energiserap dan harga impak dipengaruhi oleh persentase
fraksi serat dimana semakin tinggi persentase serat
semakin tinggi nilai energi serap dan harga impak
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan perubahan variasi
fraksi volume serat ampas empulur sagu maka terjadi
peningkatan kekuatan bending dan kekuatan impak
dengan bertambahnya fraksi volume serat 10-60%.Kekuatan bending dan kekuatan impak meningkat
seiring dengan bertambahnya fraksi volume serat.
Peningkatan kekuatan bending tertinggi pada 50%
serat sebesar 107.4803 J dan kekuatan impak tertinggi
pada 50% serat sebesar 0.0101202 (J/mm).
6. Daftar Pustaka
a Austin, Waifielate Bolarinwa, Oluseun Abiola,
2008. Mechanical Property Evaluation Of
Coconut Fibre, ,Department Of Mechanical
Engineering Blekinge Institute Of Technology
Karlskrona, Sweden
A.H.D, Abdullah. 2006. Pemilihan serat alam dan
analisis pengaruh perlakuan silane terhadap
kekuatan geser komposit serat alam-poliester,
Tesis Magister, Program studi Teknik Material
ITB.
Aart van Vuure. 2008. Natural Fiber Composites
Recent Development. Katholieke Universiteit
Leuven.
Ali, Majid. 2010. Coconut Fibre A Versatile
Material and its Applications in Engineering.
National Engineering Services Pakistan
(NESPAK) Islamabad.
Astrom, B. T. 1997. Manufacturing of Polymer
Composites. Edisi I. London: Chapman &
Hall.ASTM. 1997.ASTM C 393 Bending properties of
Plastics.
ASTM D 2344. 1976. Apparent Interlaminar Shear
Strength of Parallel Fiber Composite By Short
Beam Test.
Bhattacharya, G.K., et.al. 2009. Coconut Fibre and
Its Byproducts: Present Status and Potentiality.
Indian Council of Agricultural Research India.
Fajriyanto Dan Feris Firdaus , 2008.Panel Dinding
Bangunan Ramah Lingkungan Dari Komposit
Limbah Pabrik Kertas (Sludge), Sabut KelapaDan Sampah Plastik: Pengaruh Komposisi
Bahan Dan Beban Pengempaan Terhadap
Kuat Lentur (Bending), Pusat Penelitian Sain
Dan Teknologi, Direktorat Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta,.
Pamenang, Agung Suryadi. 2005. Hati-Hati
Penggunaan Blok Rem Komposit Kereta Api
Berbasis Metal Mengandung B3. Http//Rni.Co
y = -8E-05x2 + 0.010x + 0.024R = 0.815
0
0.005
0.01
0.015
0 20 40 60 80
HI
(J/mm)
Fraksi Volume (%)
7/26/2019 Simetrik_Vol-1_Des-2012.pdf
35/85
JURNAL SIMETRIK VOL 1, NO. 1, DESEMBER 2012
32
ANALISIS SIMPANG TAK BERSINYAL
BENTENG GUDANG ARANG AIR SALOBAR
(Jl. Dr. Siwabessy Jl. Dr. Malaiholo Jl. Dr. Kayadoe Jl. Gudang Arang Ambon)
Elisabeth Talakua
Teknik Sipil Politeknik Negeri AmbonEmail : [email protected]
Abstract
The volume of traffic in Ambon city has increased each year due to the increasing number of vehicle
ownership, the potential intersection congestion between Air Salobar and Gudang Arang. Congestion at the
intersection of Air Salobar and Gudang Arang is the impact of traffic growth is quite steeper and traffic systems are
not functioning well.
Field surveys to obtain primary data (geometric conditions, traffic volume, environmental conditions and
vehicle speed data) and secondary data (total population). Survey method using survey methods of moving vehicles.
The survey was conducted over three days on Monday, Wednesday, and Saturday. Analysis of capacity and service
level by using the method of Indonesian Manual Capacity (MKJI 1997).
The result of the analysis of the intersection Air Salobar and Gudang Arang, showed that the value of the
capacity = 2578 SMP / h with a value of DS = 0.85. This measurement result is larger than suggested by MKJI 1