19
TRANSISI DEMOGRAFI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN* Siswanto Agus Wilopo** Abstract From a number of studies there are evidences of the existence of integration between "demography variables" and the development process. In this case it is important to understand that the population policies have been formulated for the continuity of development process, mainly by paying attention to the integration between people (inhabitants) and their environment. In this case, the government's policy is to stabilize economic development, distributing it evenly and maintain the environment in accordance with the global Population Action Program. The problems caused by changes related to the demographic transition can be considered the material for the future demographic policies. Pengantar Penduduk dunia mengalami perubahan yang sangat drastis selama dua dasawarsa terakhir ini. Perubahan ini terjadi sebagai hasil upaya nasional dan intern asional dalammeningkatkan kesejahteraan umat manusia. Meskipun demikian, masih sekitar empat perlima penduduk dunia hidup di negara sedang berkembang. Dari 5,716 miliar penduduk dunia, hanya 1,166 miliar tinggal di negara yang sudah maju dan masih sekitar 4,550 miliar penduduk dunia hidup di negara yang sedang berkembang (UN, 1994). Masalah utama yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang tidak hanya masalah ekonomi yang terbelenggu dalam tatanan lingkungan ekonomi dunia yang cenderung merugikan. Sebagian besar negara- negara sedang berkembang juga mengalami permasalahan pertumbuh- an penduduk yang sangat cepat, pengurasan sumber daya alam dan persediaan makanan, pengrusakan * Makalahini merupakanpenyempurnaan kertas kerja yang pernah dipresentasikan oleh penulispada Seminar Sehari Strategi Implementasi ProgramAksi KependudukanKairo 1994 dan Pelantikan Pengurus IPADI Cabang DKI Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 16 Desember 1994 di Jakarta. ** Dr.Siswanto Agus Wilopo, S.U., M.Sc, Sc.D adalahstaf pengajar jurusan IlmuKesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta dan pada saat ini diperbantukan pada Kantor Menteri Negara Kependudukan Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk. Populasi, 6(1), 1995 ISSN: 0853 -0262

TRANSISIDEMOGRAFI PEMBANGUNANBERKELANJUTAN* · 2020. 4. 25. · Wilopo, TransisiDemografi lingkungan alam, dan diperberat dengan perubahan pola konsumsi penduduk yang tidak seimbang

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • TRANSISIDEMOGRAFIDANPEMBANGUNANBERKELANJUTAN*

    SiswantoAgus Wilopo**

    Abstract

    From a number of studies there are evidences of the existence of integrationbetween "demography variables" and the development process. In this case it isimportant to understand that the population policies have beenformulatedfor thecontinuity of development process, mainly by paying attention to the integrationbetween people (inhabitants) and their environment. Inthis case, the government'spolicy is to stabilizeeconomic development, distributing it evenly andmaintain theenvironment in accordance with the global Population Action Program. Theproblems caused by changes related to the demographic transition can be consideredthe materialfor thefuture demographic policies.

    Pengantar

    Penduduk dunia mengalamiperubahan yang sangat drastis selamadua dasawarsa terakhir ini.Perubahaniniterjadi sebagai hasilupayanasionaldaninternasionaldalammeningkatkankesejahteraan umat manusia.Meskipun demikian, masih sekitarempat perlimapenduduk dunia hidupdi negara sedang berkembang. Dari5,716 miliar penduduk dunia, hanya1,166 miliar tinggal di negara yangsudah maju dan masih sekitar 4,550miliar penduduk dunia hidup di

    negara yang sedang berkembang (UN,1994).

    Masalah utama yang dihadapi olehnegara yang sedang berkembangtidakhanya masalah ekonomi yangterbelenggu dalam tatanan lingkunganekonomi dunia yang cenderungmerugikan. Sebagian besar negara-negara sedang berkembang jugamengalami permasalahan pertumbuh-an penduduk yang sangat cepat,pengurasan sumber daya alam danpersediaan makanan, pengrusakan

    * MakalahinimerupakanpenyempurnaankertaskerjayangpernahdipresentasikanolehpenulispadaSeminar SehariStrategiImplementasiProgramAksiKependudukanKairo1994 dan PelantikanPengurus IPADICabangDKIJakarta yang diselenggarakan padatanggal 16 Desember 1994diJakarta.

    ** Dr.SiswantoAgusWilopo,S.U.,M.Sc,Sc.Dadalahstafpengajarjurusan IlmuKesehatanMasyarakat,FakultasKedokteran,UniversitasGadjahMada,Yogyakarta danpadasaatini diperbantukan pada Kantor Menteri Negara Kependudukan Bidang PengendalianKuantitasPenduduk.

    Populasi, 6(1), 1995 ISSN: 0853 -0262

  • Wilopo, TransisiDemografi

    lingkungan alam, dan diperberatdengan perubahan pola konsumsipenduduk yang tidak seimbangdengan produksinya. Terjadinyapermasalahan ekologi baru, sepertipeningkatan suhu bumi (globalwarming), yang berkaitan erat denganketidakseimbangan antara konsumsidan produksi, menimbulkan ancamanbaru bagi keberlangsungan hidupgenerasi sekarang dan yang akandatang.

    Secara bersamaan,dalam dua dasa-warsa terakhir ini pula telah terjadiperubahan ciri-ciri demografispenduduk dunia, antara lain berupapenambahan jumlah, perubahanstruktur dan komposisinya. Per-tumbuhan penduduk dibeberapanegara sedang berkembang telahmengalami penurunan, meskipunmasih lebih tinggi dibanding negara-negara yang sudah maju. Pelonjakanjumlah penduduk yang terjadi padasaat angka mortalitas menurun lebihawal dan lebih cepat dibandingfertilitas mulai mengalami stabilisasi,karena semakin banyak negara yangangka fertilitasnya telah menurunmendekati replacement level. Akibatnyaangka laju pertumbuhan pendudukdunia mengalami penurunan.Walaupun demikian, penduduk duniaakan tetap meningkat dengan. cepat.Menjelang abad ke duapuluh satu ini,pertambahan penduduk justru mulaimeningkatdenganpesat.Halinikarenamasih banyak negara-negara yangsedangberkembangmempunyaiangkafertilitas yang cukup tinggi danpenduduknya lebih didominasi olehanak-anak,remajadanusiareproduktifsehingga jumlah kelahiran akan lebih

    tinggi dibanding dengan jumlahkematian. Oleh sebab itu pendudukdunia akan bertambah terus, sehinggasaat ini diperkirakain telah menjadi5,716miliar.

    Masalahnya ialah bagaimanadengan jumlah penduduk yangsemakin meningkat tersebut dapattercukupi segala kebutuhan hidupnyadengan tanpa mengorbankankepentingan generasi anak cucunya.Misalnya, bagaimana menjaminkebutuhan masyarakat untuk mem-perolehpelayanankesehatan yang adadan terjangkau oleh mereka dan anakcucu mereka di kemudian hari. Untukitu, pola pembangunan harusdiarahkan pada pembangunanberkelanjutan agar umat manusia dibumi akan tetap dapat memenuhikebutuhan hidupnya yang semakinmaju. Dalam pembangunan yangdemikian, maka orientasi per¬masalahan dan tantangan ke-pendudukan di masa depan akanmenjadi dasar dalam merencanakanpembangunan yang berkelanjutan.Tulisan ini akan membahas konsepdasar terjadinya proses transisidemografi dan kaitannya denganpembangunan berkelanjutan. Denganmenganalisa pola transisi demografidan mengkaitkan dengan tujuan danpelaksanaan pembangunan yang di-sepakati bersama, termasuk dalamProgram Aksi Kependudukan hasilKonperensi Internasional Ke¬pendudukan dan Pembangunan diKairo, akan dibahas beberapakebijaksanaan untuk menjamintercapainya tujuan pembangunanberkelanjutandiIndonesia.

    20

  • Wilopo, TransisiDemografi

    KonsepTransisi DemografidanPembangunanBerkelanjutan- KonsepTransisi Demografi

    Pada pembicaraan konsep transisidemografi, penekanan pokok terletakpada aspek pertumbuhan penduduk,dan keterangan lengkap umumnyadiarahkan pada proses penurunanfertilitas. Dengandemikianpembicara¬an konsep proses transisi demografiumumnyadifokuskanpadaperubahanjumlah, struktur dan komposisipendudukyangmengalamiperubahanselama proses transisiberlangsung.

    Pembicaraan proses transisidemografi umumnya hanya terpusat-kan pada pembicaraan prosespenurunan fertilitas. Padahal prosestransisi demografi tidak hanyamenyangkut perubahan tingkatfertilitas, tetapi mencakup pulaperubahan tingkat morbiditas danmortalitas. Hubungan antara transisidemografi dengan penurunanmortalitas kurang memperolehperhatian yang sepadan. Baru setelahOmran (1971) mengajukan konseptransisi epidemiologi, perubahan polamortalitas yang terkait dengan transisidemografi mulai memperolehperhatianyangselayaknya.

    Penurunan fertilitas umumnyaterjadi setelah penurunan mortalitas.Meskipun demikian, penurunantingkat fertilitas telah berjalansebelumditemukannya teknologi modernuntuk mencegah konsepsi. Sebelumteknologi kontrasepsi modernditemukan, penundaan usia kawin,membujang, sanggama terputus, danabortus tak legaldidugamenjadifaktorpenyebab utama menurunnya

    fertilitas. Beberapa faktor tersebutsangat erat kaitannya dengan tradisisosialdan budayasetempat.

    Menurumya angka kelahiran dankematian serta meningkatnya angkaharapanhidupwaktu lahirmenjadiciripokok berlangsungnya proses transisidemografi. Konsep transisi demografibaru diperkenalkan oleh Notesteintahun 1953. Banyak definisi yangdisampaikan oleh berbagai ahli, tetapidefinisi transisi demografi yang palingmudah dimengerti ialah menurutDemeny,(1968).

    "Pada masyarakat tradisionaltingkat fertilitas dan mortalitastinggi. Pada masyarakatmodern, tingkat fertilitas danmortalitas rendah.Antara keduakeadaantersebut disebuttransisidemografi".

    Dari definisi tersebut terlihat bahwasecara konsep definisi tersebut dapatdimengerti dengan mudah, tetapikelemahan utama terletak padaoperasionalisasi pengertian masyara¬kat tradisional atau modern danpengertian tingkat fertilitas/mortalitastinggiatau rendah.

    Perlu dicatat bahwa transisidemografi merupakan proses yangdinamis dari suatu penduduk dalamperiode tertentu, tetapi bukan untukmembandingkan keadaan mortalitasdan fertilitas antarpenduduk dalamkurun waktu yang jauh berbeda.Misalnya,pengukurantingkat fertilitasataumortalitasyangtinggiataurendahserta penjabaran masyarakat yangtradisional atau modern dalam abadsembilan belas akan berbeda denganpadaabad keduapuluhsatunanti.

    21

  • Wilopo, Trarisisi Demograji

    - KaitanTransisiDemografidanPembangunan

    Transisi demografi berkaitandengan proses pembangunan secaralangsung atau tidak langsung. Padaawal proses transisi, masih tingginyaangka kelahiran akan mempengaruhipemerataan pembangunan. Pengaruh-nya antara lain dapat dilihat melalui 5aspek berikut ini.1. Untuk negara yang sedang

    berkembang, sarana pelayanankebutuhan penduduk per kapitayang ada masih terbatas, tetapiakan lebih buruk apabila jumlahpenduduk semakinmeningkat.

    2. Penduduk yang kurang ber-pendidikan dan lebih miskin akancenderung memiliki anak lebihbanyak dibandingkan denganyang terpenuhi kebutuhannya,sehingga kalau membiarkanmereka dengan jumlah anak tetaptinggi berarti memperberat bebanekonomi, dan bahkan akanmemperlebar jurang pemerataanpendapatan antara pendudukmiskindan kaya.

    3. Seorang ibu yang lebih seringmelahirkananak akanmempunyaipermasalahan kesehatan yanglebih besar, terutama jika aksespelayanan kesehatan masih belummerata.

    4. Kesempatan partisipasi wanitadalam pasar kerja dan kegiatansosial bagi mereka yang lebihsering memiliki anak akanberkurang karena banyak anakberarti memerlukan waktu yanglebih banyak untuk memeliharaanaknya.

    5. Penduduk yang besar jumlahnyaakan berkaitandengan pengrusak-

    an lingkungan karena ketidak-selarasan antara. produksi dankonsumsi penduduk yangmeningkat dengan cepat.

    Meskipun kelima hal tersebut tidakselalu terjadi atau menjadi masalahuntuk setiap negara, bagi negara-negara yang sedang berkembangdijadikan alasan pokok untukmengendalikan pertumbuhanpenduduk.

    Dari berbagai studi yangmenghubungkan antara pertumbuhanpendudukdenganangka pertambahanpenghasilan dan produktivitas tenagakerja per kapita dapat disimpulkanbahwa untuk periode tahun enam-puluhan sampai dengan tahuntujupuluhan tidak menunjukkanhubungan statistik yang bermakna,tetapi sesudah tahun delapan puluhanhubungan tersebut sangat bermaknasecara statistik. Hubungan tersebuttetap bervariasi antara negara yangsedang berkembang dan negara yangsudah maju. Bagi negara yang sedangberkembang,semakintinggiangka lajupertumbuhan penduduknya semakinmemperburuk pertumbuhan peng¬hasilan dan produktivitas tenagakeijanya per kapita. Bagi negara yangsudah maju hubungan tersebut tidakmenentu, yaitu dari hubungan negatifsampai dengan hubunganpositif.

    Perubahan sosial-ekonomi,kultural, dan perilaku wanitamenentukan proses penurunanfertilitas, terutama pentingnya faktorsosial dan kultural sebagai faktorpenentu pada penerimaan alatkontrasepsi dan keluarga berencana.Studi pertama yang menunjukkanadanya keterkaitan antara faktorsosial-budaya dengan fertilitas

    22

  • Wilopo, TrcmsisiDemografi

    dilakukan oleh Leisure (1962), yaitupada waktu ia menulis disertasinyatentang tingkat fertilitas marital diSpanyol sekitar tahun 1910. Darihasilanalisistentangtingkatfertilitasmaritaldi 49 propinsi di Spanyol, tampakbahwa beberapa propinsi yangmempunyai tingkat fertilitas yangsama cenderung tidak tersebar meratadi seluruh Spanyol. Propinsi dengantingkat fertilitas marital yang sama,pada peta terletak sangat berdekatansatusama laindanbahkanmembentukkelompok-kelompok tertentu.Propinsi-propinsi yang memilikitingkat fertilitas yang sama, banyakyang tidak memiliki kesamaan tingkatpendidikan, jumlah tenaga kerja disektor pertanian, dan tingkatpendapatannya.

    Pada disertasi yang ditulis olehLeisure (1962), tingkat fertilitas padapeta tidak diberi keterangan apa pun,kecuali format (warna) yang samauntukpropinsidengantingkat fertilitasyang sama. Peta tersebut kemudiandibawa pada seorang guru besarbahasa di Universitas Princentonyangmempunyai spesialisasi bahasaSpanyol. Reaksi langsung dari gurubesar tersebut ialah bahwa Leisuretelah menggambar peta linguistik diSpanyol. Ternyata pada saat Spanyoldibagi menjadi daerah administratif(propinsi) oleh kantor statistik di sana,salah satu alasannya ialah dibagimenurut kerajaan (dahulu Spanyolterdiri dari beberapa kerajaan),perbedaan dialek bahasa, dan tradisiyang mereka miliki. Ini merupakanbukti pertama bahwa dalammasyarakat tradisional pun tingkatfertilitas terkait denganperkembangansosial danbudaya setempat.

    Perubahan perilaku reproduksitersebut bersamaan dengan terjadinyaperubahanmasyarakat tani tradisionalmenjadimasyarakat industri. Sebelumterjadi transisi fertilitas, umumnyaseorang wanita memiliki anak lebihdarienam,danumumnyamerekatidakmemakai alat kontrasepsi. Sebagaikontras pada masyarakat industri,seorang wanita umumnya memilikidua anak dan memakai kontrasepsi,serta sebagian kecilpernahmelakukanpengguguran kandungan. Hal inimembuktikan bahwa selama moderni-sasi, peningkatan praktek kontrasepsimerupakan penyebab terjadinyatransisi fertilitas di masyarakatindustri. Bukti ini diulangi lagi olehbeberapa negara yang sedangberkembang, yang telah sukses dalamprogram keluarga berencana danmengalami penurunan fertilitas yangcepat.

    Di samping alat kontrasepsi,beberapa faktor lain ikut menentukantingkat dan pola fertilitas. Misalnya,pada masa premodernisasi, praktikmenyusuidan pantangberkala selamamenyusui menjadi faktor penyebabrendahnya tingkat fertilitas. Pada awalmodernisasi, pola menyusui danpantang berkala selama menyusuicenderungakan ditinggalkan sehinggamendorong terjadinya peningkatanfertilitas. Tanpa adanya upayapencegahanpenurunanpolamenyusuidan promosi pemakaian kontrasepsi,maka tingkat fertilitas tidak akanmengalami penurunan yang lebihcepat dibandingkan dengan sejarahpadamasapremodernisasi.

    Pada masyarakat yang masihtradisional, pola reproduksinya sangattergantung pada tingkat fertilitas

    23

  • Wilopo, TransisiDemografi

    natural. Istilahfertilitasnaturaldipakaiuntuk memberikan ukuran fertilitaspada populasi yang tidak mengenalkontrasepsi. Hampir semua negarasedang berkembang sampai denganpertengahan abad ini tergolongmemilikifertilitasnatural.Jumlahanakyangpernahdilahirkanrata-ratamasihdi atas tujuh, dan sekitar seperlimanyatidak sampai usia lima tahun sehinggajumlah yang hidup masih tetap diatasrata-rata wanita di negara telahberkembang.

    Angka kelahiran baru mengalamipenurunan secara mencolok selamatiga dasawarsa terakhir ini.Penurunantingkat fertilitas dan mortalitassebenarnya telah terjadi sebelumditemukannya teknologi modernuntuk mencegah konsepsi danpenemuanobat-obatanuntukmelawanatau mencegah penyakit. Daripenelitian sejarah di negara-negaraEropa dan Amerika dapat divmgkapdua faktor penting yang ikutbertanggung jawab dalam penurunanmortalitas pada saat itu, yaitu: a)perbaikan kondisi lingkungan, dan b)peningkatan pengetahuan tentangpenyebab penyakit serta peningkatanperilaku pencegahan penyakit. Untukpenurunan fertilitas sebelum teknologikontrasepsi modern ditemukan,penundaan usia kawindan abortus taklegal diduga menjadi penyebab utamamulaimenurunnyafertilitas.

    Proses transisi demografi mem-punyai beberapa implikasi penting didalam perencanaan pembangunan.Misalnya, terjadinya perubahan yangcepat tentang jumlah, struktur, dankomposisi penduduk selama prosestransisi demografi mempengaruhiperencanaan kesehatan secara

    langsung sehingga §ubjek yang perludilayani akan berubah-ubah menurutpola fertilitas dan mortalitas pada saatitu.

    Padaawalprosestransisidemografipertumbuhan penduduk sangat cepatsehingga jumlah yang memerlukanpelayanan kesehatan akan meningkatdengan pesat dari tahun ke tahun.Karena perubahan struktur umurtersebut, pada fase awal proses transisidemografi lebih banyak anak-anakyang perlu memperoleh pelayanankesehatan. Demikian juga masalahkomposisi, sangat mungkin masalah-masalah kesehatan wanita lebihmenonjol, utamanya berhubungandengan proses kehamilan dankelahiran.

    Pada akhir proses transisidemografi, yaitu pada saat angkakematian dan kelahiran sudah rendah,jumlah yang memerlukan pelayanankesehatan setiap tahunnya tidakmeningkat secara mencolok.Dipandang dari struktur umurnya,penduduk yang memerlukanpelayanan tidak akan didominasi olehanak-anak dan wanita, tetapi lebihbanyak dijumpai penduduk dewasadan lanjut usia.

    Pada saat transisi demografiberakhir, masalah yang dihadapidalam perencanaan pembangunanakan lebih mudah dilaksanakan. Padapasca transisi demografi akan terjadipertumbuhan penduduk yangseimbang (PTS), dan bilamana angkakelahiran dan kematian yang rendahdapat bertahan cukup lama, akhirnyaakan tercapai kondisipenduduk tanpapertumbuhan (PTP). Dalam hal initingginya angka kelahiran akan sama*dengan angka kematian. Di Indonesia,

    24

  • Wilopo, TrcmsisiDemograji

    kondisi penduduk tumbuh seimbangbaru akan terjadi sekitar tahun2010-2015, sedangkan PTPdiperkirakanbaruakanterjadisesudahpertengahanabad ke-21.

    Meskipun konsep kesehatanberkaitan langsung dengan peristiwakematian, implikasi transisi demografipada sektor kesehatan selama prosesberlangsung sangat tergantung padapenurunantingkat fertilitasdankurangdipengaruhi oleh penurunanmortalitas. Oleh karena penurunanfertilitas lebih menentukan jumlahkematian menurut umur, hal ini akanberkaitan langsung dengan strukturpenyebab kematian. Fenomena iniyang dikenal dengan momentumpenduduk, yang justru harusmemperoleh perhatian yang selayak-nyadalamperencanaanpembangunandiIndonesia.

    - Konsep danTujuan PembangunanBerkelanjutan

    Pembangunan berkelanjutanadalah upaya untuk menjaminkesejahteraanumatmanusiasecaraadildan merata antara generasi sekarangdan generasi yang akan datang. Untukitu,dalam melaksanakan pembangun¬an berkelanjutan perlu dipertimbang-kandandikelola sedemikian rupaagarketerkaitan antara penduduk, sumberdaya, lingkungan, dan pembangunantercipta dalam suatu keseimbanganyang dinamis. Untuk menciptakankondisi tersebut, perlu digariskankebijaksanaan pembangunan yangtegas untuk menghindari polakonsumsi dan produksi yang tidakberkelanjutan. Langkah yang amatpenting lainnya ialah penyusiman

    kebijaksanaan kependudukan agarpendudukdapat terpenuhikebutuhan-nyasekarangdengantanpamelakukankompromi sehingga mengurangikesempatangenerasiyangakandatangdalam memenuhi kebutuhanhidupnya.

    Setiap aktivitas individu, keluarga,masyarakat, dan negara berkaitandengan perubahan penduduk, tingkatdanpolapemakaiansumber dayaalam,kondisi lingkungan dan kualitas, sertakecepatan pertumbuhan ekonominya.Tidak ada yang menyangkal bahwabanyaknya penduduk miskin sepertihalnya ketidakmerataan pembangun¬ansosialdanantar-genderberpengaruhtimbalbalikdenganperubahanjumlah,struktur, dan komposisi penduduk.Begitu pula pengaruh pola konsumsidan produksi penduduk yang tidakberkelanjutan akan menyebabkanpenggunaan sumber daya alam yangberlebihan dan mengakibatkankerusakan lingkungan. Hal ini jugamendorong terjadinya ketidakmerata¬an pembangunan sosial sebagai akibattimbal balik antara pembangunan danperubahanparamaterdemografisyangdihasilkannya. Oleh sebab itu, segalaupaya diarahkan untuk menciptakankeseimbangan antara perubahanpenduduk dan lingkungan sertapengaruhnya untuk memenuhikebutuhan generasi sekarang, tanpamelakukan kompromi dengankebutuhan generasi yang akan datang.

    Pengertian pembangunan ber¬kelanjutandapat disorotidariberbagaidimensi. Dalam konsep umumpembangunan berkelanjutandidefinisikansebagaiberikut.

    Sustainable development isdevelopment that meets the needs of

    25

  • Wilopo, TransisiDemografi

    the present without compromisingthe ability offuture generations tomeet their own needs.

    Salah satu dimensi yang disepakatiialah kaitan antara penduduk,lingkungan, dan pembangunan. Adaempat aspek pokok pembangunanberkelanjutan yang berkaitan denganpenduduk, lingkungan, danpembangunan.

    Pertama, pembangunan berke¬lanjutan mengenal tanggung jawabantar-generasi. Pembangunan ber¬kelanjutan adalah pembangunan yangdapat memenuhi kebutuhan sekarangtanpa kompromiharusmengorbankangenerasi mendatang untuk memenuhikebutuhanmereka.

    Kedua, konsep pembangunanberkelanjutan adalah menyangkutketergantungan global dalammempromosikanpendekatanintegratifuntuk menangani "krisis yang takdapat dilepaskan" (interlocking crises)antara: pertumbuhan penduduk-konsumsi hasil pertanian-kecukupanbahan makanan; lingkungan-pengelolaan sumber daya alam;teknologi-industrialisasi; melekaksara-status wanita; dan sosial-institusi politik. Banyak contohmasalah yang perlu dipecahkan dariinterlocking crises ini. Hujan asam diCanadadanUSA,penggundulanhutandi Nepal dan Banjir di Bangladesh,pengungsi lingkungan (environmentalrefugees) dari Ethiopia ke Somaliaadalah contoh-contoh ketergantungantersebut diatas.

    Ketiga, konsep keterkaitan antarapertumbuhan ekonomi dan ke-berlanjutan lingkungan. Sebagaicontoh, ekspor hasil hutan mungkinakanberhasilmeningkatkanpenghasil-an penduduk dan negara. Akan tetapi,

    tanpa kebijaksanaan penebangan yangmemperhitungkan keberlangsungansumber daya alam, hal ini harusdibayar dengan penggundulan hutan,tanah menjadi sangat tandus dankehilangan sumber daya alam untuktahun-tahun yang akan datang.

    Keempat, pembangunan ber¬kelanjutan menitikberatkan pem-bangunanyangbersifatjangka panjangdan bukan hanya mementingkanpembangunan jangka pendek. Olehsebab itu, kebijaksanaan dan programuntuk jangka panjang harus dirincidengan jelas. Bukan hanya masalahpenduduk secara keseluruhan sajayang perlu direncanakan jangkapanjang, tetapi kelompok wanita perlumemperolehperhatiankhusus.

    Kebijaksanaan yang berkaitanantara penduduk, lingkungan, danpembangunan tidak mudah untukdiimplementasikan. Ada beberapaalasan mengapa sulit membahasmasalah tersebut. Alasan tersebutantara lainsebagai berikut.

    Pertama, negara maju dengankonsumsienergiyangtinggicenderungmenyalahkan negara-negara sedangberkembangagar tidak mencemaridanmerusak bumi. Di lain pihak merekatidak konsisten dengan apa yangmereka lakukan sendiri. Sebagaicontoh, Amerika Serikat menolakuntuk mengurangi penggunaanenergidan emisi pencemaran bahan bakardari fosil, tetapi dalam waktu yangsama melakukankritik pedas terhadappembakaran hutan di Amazon danpertumbuhanpendudukdiBrasilyangsangat cepat. Dari contoh ini masihtampak bahwa masing-masing negaramasih mempertahankan kepentinganmasing-masing dan kurang meng-hiraukankepentingannegara lain.

    26

  • Wilopo, Transisi Demografi

    Kedua, isu masalah kependudukanmasih menjadi sangat sensitif untukbeberapa negara, terutama yangmenyangkut masalah pemakaiankontrasepsi dan aborsi. Padahal,masalah lingkungan juga tidak kalahsensitifnya bagi beberapa negara yangekonominya sangat tergantung padasumber daya alam.

    Ketiga,agar perhatiankita terfokuspada suatu masalah, dalamimplementasi program seringkalidibagi masalah dan pemecahannyasecara sektoral. Tidak hanya masalahkependudukanyangdipisahkansecarasendiri dari pembangunan, tetapi jugamasalah wanita cenderung disorotiterpisah. Padahal dengan luasnyamasalah penduduk, lingkungan, danpembangunan pendekatan sektoraltersebut akan menghabiskan waktudanenergiserta sumber danadandayayang ada.

    Keempat, masih banyak negarayang percaya bahwa jika masalahekonomi dapat dipecahkan, fertilitasakanmenurunsecara otomatis.Merekatidak menolak keluarga berencana,tetapi mereka tidak melihat bahwapelayanan keluarga berencana adalahberkaitan dengan masalah lingkungandan pembangunan secara timbal balik.Pengendalian penduduk tidakdipandang sebagai kebijaksanaankependudukan secara makro, tetapipemberian kontrasepsi sebagai upayauntuk memenuhi kebutuhan individudan keluarga saja.

    PolaTransisi DemografidanPembangunanBerkelanjutan- Transisi DemografidiDunia

    Angka laju pertumbuhanpenduduk dunia periode 1990-1995masih tercatat sekitar 1,57 persen per

    tahun sehingga menghasilkanpertambahan penduduk sekitar 90jutapenduduk setiap tahunnya. Sampaitahun 2015, diperkirakanpertambahanjumlah penduduk tersebut akan terusmeningkat melebihi 90 juta setiaptahunnya. Untuk periode 2020-2025angka laju pertumbuhan pendudukdiperkirakan akan menurun menjadi1,0 persen per tahun sehinggastabilisasi penduduk dunia masihdiharapkan akan terjadi pada abadke-21nanti.Padasaat pendudukduniamasihsebanyak1miliarmembutuhkanwaktu 123 tahun untuk meningkatmenjadi2miliar,danpenambahansatumiliar berikutnya memerlukan waktuberturut-turut 33, 14, dan 13 tahun.Sekarang penduduk dunia diperkira¬kan 5,716 miliar; dan transisi jumlahpenduduk dunia dari 5 ke 6 miliarmemerlukan waktu 11 tahun. Jumlahpendudukduniabaruakanmencapai6miliar pada tahun 1998. Dengandemikian, angka laju pertumbuhanpenduduk yang semula sangat rendahmeningkatmencapaipuncaknyadalamdua dasawarsa terakhir ini dansekarang telah berbalik untuk mulaimengalamipenurunan.

    Penduduk dunia diproyeksikanakanmeningkatmenjadi11miliarpadatahun 2100 (Gambar 1). Dari proyeksitersebut tampak bahwa peningkatanjumlah penduduk negara-negara yangsudah maju hampir tetap mulai abadke-21. Oleh sebab itu, secara relatifpersentase penduduk negara majuakanberkurang.

    Selama periode 1990-1995, kuranglebih 45 persen penduduk duniatinggaldi114negaradenganangkalajupertumbuhan penduduk lebih dari 2persen per tahun. Ke 114 negaratersebut termasuk hampir seluruh

    27

  • Wilopo, TransisiDemograji

    (3ambar 1Jumlah Panduduk Dunia dan Proyakainya:

    1950-2100

    12

    10-

    8-

    6-

    4-

    1860 1980 2010 2040 2070 2100Tahun

    -Naoara Maiu — Sadano Barkaaibang — Total OunlaSvnbari Tha MtorM Bank. 19S4.

    negara di Benua Afrika, dua pertigapenduduk Asia, dan sepertigapenduduk Amerika Latin. Negara-negara inipenduduknya akan berlipatdua kalinya hanya dalam waktu 24tahun. Sebanyak 66 negara lainnyayang terdiri dari sekitar 23 persenpenduduk dunia, terutama dariEropa,mempunyai angka laju pertumbuhanpendudukdibawah1persenpertahun.Dengan angka laju pertumbuhantersebut, 380 tahun dari sekarangpendudukEropaakanberlipatmenjadidua kalinya.

    Sebagianbesarnegaradiduniatelahmengalami penurunan angkamortalitas dan fertilitas. Meskipundemikian, kecepatan dan waktuterjadinya penurunan tersebut ber-beda-beda antarnegara, sehinggaterjadi variasi yang sangat mencolokdalam pencapaian tingkat transisidemografinya.Padaperiode1990-1995,masihbanyak negara-negara di BenuaAfrikayangmemilikiangkafertilitasdiatas 7, misalnya Comoros, Ethiopia,Malawi, Somalia, Uganda, Angola,

    28

    Benin,Guinea,Cote d'lvoire,Mali,danNiger.DiAsia,hanyaYemen danQataryang memilikiTFR masing-masing 7,6dan 7,2, sedangkan Afganistan,Maldives,Laos,dan PakistanmemilikiTFR berturut-turut 6,90, 6,80, 6,69, dan6,17. Pada periode yang sama(1990-1995), negara-negara Eropamemiliki TFR rata-rata sekitar 1,58,sedangkan untuk Asia masih sekitar 3.Meskipun demikian, di antaranegara-negara di Asia, Hongkong,Jepang, dan Singapore memiliki TFRmasing-masing1,21, 1,50,dan 1,73.

    Jikalau angka fertilitas pendudukdunia tidak mengalami perubahan(konstan), pada tahun 2050 sajapenduduk dunia akan meningkatmenjadi sekitar 17 juta (Gambar 2).Jumlah penduduk negara-negara yangsedang berkembang akan meningkatlebih pesat dibandingkan denganpeningkatan menurut pola fertilitasyang sekarang sedang berlangsung.Pengaruh berbagai alternatifpenurunan tingkat fertilitas pada

  • Wilopo, TransisiDemografi

    Proyafcai Jumiah Penduduk Duniadengan Barbag** Aeumefe 1990-2060

    10-

    1990 2000 2010 2020 2030 2040 2000Tahun

    -TFh Ttngfll -TFII SMma TFh Ma TF* T»ta»8u«to«rt VtorM PopvlatlM Preepeele*Tht 1M4 Ptovislon.

    perubahan jumlah penduduk duniamendukungpernyataanini.

    Angka harapan hidup juga ber-variasi antamegara. Pada umumnyaterjadi peningkatan angka harapanhidup waktu lahir dalam duadasawarsa terakhir ini, kecuali"negara-negara dengan transisiekonomi" yang justru menunjukkanpenurunanangkaharapanhidup.Padakurun waktu 1990-1995, diperkirakanangka harapan hidup waktu lahirterendah dijumpai di Siera Leone (39tahun) dan angka tertinggi di Jepang(79,5 tahun).

    Angka kematian kasar dankematian bayi juga bervariasiantarnegara. Pada kurun waktu1990-1995, diperkirakan angkakematian kasar di atas 20 per 1000penduduk ditemukan di beberapanegara Afrika, sepertiMalawi,Guinea,Guniea Bissau, dan Siera Leone. SieraLeone inimempunyai angka kematiankasar tertinggi, yaitu 25,2 per 1000penduduk. Untuk Asia, Afganistan

    mempunyai angka kematian kasartertinggi,yaitu21,8per1000penduduk.Untukangkakematianbayi,makaSieraLeone dan Afganistan memiliki angkakematianbayimasing-masing 166 dan163 per 1000 kelahiran hidup, sedangJepang memilikiangka terendah, yaitu4 per 1000kelahiranhidup.

    - Transisi Demografidi IndonesiaPelaksanaan pembangunan di

    Indonesia pada PJP-II akan sangatdipengaruhi oleh penurunan fertilitasdan mortalitas. Penurunan fertilitasternyata lebih cepat dibandingkandengan mortalitas. Pada Gambar 3tampak bahwa proyeksi penurunanfertilitas dari tahun 1990ke tahun 2020hampir mencapai 40 persen. Padaperiode yang sama, proyeksi angkaharapan hidup waktu lahir hanyameningkat 17 persen. Perlu dicatatbahwa pola penurunan inisebenamyabervariasi antarpropinsi dan lebihcepat dibandingkandenganpendudukdunia.

    29

  • Wilopo, TransisiDemografl.

    Qambar 3Tren Ptnurunan Angka KataMran dan

    Kamatlan Kaaar: 1980-2080

    o-|-1-1-1-1-1-i—1950 1966 1980 1996 2010 2026 2040

    Tahun

    -CBR Dunlo — CBR InOoMOio— COR Don!* CDR Indoooolo

    SuRibar: Tho World Population Proopocla;Tho 1994 flovlalon.

    Jumlah absolut wanita usia subur(15-49 tahun) di Indonesia akanmeningkat relatif lebih cepat selama20-30 tahun yang akan datang karenaaampak population momentum ataumomentum penduduk. Jikalau padatahun 1990 jumlah wanita usia subur(15-49 tahun) berkisar 46 juta, padatahun 2020 jumlahnya menjadi 71juta.Jadi perubahan jumlah pendudukmenurut umur sangat penting untukdiperhitungkan dalam perencanaanpembangunankesehatan.

    Pada Gambar 4 disajikan proyeksipenduduk usia bawah lima,tahun(balita) dan usia lanjut (60 tahun keatas) di Indonesia. Akibat penurunanfertilitas, tampak bahwa usia balitarelatif menurun dan kemudianmenetap mulai tahun 2010-an, tetapipenduduk usia lanjut tetap bertambahjumlahnya secara linier. Inimenunjukkan bahwa turunnyafertilitas akan berpengaruh terhadappenurunan penduduk usia anak-anaksecara langsung. Dilainpihak,dengan

    meningkatnya harapan hidup untukseluruh umur maka kelompok usialanjut akanbertambahterus,meskipunNet Reproduction Rate (NRR) telahmencapaisatu antara tahun 2005-2010.

    Meskipun tidak terjadi perubahanpola morbiditas menurut umur,penurunan fertilitas berpengaruhsecara langsung pada struktur umur,sehingga mempengaruhi frekuensirelatif dari berbagai jenis penyakit.Karena penduduk mengalami prosesmenua, dapat diperkirakan bahwajumlah penderita penyakit kronis usiadewasa dan lanjut akan menjadi duakali lipat dari penyakit infeksi padaanak-anak karena pada akhir PJP-IIjumlah penduduk usia lanjut berlipathampir tiga kalidari tahun 1990.

    - Sasaran Demografis• SasaranKuantitatif Program

    Aksi KependudukanKairo

    Secara kuantitatif objektif,Konperensi Kairo diarahkan pada 5

    30

  • Wilopo, TransisiDemografi

    Qambar 4PrayBksl Pandudufc Usia BaUta dan

    Usia Lanjut di Indonesia: 1990-2020

    JunMah datam Juta

    1990 199S 2000 2000Tahun

    2010 2015 2020

    lUaia BaUta 222 Uaia LanlutSwabwi BPS, lata.

    bidang sasaran pokok: 1) teicapainyapertumbuhan ekonomi yangsenantiasa meningkat dalam kontekspembangunan berkelanjutan, 2)pencapaian pendidikan secarauniversal, utamanya untuk wanita, 3)persamaan dan pemerataan menurutgender, 4) penurunan angka kematianibu, bayi dan anak, dan 5) pemberianakses pelayanan kesehatan reproduksiyang universal, termasuk di dalamnyapelayanan keluarga berencana dankesehatanseksual. Pencapaian sasarantersebut diarahkan agar tercapaistabilitas penduduk dunia, yangberkaitan pula dengan perbaikandalamhalkonsumsidanproduksiyangtidak berkelanjutan, pertumbuhanekonomi dan pembangunanberkelanjutan.

    Secara kuantitatif, angka harapanhidup penduduk pada negara denganangka kematian tinggi akanditingkatkan menjadi 65 pada tahun2005 dan 70 pada tahun 2015, sedanguntuk negara dengan angka kematian

    rendah ditingkatkan menjadi 70 padatahun 2005 dan 75 pada tahun 2015.Untuk angka kematian bayi, tujuanyang hendak dicapai pada WorldSummit for Children tahun 1990 akantetap dipertahankan. Dalam hal iniangka kematianbayi pada tahun 2000harus lebih rendah dari 50 dan angkakematiananak harus lebihrendahdari70 per 1000 kelahiran; atau secarakualitatif maka angka kematian bayidan anak pada tahun 2000 diturunkanmenjadiseparodarikondisitahun1990.Selanjutnya pada negara dengankematiansedang, angka kematianbayipada tahun 2005 harus lebih rendahdari50dankematiananak lebihrendahdari 70 per 1000kelahiran. Pada semuanegara diharapkan pada akhir tahun2015 telah memiliki angka kematianbayi di bawah 35 dan angka kematiananak dibawah45 per 1000kelahiran.

    Angka kematian maternal (AKM)merupakan indikator kuantitatif yangberkaitan dengan program-programkesehatan reproduksi dan program-

    31

  • Wtiopo, TransisiDemografi

    program untuk menampilkan wanita.Dari Program Aksi Kependudukantahun 1994disepakati iagar AKMuntuktahun 2000 diturunkan menjadi separodari tingkat kematianpada tahun 1990,dan pada tahun 2015 diturunkanmenjadi separonya dari tingkatkematian pada tahun 2000. Secarakuantitatif untuk semua negaradiharapkan mempunyai AKM kurangdari 125 pada tahun 2005 dan kurangdari 75 per 100 000 kelahiran padatahun2015. Baginegara-negaradenganangka kematian sedang, maka AKMdiharapkan turun menjadi di bawah100pada tahun 2005 dan 60 per 100000kelahiran pada tahun 2015. Untuksemua angka-angka kuantitatiftersebut di atas perlu diupayakanmengurangi diferensial angka-angkakuantitatif tersebut, baik menurutgender, geografis, tingkat sosial-ekonomis, etnis, dan antara pendudukasli dan pendatang.

    • Sasaran Kuantitatif RepelitaVISecara umum, tujuan kuantitatif

    tersebut sejalan dengan apa yanghendak dicapai dalam Repelita VI.Misalnya,padaakhir tahun 1990angkaharapan hidup waktu lahir dapatdinaikkan dari 62 pada akhir tahun2020 menjadi 71,2 tahun. Angkakematianbayiakhir tahun 1990adalah60,7 diharapkanmenurunmenjadi23,9tahun per 1000 kelahiran pada akhirtahun 2020. Meskipun demikian,khusus untuk AKM agaknyamemerlukan upaya-upaya khususkarena harus diturunkan sedikit lebihrendahdariapayanghendakkitacapai.Pada buku Repelita VI, AKM akhirRepelita VI diperkirakan akan

    diturunkan dari 225 menjadi 80 per100.000 kelahiran akhir PJP II. Olehsebab itu, tanpa upaya terobosan barudalam bidang kesehatan reproduksidanbidanglainyang terkait, akan sulituntuk mencapai sasaran AKM yangtelah disepakati bersama tersebut. Halini mempunyai implikasi bahwapengadaandaripemerataanbidansertapeningkatan pelayanan kesehatanmasyarakat perlusegera dilaksanakan,agar tujuan tersebut dapat tercapai.

    Dibandingkan dengan kesepakatanProgram Aksi Kependudukansebelumnya, program ini mencakupaspek yang lebih luas. Masuknya isukeluarga dalam bab tersendiri dansemakin menonjolnya isu pem-bangunan untuk kepentingan wanita(termasuk hak-hak reproduksi danseksual yang akan lebih dijamin)diharapkan akan memberikan hasilyang lebih efektif dan meningkatdengancepat. Misalnya,wanita adalahsasaran pembangunan yang relatiftertinggal dibandingkan dengan priakarena wanita terbukti memilikitingkat pendidikan, penghasilan, danjenis pekerjaan yang kurangmenguntungkan dibandingkandengan laki-laki. Oleh sebab itu,menutup kekurangan tersebut berartimempercepat laju pembangunandengan menutup gap yang selama initerjadi.

    Di samping upaya mengentaskanwanita dari posisinya agar menjadilebih berpendidikan dan lebihberpenghasilan, memfokuskanpembangunan pada wanita akanmempunyai dampak tidak langsung,yaitu menurunkan tingkat fertilitaswanita. Dengan demikian, upayapengendalian dan pengaturan

    32

  • Wilopo, Transisi Demografi

    kelahiran akan lebih kuat, yangakhirnya akan mempercepatpenurunan laju pertumbuhanpenduduk secara keseluruhan.Penurunan laju pertumbuhanpenduduk ini berkaitan denganmembaiknya pertumbuhanekonomi.

    - PembangunanBerkelanjutandiTingkat Global dan Nasional

    Sasaran pembangunan berkelanjut¬an secara global tertuang padaDeklarasi Rio dan juga pada ProgramAksi Kependudukan hasil KonperensiKependudukan InternasionaldiKairo.Meskipun demikian, pada bagian iniakan dibahas sasaran yang berasaldariProgram Aksi Kependudukan 1994.Untuk pembangunan berkelanjutan ditingkat nasional, akan dibahas strategiyang dijabarkan dari GBHN 1993 danjuga dari kebijaksanaan lainnya.

    • ProgramAksi KependudukandanPembangunanBerkelanjutan

    Dalam Program AksiKependudukan 1994,hubunganantarapenduduk, pertumbuhan ekonomiyang berlanjut dan pembangunanberkelanjutan disoroti menurut 3bagian penting. Bagian pertamamenyoroti pentingnya untukmengintegrasikan kependudukandalam strategi pembangunan; bagiankedua memfokuskan pada keterkaitanantara penduduk, pertumbuhanekonomiyangberlanjut,dankemiskin-an; sedang bagian ketiga membahasketerkaitan antara penduduk danlingkungan.

    Dalam mengintegrasikan masalah-masalahkependudukandalamstrategikependudukan umumnya, Program

    Aksi Kependudukanmenyerukanagarkependudukan diintegrasikan se-penuhnya pada semua strategipembangunan, perencanaan, pe-ngambilan keputusan, serta alokasisumber daya dan dana. Upaya inidiarahkanuntukmemenuhikebutuhandan meningkatkan kualitas hiduppenduduk sekarang dan generasi yangakan datang. Di samping itu, semuamasalah kependudukan perludiintegrasikan pada seluruh aspekpembangunan untuk mempromosikankeadilan sosial dan mengentaskankemiskinan, yaitu melalui pertumbuh¬an ekonomi yang mantap dalamkontekspembangunanberkelanjutan.

    Untuk mengintegrasikan faktorkependudukan dalam pembangunan,perluditempuhberbagai langkahyangkonstruktif pada setiap jenjangpengambilan keputusan. Integrasitersebut harus mencakup sasaranjangka panjangdan pendek serta perludievaluasi pelaksanaannya secaraberkala, termasuk implikasi jangkapendek,menengahdanjangka panjangserta konsekuensinya pada dinamikapenduduk beserta pola produksi dankonsumsinya. Lembaga pemerintahserta lembaga dan organisasi swadayamasyarakat dalam mengevaluasikemajuan pembangunan perlu mem-pertimbangkantingkatpencapaiandanperkembangan kependudukan sertamemperhatikan peningkatan kualitashidup penduduk. Oleh sebab itu,dianjurkan agar setiap negaramempunyai institusi yang dapatmengawasi terjaminnya pelaksanaankebijaksanaantersebut. Disampingitu,perlu peningkatan komitmen politikagar dana dan sarana yang adadialokasikan secukupnya, termasuk

    33

  • Wilopo, TransisiDemografi

    untuk keperluanmemperkuat institusidan penelitiandalambidangini.

    Dalam kaitan pelaksanaanpembangunan ekonomi danpembangunan berkelanjutan, perludiperhatikan upaya pokok dalampeningkatan sumber daya manusia,pengentasan kemiskinan, sertamenurunkan pola konsumsi danproduksi yang kurang berkelanjutan.Perhatiankhususperludiberikanpadakelompok wanita miskin di negarayang sedang berkembang. Merekaperlu dibebaskan dari diskriminasiserta hambatan-hambatan lain yangbersifat sosial, kultural, politis, danekonomis.

    Keterkaitan penduduk danlingkungan telah dibahas dalamAgenda 21diRio.Meskipundemikian,dalam Program Aksi Kairo masihditekankan lebih lanjut bahwapenanganan penduduk- miskin masihharus diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena kemiskinan adalahsalah satu penyebab perusakanlingkungan. Oleh sebab itu,rekomendasi Program AksiKependudukan menekankan upayapengentasan kemiskinan. Ditekankanpula pentingnya untuk memper-timbangkan faktor demografi dalampembangunan, di samping untukkeperluan pengelolaan sumber dayaalam dan lingkungan. Peran wanitadalam pengelolaan lingkungan perluditingkatkan, termasuk peran wanitadalam pengambilan keputusan didalam rumahtangga.

    • PembangunanBerkelanjutandi Indonesia

    Pembangunan berkelanjutan diIndonesia ditempuh melalui tiga

    dimensiutama.Dimensipertamaialahmemelihara dan meningkatkan per-tumbuhanekonomisecaraberkelanjut¬ansehinggadapatmeningkatkanmutuhidupdanmenciptakanlapangankerjabaru, serta meningkatkan kesempatankerjabagiangkatankerjayangsemakinmeningkat. Kedua, meningkatkanpemerataan pembangiman melaluiupaya pengentasan kemiskinan danperluasan kesempatan untukberpartisipasi dalam pembangiman,khususnya partisipasi wanita. Ketiga,melakukanpertcegahan,perlindungan,dan konservasi terhadap pengrusakanlingkungan, termasuk pencegahanterhadap pencemaranlingkungan.

    Pertumbuhan ekonomi, pemerata¬an pembangunan, dan perlindunganterhadap lingkunganmerupakanreseputama untuk melaksanakanpembangunan berkelanjutan diIndonesia. Tiga faktor tersebutmempunyaiinteraksiyangsangatkuat.Pertumbuhan ekonomi akanmeningkatkan kesempatan kerja danmeningkatkan persediaan sumberdana untuk melakukan upayapengentasan kemiskinan danpenanganan masalah lingkungan.Pemerataan pembangunan mem¬perkuat dasar untuk pertumbuhanekonomi dan mengurangi kemiskinan.Dalamhal inikemiskinan adalah salahsatu faktor pendorong terjadinyaperusakan lingkungan. Perlindunganlingkungan mendukung efisiensipertumbuhanekonomijangka panjangserta memberikan benefit yang lebihbanyak bagi penduduk miskin karenapenduduk miskin adalah yang palingbesar merasakandampakpengrusakanlingkungan.

    34

  • Wilopo, TransisiDemografi

    Dilema antara pertumbuhanekonomi dan lingkungan selalumenjadi perdebatan penting. Pilihantidak harus diputuskan antarapencemaran lingkungan ataupenurunan produksi industri. Akantetapi, jawabannya adalah alternatifteknologi lain sehingga meningkatnyaproduksi industri, tetapi tanpapencemaranlingkungan.Dalamkaitanini,perlukebijaksanaanintegratif yangsangat efisien agar tidak terjadipertentangan kepentingan antarapertumbuhan ekonomi, lingkungan,dan pembangunan berkelanjutan.Kebijaksanaan inilah yang menjadikunci keberhasilan pembangunanber¬kelanjutan. Oleh karena itu, telahdisadari bahwa proses pembangunandi Indonesia tidak hanya bertumpupada keadaan atau masalah yangsedang dihadapi sekarang atau dalamwaktu dekat, tetapi juga permasalahanyang berwawasan jangka panjang.Meskipun demikian, pertentangankepentingan tiga unsur tersebut tidakdapat dihindari sama sekali. Berikutadalah tiga pengalaman utamaIndonesia dalam melaksanakanpembangunanberkelanjutanpada tigadimensi tersebut.

    Pertama, terjadinya pertumbuhanekonomi yang stabil sekitar 6-7 persenper tahun akan dipertahankan,meskipun angkatan kerja akanmeningkat sekitar 2,3 juta setahun danekspor harus lebih mengandalkankomiditi nonminyak bumi. Untuk itu,pertama, akan ditempuh pergeseranproses ekonomi secara kualitatif,melalui peningkatan efisiensi danproduktivitas sebagai sumberpertumbuhan ekonomi; dan, kedua,perludilakukan pergeseran dari sudut

    kuantitas ke kualitas barang-barangekspor dan pelayanan jasa yangdiberikan oleh pemerintah danmasyarakat Denganorientasiiniakanmenjadi lebih terjamin apabiladilakukanpula transformasistrukturalyang mengubah pola pertumbuhanekonomi, yaitu: meningkatkan peransektor swasta, menurunkan peranminyak bumi dalam perekonomian,serta pergeseran antar dan inter sektordalam perekonomian yang tidaktergantungminyak.

    Kedua, pemerataan pembangunanmelalui peningkatan dan partisipasipenduduk dalam pembangunan. Halini ditempuh terutama melalui tigaaspek berikut: melanjutkan upayapengentasan kemiskinan; memperluaspartisipasi penduduk dalam pem¬bangunan regional; dan mempromosi-kan wawasan yang lebih luas tentangperan swasta dalam pertumbuhanekonomi.

    Ketiga, perlindungan lingkunganagar sumber daya alam tetap dapatdikonservasi dan dicegah daripencemaran yang merusak lingkung¬an. Hal ini penting karena hampir 40persen Gross Domestic Product (GDP)bersumber dari pengolahan langsungsumber daya alam. Dilain pihak,urbanisasi meningkat dengan cepatdan pertumbuhan penduduk diperkotaan lebih dari 2 kalipertumbuhandipedesaan. Oleh sebabitu, pencemaran dan perusakanlingkungan sebagai akibat langsungdaripenambahanjumlah pendudukdiperkotaan akan menimbulkanpermasalahan lingkungan yang baru.Jikalau pada akhir PembangunanJangka Panjang ke IIpenduduk urbandiperkirakan menjadi sekitar separo

    35

  • Wilopo, TransisiDemografi

    dari penduduk Indonesia, masalahtersebut perlu mendapat penangananyang memadai.

    Untuk menjamin pelaksanaanpembangunan berkelanjutan diIndonesia, salah satu studi dari BankDunia menekankan pentingnyapenanganan makro ekonomi yanglebih komprehensif, khususnya dalammemelihara stabilitas finansial,memobilisasi sumber-sumberdomestik, dan mengurangi ke-tergantungan pada hutangluar negeri.Ditekankan pula perlunyapenghematan dalam sektor publik danswasta agar pertumbuhan ekonomitetap stabil. Dalam kaitannya masalahinsentif dan disinsentif, maka perludiperluaskesempatankompetisidalampemberianinsentif antarasektor swastadan pemerintah sehingga salingkompetitif. Dalam hal ini perlu puladipikirkanagar masalahinsentif dalampengelolaan lingkungan menjadipertimbangan kebijaksanaan publikyang diambil. Invesment dalam bidangsumber daya manusia mempunyainilai yang unggul, di sampingdiperlukan invesment lain, baik daripihak pemerintah maupun swasta.Semua ini hanya akan berjalan lebihbaikapabilaperhatiankhususterhadapinstitusi pemerintah lebih diperhati-kan, utamanya dalam memacumekanisme pasar dan pelayananpemerintah yang lebih efektif danmerata, termasuk dalam perlindunganlingkungan.

    Kesimpulan

    Kebijaksanaan kependudukanmencakup segala upaya untukmempengaruhi variabel demografis,

    menentukan target demografis yangingin dicapai dan memformulasikanupaya untuk mempengaruhi jumlah,distribusi, dan komposisi penduduk.Dalam hal ini, kebijaksanaan tersebutkait-mengkait dengan pembangunanberkelanjutan. Oleh sebab itu, secarasadar harus digariskan bahwakebijaksanaan kependudukan yangdiambil adalah untuk mewujudkanpembangunanberkelanjutan.

    Kebijaksanaan tersebut akanmenjadi semakin nyata dampaknyabagi negara kita, apabila masalahketerkaitan aritara lingkungan danpenduduk juga dilaksanakan sepertiapa yang dianjurkan dalam ProgramAksi Kependudukan. Sisi yang perludilaksanakan sebagai hasil kesepakat-aniniantara lainmenjawabpertanyaankepada kita semua, apa yang bisa kitalakukan untuk memperbaikilingkungan agar pembangunan dapatberjalan secara berkelanjutan.Memfonis faktor kependudukansebagai biang keladi permasalahanlingkungan saja tidak menyelesaikanancaman yang ada, tetapi yang perluadalah memanfaat- kan potensipenduduk dan keluarga ntukmelindungi dan memanfaatkanlingkungansebaik-baiknya.

    Dalammewujudkanpembangunanberkelanjutan, transisi demografi perludiikutsertakan dalam semua aspekkebijaksanaan karena berkaitan secaratimbal balik dengan pertumbuhanekonomi, lingkungan, danpembangunan berkelanjutan. Arahkebijaksanaan pemerintah Indonesiauntuk menjamin pertumbuhanekonomi yang stabil, pemerataanpembangunan, dan pemeliharaanlingkungan perlu diteruskan karena

    36

  • Wilopo, TransisiDemografl

    sesuai dengan kebijaksanaan ProgramAksi Kependudukan secara global.Meskipun demikian, tidak semuasasaran kuantitatif sebagai indikatorpembangunan berkelanjutan akan

    dapat berhasilseperti yang diinginkankarena apa yang terjadi padakarakteristikdemografimasalaluakanmempengaruhi apa yang akan terjadipadamasadepan.

    Daftar Pustaka

    Barlow, R. 1994. "Population growthand economic growth: some morecorrelations", Population andDevelopmentReview,20(1): 153-165.

    Biro Pusat Statistik. 1993. ProyeksiPenduduk Indonesia: 1990-2020(Draft).Jakarta.

    Demeny,P.1968."Early fertility declinein Austria-Hungary: a lesson indemographic transition",Deadelus,(97):502-522.

    Leisure,J.W. 1962.Factor involved in thedeclineoffertility inaffair:1990-1950.Doctoral dissertation atPrincentonUniversity.

    Omran, Abdel R. 1971. "Theepidemiologic transition: a theoryof the epidemiology of populationchange', Milbank Memorial FundQuarterly,49(4, pt.1):509-538.

    Speidel,J.J. 1993. Statement to the secondpreparatorycommitteemeetingfor theinternational conference onpopulation and development.Washington, D.C.: PopulationAction International.

    Smil, Vaclav. 1994. "How many peoplecan the earth feed", Population andDevelopmentReview,20(2): 255-292.

    Szreter, S. 1993. "The idea ofdemographic transition and thestudy of fertility change: a criticalintellectual", PopulationDevelopmentReview,19(4):659-701.

    United Nations. Department ofInternationalEconomic and SocialAffairs. 1994a. World PopulationProspects: the 1994 revision. NewYork.

    United Nations. Department ofInternationalEconomic andSocialAffairs. 1994b. World citizenship aglobal ethnic sustainabledevelopment. New York.

    United Nations. Department ofInternationalEconomic and SocialAffairs. 1994c. Population policy:frame work for assistance in thepopulation sector. New York.

    United Nations. Department ofInternationalEconomic and SocialAffairs. 1994d.ProgrammeofActionof the united international conferenceonpopulationanddevelopment. NewYork.

    United Nation. Fund for PopulationActivities. 1993. Population in the21st century. New York.

    Waak, P. 1991. Population policy: socialrealities, prospects and the three ecos.Washington, D.C.: NationalAudubonSociety.

    The World Bank. 1994. Population anddevelopment: implication for theWorld Bank. Washington, D.C.

    37