13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)
Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR

ACCIDENT (CVA) DENGAN MASALAH KONSTIPASI

DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG

Ari Prasetyo Sina Sogen, Maria Magdalena Setyaningsih, Wisoedhanie Widi

Anugrahanti

Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah masalah di otak karena tersumbat dan

pecahnya aliran darah ke otak. CVA akan berakibat kerusakan saraf neurologis

yang menimbulkan gangguan mobilitas fisik, menelan, inkontinensia alvi/uri.

Masalah kecil klien CVA ialah konstipasi, akan menjadi lebih besar jika

mengabaikan hal tersebut, sehingga mengakibatkan komplikasi lainnya. Tujuan

dari Studi Kasus ini untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien CVA dengan

masalah konstipasi setelah fase akut. Jenis penelitian dilakukan pada dua klien yang

berbeda dengan teknik pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Kedua

klien mengalami masalah konstipasi setelah fase akut, pada dua klien dilakukan

intervensi yang sama dengan memilih tindakan yang tepat pada klien. Tindakan

pada klien dilakukan dengan pemberian manajemen eliminasi fekal dan konstipasi,

ditambahkan terapi aktivitas. Tindakan menganjurkan untuk mengkonsumsi

makanan berserat, melakukan rektal tussae, dan pemberian ROM pasif merupakan

hal tepat untuk mengetahui sejauh mana kefektifan pemberian Tindakan pada klien

CVA dengan masalah konstipasi. Hasil Studi Kasus ini diharapkan dapat membantu

klien CVA dengan masalah konstipasi dalam memberikan intervensi yang tepat,

serta pemberian asuhan yang baik untuk klien CVA dengan masalah konstipasi.

Kata kunci: CVA, konstipasi

ABSTRACT

Cerebro Vascular Accident (CVA) is problems in the brain due congestion and

outbreak of blood flow to the brain. CVA will result in nerve damage neurological

cause impaired mobility physical, swallow, incontinence alvi/uri. A small problem

clients CVA is constipation, will be more large if we ignore it, that led to the other

complications. The purpose of this case study to do nursing care in clients CVA

constipation after the acute problems. Type research carried on two clients different

approach, a inspection palpation, percussion, and auscultation. Second clients

trouble constipation after the acute, on two clients done intervention equal to

choosing the act of proper in clients. The act of clients done with the elimination

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

2

faecal management and constipation, added therapy activity. The act of advocating

to consume food fibrous, do rektal tussae, and providing ROM passive is

appropriate to understand the extent of to effective the action for client CVA with

a problem constipation. The results of this case study is expected to help clients to

the question of the CVA constipation in providing proper intervention, and

provision of good care to its clients CVA to the issue of constipation.

Keywords: cva, constipation

Pendahuluan

CVA merupakan penyakit

serebrovaskuler (pembuluh darah

otak) karena kematian jaringan otak

(infark serebral), penyebabnya

berkurang aliran darah dan oksigen ke

otak dikarenakan adanya sumbatan,

penyempitan atau pecahnya

pembuluh darah (Pudiastuti, 2011).

Plak memicu mekanisme pembekuan

yang dapat menyebabkan

terbentuknya bekuan darah,

penyumbatan, dan fungsi otak yang

mendapat darah dari pembuluh darah

yang bersangkutan dan hilangnya

daerah-daerah kontrol motorik lain di

hemisfer dominan dapat

menyebabkan paralisis otot-otot di

sisi kontralateral. Pleksus saraf

intramural pada sistem saluran cerna,

stimulasi simpatis dan parasimpatis

dapat mempengaruhi aktivitas

gastrointestinal terutama dengan

meningkatkan atau menurunkan

aktivitas sistem saraf enterik usus.

Sistem saraf simpatis biasanya

menghambat aktivitas saluran cerna,

menyebabkan banyak efek

berlawanan dengan yang ditimbulkan

oleh sistem saraf parasimpatis. Saraf

simpatis lebih berperan mensyarafi

bagian saluran cerna daripada

mensyarafi bagian-bagian dekat

rongga mulut dan anus secara lebih

puas seperti pada sistem parasimpatis.

Ujung saraf simpatis mengeluarkan

norepinefrin, yang menimbulkan efek

melalui dua cara: efek langsung

(sebagian kecil) yang menghambat

otot polos, dan efek tak langsung

(sebagian besar) dengan menghambat

neuron-neuron sistem saraf enteric

(Guyton & Hall, 2014). Tindakan

rehabilitasi yang kurang memadai

menjadi komplikasi umum, yaitu

komplikasi lanjut CVA akibat

kehilangan kontrol volunter, salah

satunya inkontinensia alvi atau

konstipasi (Bethesda, 2010).

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

3

Konstipasi adalah penurunan defekasi

yang diikuti oleh proses yang sangat

lama akibat feses yang susah keluar,

keras ataupun kering (Potter & Perry,

2013). Beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya masalah

konstipasi, antara lain kelemahan otot

abdominal, mengabaikan isyarat

untuk defekasi, ketidakadekuatan

dalam melakukan toileting, kebiasaan

defekasi yang tidak teratur, depresi,

stress, hemoroid, dehidrasi,

ketidakuatan Oral hygiene,

kurangnya asupan serat dan cairan

(Saputra, 2016).

Prevalensi data dari WHO, (2016)

dalam masalah Cerebro Vascular

Accident terdapat sekitar 15 juta

orang dengan CVA pertama kali tiap

tahun, dari sepertiga kasus ini atau

sekitar 6,6 juta menimbulkan

kematian diantaranya 3,5 juta

perempuan dan 3,1 juta laki-laki. Data

di Asia Tenggara memiliki lebih dari

11 juta kejadian CVA setiap tahunnya

(WHO, 2016). Di Indonesia sendiri

prevalensi penderita CVA

berdasarkan diagnosis dokter

sebanyak 713.783 orang (Riskesdas,

2018). Sedangkan di Jawa Timur data

dari Riskesdas, (2018) menegaskan

sebanyak 113.045 orang terkena

CVA. Apabila volume darah lebih

dari 60 cc maka resiko kematian

sebesar 93% pada perdarahan dalam

dan 71% pada perdarahan lebar. Bila

terjadi perdarahan serebral volume

antara 30-60 cc diperkirakan

kematian sebesar 71% tetapi volume

darah 5 cc terdapat di pons berakibat

fatal (Muttaqin, 2011). Catatan

peneliti dari hasil rekap di Rumah

Sakit Panti Waluya Malang,

didapatkan data rekam medis

sebanyak 38 klien menderita CVA di

tahun 2018, dengan masalah khusus

konstipasi sebanyak 20 klien.

Saat melaksanakan praktek klinik

keperawatan di Rumah Sakit Panti

Waluya Malang pada bulan

September 2018 didapatkan

fenomena satu klien CVA berusia 43

tahun. Saat dirawat di ruang rawat

inap St.AB klien tidak menggerakkan

tubuhnya dan mengeluh susah untuk

melakukan buang air besar selama

lebih dari 3 hari, serta harus mengejan

saat BAB. Saat dilakukan pengkajian

pada klien tersebut, didapatkan bahwa

hilangnya sensibilitas di anggota

tubuh, menurunnya kemampuan

dalam menggerakkan anggota tubuh

yang sakit dan ketidakmampuan

untuk melakukan aktivitas tertentu

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

4

yang menimbulkan masalah

konstipasi.

Lewis (2011) menyebutkan salah satu

tindakan keperawatan pada klien

CVA adalah terapi setelah masa kritis

lebih dari 72 jam, yaitu klien dibantu

untuk bergerak atau tubuh klien

digerak-gerakkan secara benar, hal ini

disebut Range of Motion (ROM).

Klien disarankan untuk mengonsumsi

air putih hangat dalam jumlah yang

cukup kurang lebih 1-1,5 liter sehari,

hal ini menyebabkan pencernaan

bekerja dengan melembabkan feses

dalam usus dan mendorongnya keluar

(Ginting, 2015). Perawat sebagai

salah satu tenaga kesehatan dapat

memberikan asuhan keperawatan

dengan tahap pengkajian, melaporkan

masalah melalui analisa data,

menegakkan diagnosis keperawatan,

menyusun rencana keperawatan,

implementasi, dan evaluasi yang

menggunakan pendekatan promotif,

preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif. Hal ini yang menarik

peneliti untuk meneliti permasalahan

klien CVA dengan masalah

konstipasi di Rumah Sakit Panti

Waluya Malang.

Metode Penelitian

Studi kasus ini mengenai masalah

Asuhan Keperawatan pada klien yang

mengalami CVA dengan masalah

konstipasi di Rumah Sakit Panti

Waluya Malang, yang dijabarkan oleh

penulis:

1. klien CVA dengan masalah

konstipasi, tanpa membedakan

CVA Hemoragik atau Non-

Hemoragik.

2. Klien CVA dengan masalah

konstipasi dan sudah melewati fase

akut selama 72 jam.

3. Klien dewasa terdiagnosa medis

Cerebro Vasculer Accident

4. Klien CVA yang mengalami

konstipasi

5. Defekasi kurang dari 2 kali

seminggu

6. Pengeluaran feses lama dan sulit

7. Feses keras (skala Bristol tipe 1-3

>25% dari defekasi)

8. Peristaltik usus menurun (normal:

15-30x/menit)

9. Mengejan saat defekasi

10. Distensi abdomen

11. Teraba massa pada rektal (teraba

scibala)

penelitian dilakukan selama 3 hari

pada masing-masing klien dengan

cara pengumpulan data melalui

wawancara, observasi dan

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

5

pemeriksaan fisik, serta studi

dokumentasi. dicantumkan juga etika

penelitian yaitu:

1. Informed consent (persetujuan

menjadi klien)

2. Anonymity (tanpa nama)

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Hasil

Pada studi kasus ini didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Pangkajian

Pada saat dilakukan pengkajian

terhadap klien 1 tanggal 05-03-

2020 pukul 14.00 WIB klien

mengalami kelemahan pada tubuh

bagian kiri, perut klien terasa

penuh. Klien mengeluh belum

BAB sejak 3 hari lalu (tangal 02-

03-2020), klien mengatakan

terakhir (29-02-2020) BAB-nya

keras kecil-kecil dan lama atau

sulit keluar, klien kesulitan dalam

reflek menelan, teraba massa fekal

pada abdomen bagian kiri (left

lumbar region), terdengar suara

pekak pada iliac sinistra region dan

pada left lumbar region. Saat

diauskultasi bunyi peristaltic usus

3 x/menit.

Pada saat dilakukan pengkajian

terhadap klien 2 tanggal 12-03-

2020 pukul 14.00 WIB klien

mengatakan badan sebelah kanan

terasa lemas.

Klien juga mengeluh sejak tanggal

08-03-2020 klien belum BAB dan

perut terasa penuh dan keras di

bagian kiri, klien mengatakan

terakhir (07-03-2020) BAB-nya

lembek dan tidak sulit, klien

mengalami tidak bisa dalam reflek

menelan, teraba massa fekal pada

abdomen kiri bawah (iliac sinistra

region) dan teraba keras, terdengar

suara pekak pada iliac sinistra

region dan di left lumbar region

dan left hypochondriac region.

Saat diauskultasi bunyi peristaltic

usus 3 x/menit.

Saat dilakukan pengkajian kedua

klien mendapat diet rendah garam

6x200 cc, minum sari kacang

hijau, jus dan air putih, diit kalori

sonde vuding, teh hangat

2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada

kedua klien ditegakkan diagnosis

keperawatan yang sama yaitu

Konstipasi berhubungan dengan

ketidakcukupan asupan serat.

3. Rencana Keperawatan

Pada klien 1 dan 2 ditetapkan

rencana keperawatan sesuai yaitu:

Identifikasi masalah usus dan

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

6

penggunaan obat pencahar,

identifikasi pengobatan yang

berefek pada kondisi

gastrointestinal, monitor buang air

besar, monitor tanda dan gejala

konstipasi, atau impaksi, periksa

pergerakan usus, karakteristik

feses, monitor tanda dan gejala

rupture usus dan/atau peritonitis,

periksa gejala dan tanda

konstipasi, berikan air hangat

setelah makan, jadwalkan waktu

defeksi bersama klien, sediakan

makanan tinggi serat, anjurkan diet

tinggi serat, lakukan evakuasi

feses secara manual, jika perlu,

jelaskan jenis makanan yang

membantu meningkatkan

keteraturan peristaltic usus,

anjurkan pengurangan asupan

makanan yang meningkatkan

pembentukan gas, anjurkan

mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi serat, anjurkan

meningkatkan asupan cairan, jika

tidak ada kontraindikasi, jelaskan

etiologi masalah dan alasan

tindakan, ajarkan cara mengatasi

konstipasi/impaksi, identifikasi

defisit tingkat aktivitas, fasilitasi

aktivitas fisik rutin (mis.

Ambulasi, mobilisasi, ROM),

sesuai kebutuhan, fasilitasi

aktivitas motorik untuk

merelaksasi otot (mis. ROM pasif-

aktif, Miring kanan-kiri), ajarkan

cara melakukan aktivitas yang

dipilih (mis. ROM pasif-aktif,

miring kanan-kiri), kolaborasi

dengan terapis okupasi dalam

merencanakan dan memonitor

program aktivitas, jika sesuai

4. Implementasi Keperawatan

Pada klien 1 terdapat 23 rencana

keperawatan dengan yang telah

dilakukan 20 tindakan. Sedangkan

untuk klien 2 terdapat 23 rencana

keperawatan dengan yang

dilakukan 22 tindakan. Adapun

implementasi tambahan yang telah

dimasukkan dalam 23 rencana

keperawatan pada kedua klien

tersebut.

5. Evaluasi Keperawatan

Pada klien 1 dan 2 dilakukan

asuhan keperawatan selama 3 hari

berturut-turut. Terdapat perbedaan

pada kedua klien dimana pada

klien 1 boleh pulang dengan hasil

setelah dilakukan asuhan

keperawatan masalah teratasi

sebagian. Klien 1 bisa BAB walau

sedikit. Pada klien 2 memiliki hasil

masalah belum teratasi, dimana

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

7

klien 2 belum BAB dan merasakan

perut penuh, meski asuhan

keperawatan yang diberikan tidak

jauh beda dari klien 1.

Pembahasan

1. Pengkajian

Klien 1 MRS tanggal 02-03-2020

dengan diagnosis CVA Infark,

serangan kedua sejak 5 tahun lalu.

Klien mengalami kelemahan di

ekstremitas kiri dari tangan ialah 4

dan kaki ialah 2 lalu 0 pada kaki

kanan (dari skala 0-5) dan tangan

kanan normal. Klien mengalami

keterbatasan dalam aktivitasnya,

sehingga klien bedrest total untuk

aktivitasnya dilakukan ditempat

tidur dibantu perawat dan

keluarga. Klien mengalami

masalah pada BAB-nya, dimana

bunyi peristaltic usus menurun

terdengar 3x/menit, teraba massa

fekal pada abdomen bagian kiri

(left lumbar region) sehingga

membuat kerja usus besar tidak

bekerja secara maksimal dan

menyebabkan konstipasi. Saat

dirumah klien biasa BAB 1x/hari

lalu klien mengatakan terakhir

BAB tanggal 29-02-2020.

Klien 2 MRS tanggal 08-03-2020

dengan diagnosis CVA Infark.

Klien mengalami kelemahan pada

tubuh bagian kanan ekstremitas

atas dan bawah ialah 4 (dari skala

0-5). Klien mengalami

keterbatasan aktivitas, sehingga

klien bedrest total untuk

aktivitasnya dilakukan ditempat

tidur dibantu perawat dan

keluarga. Klien mengatakan

memiliki masalah pada

pencernaannya, dimana klien

belum bisa BAB. selama dirumah

sakit sudah 5 hari klien belum

BAB, hal tersebut diakibatkan oleh

menurunnya bunyi peristaltic usus

klien terdengar 3x/menit, teraba

massa fekal pada abdomen kiri

bawah (iliac sinistra region) dan

teraba keras sehingga membuat

klien mengalami konstipasi. Saat

di rumah klien biasa BAB 1-

2x/hari, lalu klien mengatakan

terakhir BAB tanggal 07-03-2020.

Maka hal di atas sesuai dengan

teori ini. Pada klien CVA biasanya

didapatkan pola eliminasi BAB

yaitu konstipasi (≥3 hari) karena

adanya gangguan dalam mobilisasi

yang disebabkan adanya

kerusakan syaraf, sehingga

menjadikan penurunan kekuatan

otot abdomen (Nursalam, 2011).

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

8

Faktor penyebab lainnya

mencakup kelemahan,

immobilitas, kecacatan, keletihan,

dan ketidakmampuan untuk

meningkatkan tekanan intra-

abdomen untuk mempermudah

pasase feses (Wilkinson, 2014).

2. Diagnosis Keperawatan

Kedua klien ditegakkan diagnosis

sama yaitu konstipasi

berhubungan dengan

ketidakcukupan asupan serat.

Teori menurut Price, S. A &

Wilson, L.M., (2012) menjelaskan

walaupun untuk kebanyakan orang

penderita CVA, konstipasi hanya

sekedar mengganggu, tetapi untuk

sebagian kecil dapat berakibat

komplikasi yang serius, misalnya

impaksi feses. Impaksi feses

merupakan akibat dari terpaparnya

feses pada daya penyerapan dari

kolon dan rektum yang

berkepanjangan. Feses dapat

menjadi sekeras batu, di rektum

(70%), sigmoid (20%), dan kolon

bagian proksimal (10%). Menurut

Mutaqqin, (2011) serat akan

meningkatkan massa dan berat

feses serta mempersingkat waktu

transit di usus. Untuk mendukung

manfaat serat ini, diharapkan

cukup asupan cairan sekitar 6-8

gelas sehari, sehingga membuat

feses menjadi lunak atau

mengatasi konstipasi, bila tidak

ada kontraindikasi untuk asupan

cairan.

3. Rencana Keperawatan

Klien 1 dan 2 diberikan rencana

keperawatan yang sesuai dengan

tinjauan Pustaka, tetapi harus

melihat kondisi dan umur dari

klien. Identifikasi masalah usus

dan penggunaan obat pencahar,

Identifikasi pengobatan yang

berefek pada kondisi

gastrointestinal, Monitor buang air

besar, Monitor tanda dan

gejala konstipasi, atau impaksi,

berikan air hangat setelah makan,

Sediakan makanan tinggi serat,

Jelaskan jenis makanan yang

membantu meningkatkan

keteraturan peristaltic usus,

Anjurkan pengurangan asupan

makanan yang meningkatkan

pembentukan gas, Anjurkan

mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi serat,

Anjurkan meningkatkan asupan

cairan, jika tidak ada

kontraindikasi, periksa pergerakan

usus, karakteristik feses, monitor

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

9

tanda dan gejala rupture usus

dan/atau peritonitis, Periksa gejala

dan tanda konstipasi, anjurkan diet

tinggi serat, Lakukan evakuasi

feses secara manual, jika perlu,

Jelaskan etiologi masalah dan

alasan tindakan, Ajarkan cara

mengatasi konstipasi/impaksi,

Konsultasi dengan tim medis

tentang penurunan/peningkatan

frekuensi suara usus, Identifikasi

defisit tingkat aktivitas, Fasilitasi

aktivitas fisik rutin (mis.

Ambulasi, mobilisasi), sesuai

kebutuhan, Fasilitasi aktivitas

motorik untuk merelaksasi otot,

Ajarkan cara melakukan aktivitas

yang dipilih, hal ini sesuai dengan

teori dibawah. Menurut Tim Pokja

SDKI DPP PPNI (2017),

intervensi untuk masalah

konstipasi yaitu manajemen

eliminasi fekal dan manajemen

konstipasi dengan intervensi

pendukung terapi aktivitas.

4. Implementassi Keperawatan

Klien 1 dan 2 tindakan yang

digunakan sesuai dan sama, tetapi

harus membedakan terhadap usia,

tingkat ketergantungan klien.

Klien 1 ada 23 tindakan yang

diberikan, tetapi hanya 20 yang

dilakukan karena usia klien dan

kemampuan klien. Klien 2

diberikan 23 tindakan, tetapi 22

tindakan yang diberikan karena

ketergantungan klien. Hal ini

sesuai dengan teori dibawah ini,

intervensi yang ada yaitu Tim

Pokja SIKI DPP PPNI (2018),

dimana tindakan tersebut terdiri

atas identifikasi masalah

konstipasi, mengajarkan

mengatasi konstipasi, dan tindakan

tambahan memberikan aktivitas

fisik yaitu ROM.

5. Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan keefektifan tindakan

keperawatan yang dilakukan sudah

berhasil sebagian, dapat

dibuktikan dengan perbedaan dari

kedua klien tersebut yaitu, klien 1

saat evaluasi hari kedua klien

sudah BAB walaupun sedikit

seperti kerikil dan terus berlanjut

pada evaluasi hari ketiga, dimana

klien 1 masih sulit dan lama untuk

melaksanakan defekasi meski

sudah BAB karena bunyi

peristaltic yang masih menurun

dan asupan serat yang kurang.

Klien 2 belum BAB sama sekali

karena kurang meningkatnya

bunyi peristaltic usus dan kurang

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

10

serat. Pada evaluasi hari ketiga pun

klien 2 masih belum mampu untuk

defekasi. Hal ini dikarenakan

kurangnya aktivitas yang dimiliki

klien, kurang serat, dan adanya

feses keras di abdomen klien,

sehingga membuat klien 2 belum

BAB, terlebih serat yang diterima

hanya sedikit. Keefektifan dalam

melaksanakan tindakan pada

kedua klien harus ditentukan

dengan tepat karena jika tidak

sesuai akan menimbulkan masalah

baru. Menurut Tim Pokja SLKI

DPP PPNI (2016) yaitu kontrol

pengeluaran feses klien membaik,

distensi abdomen menurun, terasa

massa pada rektal berkurang, tidak

terdapat nyeri dan kram abdomen,

klien dapat defekasi 1x/hari.

Nursalam, (2011) menjelaskan

pada klien CVA non hemoragik

biasanya didapatkan pola eliminasi

BAB yaitu konstipasi (≥3 hari)

karena adanya gangguan dalam

mobilisasi yang disebabkan

adanya kerusakan syaraf, sehingga

menjadikan penurunan kekuatan

otot abdomen.

Daftar Pustaka

Bethesda. 2010. Komplikasi Laniut

Pada CVA. www.CVAbethesda.

Com. Diakses 6 Mei 2019.

Ginting, Dameria Br., Agung

Waluyo., & Lestari Sukmarini.

2015. Mengatasi Konstipasi

Klien CVA Dengan Masase

Abdomen dan Minum Air Putih

Hangat. Jurnal Keperawatan

Indonesia, Volume 18 No.1,

Maret 2015, hal 23-30. (Diakses

tanggal 6 Mei 2019).

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi

12. Jakarta: EGC, 1022

Lewis. 2011. Medical Surgical

Nursing, Assesment and

Management of Clinical

Problem. Seventh Edition.

Volume 2. St. Louis. Missouri.

Mosby.Elsevier INC.

Muttaqin, A. 2011. Gangguan

Gastrointestinal: Aplikasi asuhan

keperawatan Medikal Bedah.

Jakata: Salemba Medika.

. 2011. Asuhan

Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Persyarafan. Jakarta:

Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Konsep dan

Penerapan Metodologi Ilmu

Keperawatan Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika

Potter, P. A. & Perry, A. G. 2013.

Buku ajar fundamental

keperawatan. Jakarta: Buku

kedokteran EGC.

Price, S. A & Wilson, L.M. 2012.

Patofisiologi: konsep klinis

proses proses penyakit, 6 ed. vol.

1. Alih bahasa: Pendit BU, et al.

Editor.

Pudiastuti, Ratna D. 2011. Penyakit

Pemicu Stroke.Yogyakarta:

Nuha Medika

Riskesdas. 2018. Laporan Nasional

Riskesdas 2018 https://labdata.

Litbang.depkes .go. id/riset-

badan-litbangkes/menu-

riskesnas/menu-riskesdas/426-

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

11

rkd-2018 (Diakses 28 Januari

2020).

Saputra, Fani. 2016. Hubungan

Antara Asupan Serat dan Cairan

(Air Putih) dengan Kejadian

Konstipasi Pada Lansia.

http://repository.unmuhpnk.ac.id

/id/eprint /295 (Diakses pada

tanggal 29 April 2019).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (Ed.).

2017. Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia, Definisi

dan Indikator Diagnostik.

Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018.

Standart Intervensi Keperawatan

Indonesia. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat Persatuan

Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019.

Standar Luaran Keperawatan

Indonesia. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat Persatuan

Perawat Nasional Indonesia.

WHO. Mediacentre Features. 2016.

Diambil dari:

http://www.searo.who.int/

mediacentre/ features/2016/

prevent_brain_CVA/en/.

(Diakses pada tanggal 16 April

2019).

Wilkinson, Judith. M, 2014. Buku

saku diagnosis keperawatan.

Jakarta: EGC.

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/380/3/STIKESPW_Ari Prasetyo Sin… · ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) ... (sebagian kecil)

12