Upload
praktikum-tpsusu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
1/14
Acara VI
SUSU KENTAL MANIS
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh:
Nama: Donna Larissa Khuangga
NIM: 13.70.0171
Kelompok: B1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2016
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
2/14
1
1. TOPIK DAN TUJUAN
1.1. Topik
Praktikum Susu Kental Manis kloter B dilaksanakan pada Selasa, 24 Mei 2016 di
Laboratorium Rekayasa Pangan. Asisten praktikum yang bertanggung jawab dalam
praktikum ini adalah Tjan, Ivana Chandra, serta didampingi oleh Graytta Intannia dan
Beatrix Restiani. Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan susu kental manis dengan cara
memanaskan susu hingga 50% volume air pada susu teruapkan dan menambahkan gula
pada konsentrasi tertentu (pada awal atau akhir pemanasan). Kemudian dilakukan
pendinginan dan pengadukan hingga terbentuk susu kental manis. Susu kental manis yang
terbentuk selanjutnya diamati karakteristik sensori (warna, rasa, aroma, kekentalan) serta
kandungan gulanya menggunakan hand refractometer .
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan susu kental
manis dan karakteristik susu kental manis yang baik.
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
3/14
2
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan karakteristik dan kandungan gula susu kental manis dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Karakteristik dan Kandungan Gula Susu Kental Manis
Kel Warna Rasa Aroma Kekentalan Kandungan gula (brix)B1 ++ +++ +++ ++ 50,3B2 +++ +++ ++++ +++ 52,6B3 +++ +++ +++ ++ 46,7B4 +++ +++ +++ ++ 48,3B5 +++ +++ +++ ++ 45,3
Keterangan:Warna Rasa+ : agak putih + : kurang manis++ : putih ++ : agak manis+++ : putih kekuningan +++ : manis++++ : kuning ++++ : sangat manis
Aroma Kekentalan+ : aroma susu kurang kuat + : kurang kental++ : aroma susu agak kuat ++ : agak kental+++ : aroma susu kuat +++ : kental++++ : aroma susu sangat kuat ++++ : sangat kental
Gambar 1. Pengamatan Susu Kental Manis
Pada Tabel 1, dapat dilihat pengamatan susu kental manis dengan penambahan gula di
awal pemanasan (kelompok B1, B2, B3) dan di akhir pemanasan (kelompok B4, B5).
Secara keseluruhan, susu kental manis dengan penambahan gula di awal ataupun akhir
pemanasan tidak berbeda secara signifikan. Rata-rata seluruh kelompok menghasilkan
B1B2
B3
B4
B5
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
4/14
3
susu kental manis yang memiliki warna agak kuning, rasa manis, aroma susu kuat, dan
agak kental. Namun, pada kelompok B1 dihasilkan susu kental manis yang memiliki
warna putih serta pada kelompok B2 dihasilkan susu kental manis yang memiliki aroma
susu sangat kuat dan kental. Sementara dari segi kandungan gula, secara keseluruhan
kandungan gula susu kental manis yang dihasilkan berkisar antara 45,3-52,6ºbrix.
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
5/14
4
3. PEMBAHASAN
Susu kental manis merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara
memanaskan susu pada suhu tinggi hingga 50% air teruapkan dan dilakukan penambahan
gula dalam jumlah banyak. Tingginya konsentrasi gula akan meningkatkan tekanan
osmotik sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Castilho & Barros
Filho, 2010). Karena kandungan gulanya yang tinggi, maka susu kental manis umumnya
tidak disterilisasi, melainkan dipasteurisasi (Xu et al ., 2014). Hoffman (2004) dalam
Olaoye (2015) menambahkan bahwa susu kental manis memiliki total padatan yang
tinggi, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan abu akibat hilangnya kandungan air selama
proses evaporasi. Selain itu, menurut Costa et al ., (2013) kandungan laktosa pada susu
kental manis juga meningkat karena hilangnya air selama proses evaporasi. Konsentrasi
laktosa pada susu kental manis dipengaruhi oleh jumlah air yang terevaporasi dan jumlah
sukrosa yang ditambahkan pada produk. Proses pembuatan susu kental manis meliputi
standarisasi, pemanasan, penambahan gula, evaporasi, serta cooling dan seeding (Ranken
& Kill, 1993).
Berdasarkan United Kingdom Condensed Milk and Dried Milk Regulations dalamRanken & Kill (1993), susu kental manis yang baik mengandung minimal 31% padatan
susu dan 9% lemak. Sementara berdasarkan standar mutu Susu Kental Manis dalam SNI
2971:2011, susu kental manis yang baik memiliki bau yang normal, rasa yang normal
(manis), warna putih hingga kekuningan, serta konsistensi susu yang kental dan homogen.
Susu kental manis mengandung 20-30% air dan 70-80% bahan kering. Bahan kering
tersebut terdiri dari 1,4-2,2% abu, 8-10% lemak, 7-10% protein, 10-14% laktosa, dan 42-
48% sukrosa. Selain itu, susu kental manis tidak mengandung bahan pengawet, pewarna, pemanis buatan, mikroorganisme (kapang, khamir, dan bakteri), serta logam berbahaya.
Menurut Herchdoerfer (1986), kualitas susu kental manis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain perbandingan antara gula dan padatan susu, striking point dalam proses
evaporasi, stabilitas kimia dalam susu, pemanasan awal susu, serta destruksi
mikroorganisme yang tidak diinginkan.
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
6/14
5
Pada praktikum ini, digunakan 215 ml susu full cream dan 45 g gula pasir sebagai bahan
baku pembuatan susu kental manis. Menurut Robinson (2002), susu full cream adalah
susu yang memiliki kandungan lemak yang tinggi. Susu full cream diperoleh melalui
proses sentrifugasi susu segar hingga diperoleh bagian cream dan skim. Kemudian
dilakukan standarisasi untuk memperoleh susu dengan kandungan lemak tertentu. Setelah
itu, susu dihomogenisasi agar cream -nya merata dan stabil. Menurut Winarno (1980),
gula merupakan salah satu senyawa pengikat air. Penambahan gula pada pembuatan susu
kental manis ini berfungsi untuk memperpanjang umur simpan susu. Hal ini dikarenakan
gula pada konsentrasi yang tinggi dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Nurwantoro & Djarijah (1997)
menambahkan bahwa selain memberikan rasa manis, gula juga dapat mengikat air pada
susu sehingga a w menurun. Gula juga dapat mengikat air pada sel mikroorganisme
sehingga sel mikroorganisme akan mengkerut. Penambahan gula akan meningkatkan
tekanan osmotik sehingga sel mikroorganisme akan mengalami plasmolisis atau
kehilangan air.
Penambahan gula pasir dilakukan dengan 2 cara, yaitu di awal atau di akhir pemanasan.
Untuk kelompok B1, B2, dan B3, penambahan gula pasir dilakukan di awal pemanasan,sedangkan untuk kelompok B4 dan B5, penambahan gula pasir dilakukan di akhir
pemanasan. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kualitas susu kental manis yang
dihasilkan dengan penambahan gula di awal dan di akhir pemanasan. Menurut
Asaduzzaman et al ., (2007) kualitas susu kental manis ditentukan oleh proses
penambahan gula. Penambahan gula dapat dilakukan di awal atau di tengah pemanasan.
Namun, penambahan gula di awal pemanasan memiliki kelemahan, yaitu dapat memicu
terjadinya pencoklatan pada susu kental manis akibat reaksi Maillard . Sementara penambahan gula di tengah pemanasan dapat meminimalkan terjadi reaksi Maillard
karena gula tidak terkena panas dalam waktu yang lama.
Pada kelompok B1, B2, dan B3, gula ditambahkan sebelum susu dipanaskan. Setelah
ditambahkan gula, susu dipanaskan hingga mencapai suhu 80ºC sambil diaduk.
Pemanasan pada suhu 80ºC dimaksudkan untuk proses evaporasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Syarif & Harianto (2011) bahwa evaporasi biasanya dilakukan pada suhu 60-
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
7/14
6
80ºC untuk menghasilkan susu kental manis. Proses evaporasi ini akan menurunkan kadar
air pada susu hingga mencapai volume tertentu sesuai dengan jumlah total padatan akhir
yang diinginkan. Proses evaporasi akan meningkatkan viskositas pada produk. Selain itu,
pemanasan pada suhu 80ºC dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen,
pembusuk, dan kapang. Dengan pemanasan, protein dan lemak susu juga akan
termodifikasi sehingga lebih stabil. Hal ini dapat meningkatkan kestabilan koagulasi susu
terhadap panas. Selama pemanasan, dilakukan pengadukan dengan tujuan untuk
menghindari panas yang tidak merata yang dapat memicu kegosongan. Selain itu,
pengadukan juga dimaksudkan untuk mencegah pemecahan cream pada susu (Early,
1998). Pemanasan ini dilakukan pada suhu 80ºC dengan api konstan dan tidak boleh
sampai mendidih karena pre-heating yang dilakukan pada suhu di atas 100ºC dapat
menyebabkan penurunan kemampuan susu untuk mengental (Van Den Berg, 1990).
Pemanasan dilakukan hingga volume susu mencapai separuh dari volume awal (50% air
teruapkan) atau sekitar 100 ml. Langkah yang dilakukan pada praktikum ini sudah sesuai
dengan teori Castilho & Barros Filho (2010) bahwa susu kental manis dibuat dengan cara
memanaskan susu pada suhu tinggi hingga 50% air teruapkan. Pengecekan volume
dilakukan dengan cara menuang susu ke dalam gelas ukur. Apabila volume susu belum
mencapai 100 ml, maka susu kembali dipanaskan.
Pada kelompok B4 dan B5, gula ditambahkan ketika volume susu mendekati 100 ml,
kemudian diaduk hingga seluruh gula larut dan susu tidak gosong. Setelah mencapai 100
ml, api dimatikan dan susu kental manis didinginkan dengan cara diletakkan dalam wadah
yang direndam air es (25ºC). Selama proses pendinginan, susu kental manis tetap diaduk
dengan tujuan untuk menghindari pembentukan kristal laktosa. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ozer & Evrendilek (2014) bahwa setelah dievaporasi, susu harus didinginkanhingga mencapai suhu di bawah 30ºC ( cooling ) sambil terus diaduk karena pada suhu di
bawah 30ºC, kristal laktosa akan mengalami supersaturasi sehingga dihasilkan susu
kental manis yang berwarna keruh mengkilap. Pengadukan dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya pengendapan kristal laktosa. Semakin banyak jumlah kristal yang
mengendap, maka susu kental manis akan memiliki tekstur yang semakin kasar dan
berpasir karena terbentuknya kristal gula yang besar. Selain pengadukan, juga dapat
ditambahkan seed lactose pada awal pendinginan ( seeding ) untuk mencegah
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
8/14
7
terbentuknya kristal laktosa yang besar. Menurut Rjabova et al ., (2013) laju pertumbuhan
kristal laktosa dipengaruhi oleh suhu larutan, intensitas pengadukan, keberadaan
pengotor, derajat supersaturasi, dan viskositas. Setelah susu kental manis terbentuk,
diamati karakteristik sensori (warna, rasa, aroma, kekentalan) dan kandungan gulanya
menggunakan hand refractometer . Penggunaan hand refractometer untuk mengukur
kandungan gula pada susu kental manis sudah tepat karena menurut Arpah (1993),
refraktometer dapat digunakan untuk mengukur jumlah padatan pada suatu sampel cair.
Dari segi warna, dapat dilihat bahwa pada kelompok B2 dan B3 dihasilkan susu kental
manis yang memiliki warna agak kuning. Hal ini terjadi karena menurut Asaduzzaman et
al ., (2007) penambahan gula di awal pemanasan memiliki kelemahan, yaitu dapat
memicu terjadinya pencoklatan pada susu kental manis akibat reaksi Maillard .
Penambahan gula sebaiknya dilakukan di akhir pemanasan karena gula tidak terkena
panas dalam waktu yang lama sehingga dapat meminimalkan terjadinya reaksi Maillard .
Namun, dari hasil pengamatan, pada kelompok B4 dan B5 dihasilkan susu kental manis
yang memiliki warna agak kuning seperti pada kelompok B2 dan B3. Sementara pada
kelompok B1 dihasilkan susu kental manis yang memiliki warna putih. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Asaduzzaman et al ., (2007) tersebut.Ketidaksesuaian hasil ini dapat terjadi karena suhu pemanasan yang tidak stabil dan
terlalu tinggi, serta waktu pemanasan yang terlalu lama sehingga warna susu kental manis
yang dihasilkan lebih kuning (Herchdoerfer, 1986). Selain itu, proses pendinginan juga
mempengaruhi warna susu kental manis. Setelah dipanaskan, susu kental manis harus
segera didinginkan karena keadaan panas dapat memicu pengentalan yang berlebihan dan
diskolorasi warna (Van Den Berg, 1990). Ketidaksesuaian hasil juga dapat disebabkan
karena pengujian yang dilakukan secara sensori yang bersifat subjektif . Jika dibandingkandengan SNI 2971:2011, warna susu kental manis yang dihasilkan pada seluruh kelompok
sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BSN (Badan Standardisasi Nasional),
yaitu putih hingga kekuningan.
Dari segi rasa, dapat dilihat bahwa pada seluruh kelompok dihasilkan susu kental manis
yang memiliki rasa manis. Rasa manis pada susu kental manis dihasilkan dari reaksi
Maillard yang diikuti dengan perubahan warna menjadi kecoklatan (Pennington & Baker,
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
9/14
8
1990). Menurut Gaman & Sherrington (1994), rasa manis pada susu kental manis
dipengaruhi oleh konsentrasi gula yang ditambahkan. Semakin tinggi konsentrasi gula
yang ditambahkan, maka susu kental manis yang dihasilkan semakin manis. Selain itu,
Herchdoerfer (1986) menambahkan bahwa rasa manis juga dipengaruhi oleh waktu
pemanasan. Semakin lama waktu pemanasan, maka kadar air yang teruapkan semakin
banyak dan total padatan semakin tinggi (seperti gula) sehingga rasanya menjadi semakin
manis. Jika dibandingkan dengan SNI 2971:2011, rasa susu kental manis yang dihasilkan
pada seluruh kelompok sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu normal
(manis).
Dari segi aroma, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B3, B4, dan B5 dihasilkan susu
kental manis yang memiliki aroma susu kuat, sedangkan pada kelompok B2 dihasilkan
susu kental manis yang memiliki aroma susu sangat kuat. Menurut Early (1998), aroma
susu kental manis dipengaruhi oleh suhu dan waktu pemanasan. Semakin tinggi suhu dan
semakin lama waktu pemanasan, maka aroma yang terbentuk semakin kuat. Hal ini
dikarenakan terjadinya reaksi Maillard akibat kandungan laktosa pada susu. Aroma susu
kental manis yang dihasilkan bervariasi karena suhu pemanasan yang tidak stabil.
Menurut Herchdoerfer (1986), hal ini dapat mengakibatkan hilangnya senyawa volatil pada susu sehingga aroma susu kental manis melemah. Jika dibandingkan dengan SNI
2971:2011, aroma susu kental manis yang dihasilkan pada seluruh kelompok sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan, yaitu normal, yang berarti aroma susu sebagai bahan
baku masih tercium.
Dari segi kekentalan, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B3, B4, dan B5 dihasilkan
susu kental manis yang agak kental, sedangkan pada kelompok B2 dihasilkan susu kentalmanis yang kental. Menurut Asaduzzaman et al ., (2007) tingkat kekentalan susu
dipengaruhi oleh suhu dan waktu pemanasan. Semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu pemanasan, maka kadar air yang teruapkan semakin banyak sehingga dihasilkan
susu yang kental dengan total padatan yang tinggi. Tingkat kekentalan susu kental manis
berbanding lurus dengan rasa manis dan kandungan gula. Total padatan susu kental manis
juga dipengaruhi oleh komposisi awal susu. Jika dibandingkan dengan SNI 2971:2011,
konsistensi susu kental manis yang dihasilkan pada kelompok B2 sudah sesuai dengan
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
10/14
9
standar yang ditetapkan, yaitu kental dan homogen. Namun, pada keempat kelompok
lainnya dihasilkan konsistensi susu kental manis yang kurang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Hal ini dikarenakan menurut Herchdoerfer (1986), susu kental manis menjadi
kurang kental dikarenakan waktu pemanasan yang terlalu singkat sehingga kadar air
dalam susu masih tinggi dan viskositasnya rendah. Ozer & Evrendilek (2014) juga
menambahkan bahwa rendahnya tingkat kekentalan susu kental manis dapat terjadi
karena kegagalan pada tahap pendinginan ( cooling ), yaitu suhu pendinginan dan
pengadukan yang tidak tepat.
Dari segi kandungan gula, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan kandungan gula susu
kental manis yang dihasilkan berkisar antara 45,3-52,6ºbrix. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Xu et al ., (2014) bahwa kandungan gula pada susu kental manis berkisar
antara 40-50%. Menurut Matz (1992), kandungan gula pada susu kental manis
dipengaruhi oleh kadar air dan zat terlarut. Semakin rendah kadar air dan semakin tinggi
jumlah zat terlarut, maka kandungan gula dalam susu kental manis semakin tinggi.
Herchdoerfer (1986) menambahkan bahwa kandungan gula juga dipengaruhi oleh waktu
pemanasan. Semakin lama waktu pemanasan, maka kadar air yang teruapkan semakin
banyak dan total padatan semakin tinggi (seperti gula) sehingga rasanya menjadi semakinmanis. Jika dibandingkan dengan SNI 2971:2011, kandungan gula susu kental manis yang
dihasilkan pada kelompok B1 dan B2 sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu
sekitar 52-62%. Namun, pada kelompok B3, B4, dan B5 dihasilkan susu kental manis
dengan kandungan gula lebih rendah dibandingkan standar. Ozer & Evrendilek (2014)
menambahkan bahwa kegagalan pada tahap evaporasi, terutama suhu, ditunjukkan
dengan adanya rasa manis yang dihasilkan namun kandungan gulanya rendah.
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
11/14
10
4. KESIMPULAN
Susu kental manis merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara
menguapkan air dan menambahkan gula dalam jumlah banyak.
Prinsip pembuatan susu kental manis adalah standarisasi, pemanasan, penambahan
gula, evaporasi, serta pendinginan dan pengadukan.
Penambahan gula dilakukan di akhir evaporasi sehingga dapat meminimalkan
terjadinya reaksi Maillard yang menyebabkan pencoklatan pada susu.
Evaporasi bertujuan untuk menurunkan kadar air pada susu hingga mencapai volume
tertentu sesuai dengan jumlah total padatan akhir yang diinginkan.
Pengadukan saat pemanasan bertujuan untuk menghindari panas yang tidak merata
yang dapat memicu kegosongan serta mencegah pemecahan cream pada susu.
Pendinginan dilakukan pada suhu 25ºC dan disertai pengadukan untuk mencegah
terjadinya pengendapan kristal laktosa.
Susu kental manis seharusnya memiliki warna putih hingga kekuningan, rasa manis,
aroma susu, serta konsistensi yang kental dan homogen.
Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan, maka dihasilkan susu
kental manis yang memiliki warna semakin kuning/coklat, aroma semakin kuat, rasa
semakin manis, semakin kental, serta total padatan tinggi.
Kualitas susu kental manis dipengaruhi oleh perbandingan antara gula dan padatan
susu, striking point dalam proses evaporasi, stabilitas kimia dalam susu, pemanasan
awal susu, serta destruksi mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Semarang, 2 Juni 2016Praktikan Asisten Dosen
- Tjan, Ivana Chandra
Donna Larissa Khuangga13.70.0171
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
12/14
11
5. DAFTAR PUSTAKA
Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Tarsito. Bandung.
Asaduzzaman, M.; Miah, M.Y.; Mannan, A.K.M.A.; Haque, M.E.; Ara, A.; Khan,M.M.H.; Dawlatanae, M. & Rahime, M. (2007). A Study on the Quality ofSweetened Condensed Milk Available in the Local Market of Bangladesh.Bangladesh Journal Science and Industrial Research; 42(2):147-156.
Castilho, S.D. & Barros Filho, A.A. (2010). The History of Infant Nutrition. J Pediatr(Rio J); 86(3):179-188.
Costa, S.L.; Rossi, N.P. & Maldonado, R.R. (2013). Evaluation of Lactose in Milk andDairy Products. International Journal for Innovation Education and Research.1(3):1-4.
Early, R. (1998). Technology of Dairy Products. Blackie Academic & Professional.London.
Gaman, P.B. & Sherrington, K.B. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi,dan Mikrobiologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Herschdoefer, S.M. (1986). Quality Control in the Food Industry Volume 2. AcademicPress. London.
Matz, S.A. (1992). Bakery Technology and Engineering. Van Nostrand Reinhold. NewYork.
Nurwantoro & Djarijah, A.S. (1997). Mikrobiologi Pangan Nabati dan Hewani. Kanisius.Yogyakarta.
Olaoye, O.A. (2015). A Study on Quality Parameters and Shelf Stability of SweetenedCondensed Vegetable Milks Produced from Four Varieties of Soybeans ( Glycinemax). International Food Research Journal; 22(6):2212-2218.
Ozer, B. & Evrendilek, G.A. (2014). Dairy Microbiology and Biochemistry: RecentDevelopments. CRC Press. Boca Raton Florida.
Pennington, N.L. & Baker, C.W. (1990). Sugar: User's Guide To Sucrose.Van NostrandReinhold. New York.
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
13/14
12
Ranken, M.D. & Kill, R.C. (1993). Food Industries Manual. Springer Science. New York.
Rjabova, A.E.; Kirsanov, V.V.; Strizhko, M.N.; Bredikhin, A.S.; Semipyatnyi, V.K.;Chervetsov, V.V. & Galstyan, A.G. (2013). Lactose Crystallization: CurrentIssues and Promising Engineering Solutions. Foods and Raw Materials; 1(1):66-73.
Robinson, R.K. (2002). Dairy Microbiology Handbook: The Microbiology of Milk andMilk Products. 3 rd Ed. John Wiley and Son, Inc. New York.
SNI 2971:2011. Susu Kental Manis. Badan Standardisasi Nasional.
Syarif, E.K. & Harianto, B. (2011). Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Van Den Berg, J.C.T. (1990). Evaporated and Condensed Milk. Ministry of Agricultureand Fisheries. Netherlands.
Winarno, F.G. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Xu, X.L.; Feng, G.L.; Liu, H.W.; Li, X.F.; Zhao, G.I. & Xiao, X.L. (2014). Isolation,Identification and Control of Osmophilic Spoilage Yeasts in Sweetened
Condensed Milk. African Journal of Microbiology Research; 8(10):1032-1039.
8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata
14/14
13
6. LAMPIRAN
6.1. Jurnal
6.2. Laporan Sementara