Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    1/14

    Acara VI

    SUSU KENTAL MANIS

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

    Disusun oleh:

    Nama: Donna Larissa Khuangga

    NIM: 13.70.0171

    Kelompok: B1

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

    2016

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    2/14

    1

    1. TOPIK DAN TUJUAN

    1.1. Topik

    Praktikum Susu Kental Manis kloter B dilaksanakan pada Selasa, 24 Mei 2016 di

    Laboratorium Rekayasa Pangan. Asisten praktikum yang bertanggung jawab dalam

    praktikum ini adalah Tjan, Ivana Chandra, serta didampingi oleh Graytta Intannia dan

    Beatrix Restiani. Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan susu kental manis dengan cara

    memanaskan susu hingga 50% volume air pada susu teruapkan dan menambahkan gula

    pada konsentrasi tertentu (pada awal atau akhir pemanasan). Kemudian dilakukan

    pendinginan dan pengadukan hingga terbentuk susu kental manis. Susu kental manis yang

    terbentuk selanjutnya diamati karakteristik sensori (warna, rasa, aroma, kekentalan) serta

    kandungan gulanya menggunakan hand refractometer .

    1.2. Tujuan

    Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan susu kental

    manis dan karakteristik susu kental manis yang baik.

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    3/14

    2

    2. HASIL PENGAMATAN

    Hasil pengamatan karakteristik dan kandungan gula susu kental manis dapat dilihat pada

    Tabel 1 dan Gambar 1.

    Tabel 1. Karakteristik dan Kandungan Gula Susu Kental Manis

    Kel Warna Rasa Aroma Kekentalan Kandungan gula (brix)B1 ++ +++ +++ ++ 50,3B2 +++ +++ ++++ +++ 52,6B3 +++ +++ +++ ++ 46,7B4 +++ +++ +++ ++ 48,3B5 +++ +++ +++ ++ 45,3

    Keterangan:Warna Rasa+ : agak putih + : kurang manis++ : putih ++ : agak manis+++ : putih kekuningan +++ : manis++++ : kuning ++++ : sangat manis

    Aroma Kekentalan+ : aroma susu kurang kuat + : kurang kental++ : aroma susu agak kuat ++ : agak kental+++ : aroma susu kuat +++ : kental++++ : aroma susu sangat kuat ++++ : sangat kental

    Gambar 1. Pengamatan Susu Kental Manis

    Pada Tabel 1, dapat dilihat pengamatan susu kental manis dengan penambahan gula di

    awal pemanasan (kelompok B1, B2, B3) dan di akhir pemanasan (kelompok B4, B5).

    Secara keseluruhan, susu kental manis dengan penambahan gula di awal ataupun akhir

    pemanasan tidak berbeda secara signifikan. Rata-rata seluruh kelompok menghasilkan

    B1B2

    B3

    B4

    B5

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    4/14

    3

    susu kental manis yang memiliki warna agak kuning, rasa manis, aroma susu kuat, dan

    agak kental. Namun, pada kelompok B1 dihasilkan susu kental manis yang memiliki

    warna putih serta pada kelompok B2 dihasilkan susu kental manis yang memiliki aroma

    susu sangat kuat dan kental. Sementara dari segi kandungan gula, secara keseluruhan

    kandungan gula susu kental manis yang dihasilkan berkisar antara 45,3-52,6ºbrix.

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    5/14

    4

    3. PEMBAHASAN

    Susu kental manis merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara

    memanaskan susu pada suhu tinggi hingga 50% air teruapkan dan dilakukan penambahan

    gula dalam jumlah banyak. Tingginya konsentrasi gula akan meningkatkan tekanan

    osmotik sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Castilho & Barros

    Filho, 2010). Karena kandungan gulanya yang tinggi, maka susu kental manis umumnya

    tidak disterilisasi, melainkan dipasteurisasi (Xu et al ., 2014). Hoffman (2004) dalam

    Olaoye (2015) menambahkan bahwa susu kental manis memiliki total padatan yang

    tinggi, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan abu akibat hilangnya kandungan air selama

    proses evaporasi. Selain itu, menurut Costa et al ., (2013) kandungan laktosa pada susu

    kental manis juga meningkat karena hilangnya air selama proses evaporasi. Konsentrasi

    laktosa pada susu kental manis dipengaruhi oleh jumlah air yang terevaporasi dan jumlah

    sukrosa yang ditambahkan pada produk. Proses pembuatan susu kental manis meliputi

    standarisasi, pemanasan, penambahan gula, evaporasi, serta cooling dan seeding (Ranken

    & Kill, 1993).

    Berdasarkan United Kingdom Condensed Milk and Dried Milk Regulations dalamRanken & Kill (1993), susu kental manis yang baik mengandung minimal 31% padatan

    susu dan 9% lemak. Sementara berdasarkan standar mutu Susu Kental Manis dalam SNI

    2971:2011, susu kental manis yang baik memiliki bau yang normal, rasa yang normal

    (manis), warna putih hingga kekuningan, serta konsistensi susu yang kental dan homogen.

    Susu kental manis mengandung 20-30% air dan 70-80% bahan kering. Bahan kering

    tersebut terdiri dari 1,4-2,2% abu, 8-10% lemak, 7-10% protein, 10-14% laktosa, dan 42-

    48% sukrosa. Selain itu, susu kental manis tidak mengandung bahan pengawet, pewarna, pemanis buatan, mikroorganisme (kapang, khamir, dan bakteri), serta logam berbahaya.

    Menurut Herchdoerfer (1986), kualitas susu kental manis dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, antara lain perbandingan antara gula dan padatan susu, striking point dalam proses

    evaporasi, stabilitas kimia dalam susu, pemanasan awal susu, serta destruksi

    mikroorganisme yang tidak diinginkan.

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    6/14

    5

    Pada praktikum ini, digunakan 215 ml susu full cream dan 45 g gula pasir sebagai bahan

    baku pembuatan susu kental manis. Menurut Robinson (2002), susu full cream adalah

    susu yang memiliki kandungan lemak yang tinggi. Susu full cream diperoleh melalui

    proses sentrifugasi susu segar hingga diperoleh bagian cream dan skim. Kemudian

    dilakukan standarisasi untuk memperoleh susu dengan kandungan lemak tertentu. Setelah

    itu, susu dihomogenisasi agar cream -nya merata dan stabil. Menurut Winarno (1980),

    gula merupakan salah satu senyawa pengikat air. Penambahan gula pada pembuatan susu

    kental manis ini berfungsi untuk memperpanjang umur simpan susu. Hal ini dikarenakan

    gula pada konsentrasi yang tinggi dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme

    sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Nurwantoro & Djarijah (1997)

    menambahkan bahwa selain memberikan rasa manis, gula juga dapat mengikat air pada

    susu sehingga a w menurun. Gula juga dapat mengikat air pada sel mikroorganisme

    sehingga sel mikroorganisme akan mengkerut. Penambahan gula akan meningkatkan

    tekanan osmotik sehingga sel mikroorganisme akan mengalami plasmolisis atau

    kehilangan air.

    Penambahan gula pasir dilakukan dengan 2 cara, yaitu di awal atau di akhir pemanasan.

    Untuk kelompok B1, B2, dan B3, penambahan gula pasir dilakukan di awal pemanasan,sedangkan untuk kelompok B4 dan B5, penambahan gula pasir dilakukan di akhir

    pemanasan. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kualitas susu kental manis yang

    dihasilkan dengan penambahan gula di awal dan di akhir pemanasan. Menurut

    Asaduzzaman et al ., (2007) kualitas susu kental manis ditentukan oleh proses

    penambahan gula. Penambahan gula dapat dilakukan di awal atau di tengah pemanasan.

    Namun, penambahan gula di awal pemanasan memiliki kelemahan, yaitu dapat memicu

    terjadinya pencoklatan pada susu kental manis akibat reaksi Maillard . Sementara penambahan gula di tengah pemanasan dapat meminimalkan terjadi reaksi Maillard

    karena gula tidak terkena panas dalam waktu yang lama.

    Pada kelompok B1, B2, dan B3, gula ditambahkan sebelum susu dipanaskan. Setelah

    ditambahkan gula, susu dipanaskan hingga mencapai suhu 80ºC sambil diaduk.

    Pemanasan pada suhu 80ºC dimaksudkan untuk proses evaporasi. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Syarif & Harianto (2011) bahwa evaporasi biasanya dilakukan pada suhu 60-

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    7/14

    6

    80ºC untuk menghasilkan susu kental manis. Proses evaporasi ini akan menurunkan kadar

    air pada susu hingga mencapai volume tertentu sesuai dengan jumlah total padatan akhir

    yang diinginkan. Proses evaporasi akan meningkatkan viskositas pada produk. Selain itu,

    pemanasan pada suhu 80ºC dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen,

    pembusuk, dan kapang. Dengan pemanasan, protein dan lemak susu juga akan

    termodifikasi sehingga lebih stabil. Hal ini dapat meningkatkan kestabilan koagulasi susu

    terhadap panas. Selama pemanasan, dilakukan pengadukan dengan tujuan untuk

    menghindari panas yang tidak merata yang dapat memicu kegosongan. Selain itu,

    pengadukan juga dimaksudkan untuk mencegah pemecahan cream pada susu (Early,

    1998). Pemanasan ini dilakukan pada suhu 80ºC dengan api konstan dan tidak boleh

    sampai mendidih karena pre-heating yang dilakukan pada suhu di atas 100ºC dapat

    menyebabkan penurunan kemampuan susu untuk mengental (Van Den Berg, 1990).

    Pemanasan dilakukan hingga volume susu mencapai separuh dari volume awal (50% air

    teruapkan) atau sekitar 100 ml. Langkah yang dilakukan pada praktikum ini sudah sesuai

    dengan teori Castilho & Barros Filho (2010) bahwa susu kental manis dibuat dengan cara

    memanaskan susu pada suhu tinggi hingga 50% air teruapkan. Pengecekan volume

    dilakukan dengan cara menuang susu ke dalam gelas ukur. Apabila volume susu belum

    mencapai 100 ml, maka susu kembali dipanaskan.

    Pada kelompok B4 dan B5, gula ditambahkan ketika volume susu mendekati 100 ml,

    kemudian diaduk hingga seluruh gula larut dan susu tidak gosong. Setelah mencapai 100

    ml, api dimatikan dan susu kental manis didinginkan dengan cara diletakkan dalam wadah

    yang direndam air es (25ºC). Selama proses pendinginan, susu kental manis tetap diaduk

    dengan tujuan untuk menghindari pembentukan kristal laktosa. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Ozer & Evrendilek (2014) bahwa setelah dievaporasi, susu harus didinginkanhingga mencapai suhu di bawah 30ºC ( cooling ) sambil terus diaduk karena pada suhu di

    bawah 30ºC, kristal laktosa akan mengalami supersaturasi sehingga dihasilkan susu

    kental manis yang berwarna keruh mengkilap. Pengadukan dimaksudkan untuk

    mencegah terjadinya pengendapan kristal laktosa. Semakin banyak jumlah kristal yang

    mengendap, maka susu kental manis akan memiliki tekstur yang semakin kasar dan

    berpasir karena terbentuknya kristal gula yang besar. Selain pengadukan, juga dapat

    ditambahkan seed lactose pada awal pendinginan ( seeding ) untuk mencegah

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    8/14

    7

    terbentuknya kristal laktosa yang besar. Menurut Rjabova et al ., (2013) laju pertumbuhan

    kristal laktosa dipengaruhi oleh suhu larutan, intensitas pengadukan, keberadaan

    pengotor, derajat supersaturasi, dan viskositas. Setelah susu kental manis terbentuk,

    diamati karakteristik sensori (warna, rasa, aroma, kekentalan) dan kandungan gulanya

    menggunakan hand refractometer . Penggunaan hand refractometer untuk mengukur

    kandungan gula pada susu kental manis sudah tepat karena menurut Arpah (1993),

    refraktometer dapat digunakan untuk mengukur jumlah padatan pada suatu sampel cair.

    Dari segi warna, dapat dilihat bahwa pada kelompok B2 dan B3 dihasilkan susu kental

    manis yang memiliki warna agak kuning. Hal ini terjadi karena menurut Asaduzzaman et

    al ., (2007) penambahan gula di awal pemanasan memiliki kelemahan, yaitu dapat

    memicu terjadinya pencoklatan pada susu kental manis akibat reaksi Maillard .

    Penambahan gula sebaiknya dilakukan di akhir pemanasan karena gula tidak terkena

    panas dalam waktu yang lama sehingga dapat meminimalkan terjadinya reaksi Maillard .

    Namun, dari hasil pengamatan, pada kelompok B4 dan B5 dihasilkan susu kental manis

    yang memiliki warna agak kuning seperti pada kelompok B2 dan B3. Sementara pada

    kelompok B1 dihasilkan susu kental manis yang memiliki warna putih. Hal ini tidak

    sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Asaduzzaman et al ., (2007) tersebut.Ketidaksesuaian hasil ini dapat terjadi karena suhu pemanasan yang tidak stabil dan

    terlalu tinggi, serta waktu pemanasan yang terlalu lama sehingga warna susu kental manis

    yang dihasilkan lebih kuning (Herchdoerfer, 1986). Selain itu, proses pendinginan juga

    mempengaruhi warna susu kental manis. Setelah dipanaskan, susu kental manis harus

    segera didinginkan karena keadaan panas dapat memicu pengentalan yang berlebihan dan

    diskolorasi warna (Van Den Berg, 1990). Ketidaksesuaian hasil juga dapat disebabkan

    karena pengujian yang dilakukan secara sensori yang bersifat subjektif . Jika dibandingkandengan SNI 2971:2011, warna susu kental manis yang dihasilkan pada seluruh kelompok

    sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BSN (Badan Standardisasi Nasional),

    yaitu putih hingga kekuningan.

    Dari segi rasa, dapat dilihat bahwa pada seluruh kelompok dihasilkan susu kental manis

    yang memiliki rasa manis. Rasa manis pada susu kental manis dihasilkan dari reaksi

    Maillard yang diikuti dengan perubahan warna menjadi kecoklatan (Pennington & Baker,

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    9/14

    8

    1990). Menurut Gaman & Sherrington (1994), rasa manis pada susu kental manis

    dipengaruhi oleh konsentrasi gula yang ditambahkan. Semakin tinggi konsentrasi gula

    yang ditambahkan, maka susu kental manis yang dihasilkan semakin manis. Selain itu,

    Herchdoerfer (1986) menambahkan bahwa rasa manis juga dipengaruhi oleh waktu

    pemanasan. Semakin lama waktu pemanasan, maka kadar air yang teruapkan semakin

    banyak dan total padatan semakin tinggi (seperti gula) sehingga rasanya menjadi semakin

    manis. Jika dibandingkan dengan SNI 2971:2011, rasa susu kental manis yang dihasilkan

    pada seluruh kelompok sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu normal

    (manis).

    Dari segi aroma, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B3, B4, dan B5 dihasilkan susu

    kental manis yang memiliki aroma susu kuat, sedangkan pada kelompok B2 dihasilkan

    susu kental manis yang memiliki aroma susu sangat kuat. Menurut Early (1998), aroma

    susu kental manis dipengaruhi oleh suhu dan waktu pemanasan. Semakin tinggi suhu dan

    semakin lama waktu pemanasan, maka aroma yang terbentuk semakin kuat. Hal ini

    dikarenakan terjadinya reaksi Maillard akibat kandungan laktosa pada susu. Aroma susu

    kental manis yang dihasilkan bervariasi karena suhu pemanasan yang tidak stabil.

    Menurut Herchdoerfer (1986), hal ini dapat mengakibatkan hilangnya senyawa volatil pada susu sehingga aroma susu kental manis melemah. Jika dibandingkan dengan SNI

    2971:2011, aroma susu kental manis yang dihasilkan pada seluruh kelompok sudah sesuai

    dengan standar yang ditetapkan, yaitu normal, yang berarti aroma susu sebagai bahan

    baku masih tercium.

    Dari segi kekentalan, dapat dilihat bahwa pada kelompok B1, B3, B4, dan B5 dihasilkan

    susu kental manis yang agak kental, sedangkan pada kelompok B2 dihasilkan susu kentalmanis yang kental. Menurut Asaduzzaman et al ., (2007) tingkat kekentalan susu

    dipengaruhi oleh suhu dan waktu pemanasan. Semakin tinggi suhu dan semakin lama

    waktu pemanasan, maka kadar air yang teruapkan semakin banyak sehingga dihasilkan

    susu yang kental dengan total padatan yang tinggi. Tingkat kekentalan susu kental manis

    berbanding lurus dengan rasa manis dan kandungan gula. Total padatan susu kental manis

    juga dipengaruhi oleh komposisi awal susu. Jika dibandingkan dengan SNI 2971:2011,

    konsistensi susu kental manis yang dihasilkan pada kelompok B2 sudah sesuai dengan

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    10/14

    9

    standar yang ditetapkan, yaitu kental dan homogen. Namun, pada keempat kelompok

    lainnya dihasilkan konsistensi susu kental manis yang kurang sesuai dengan standar yang

    ditetapkan. Hal ini dikarenakan menurut Herchdoerfer (1986), susu kental manis menjadi

    kurang kental dikarenakan waktu pemanasan yang terlalu singkat sehingga kadar air

    dalam susu masih tinggi dan viskositasnya rendah. Ozer & Evrendilek (2014) juga

    menambahkan bahwa rendahnya tingkat kekentalan susu kental manis dapat terjadi

    karena kegagalan pada tahap pendinginan ( cooling ), yaitu suhu pendinginan dan

    pengadukan yang tidak tepat.

    Dari segi kandungan gula, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan kandungan gula susu

    kental manis yang dihasilkan berkisar antara 45,3-52,6ºbrix. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Xu et al ., (2014) bahwa kandungan gula pada susu kental manis berkisar

    antara 40-50%. Menurut Matz (1992), kandungan gula pada susu kental manis

    dipengaruhi oleh kadar air dan zat terlarut. Semakin rendah kadar air dan semakin tinggi

    jumlah zat terlarut, maka kandungan gula dalam susu kental manis semakin tinggi.

    Herchdoerfer (1986) menambahkan bahwa kandungan gula juga dipengaruhi oleh waktu

    pemanasan. Semakin lama waktu pemanasan, maka kadar air yang teruapkan semakin

    banyak dan total padatan semakin tinggi (seperti gula) sehingga rasanya menjadi semakinmanis. Jika dibandingkan dengan SNI 2971:2011, kandungan gula susu kental manis yang

    dihasilkan pada kelompok B1 dan B2 sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu

    sekitar 52-62%. Namun, pada kelompok B3, B4, dan B5 dihasilkan susu kental manis

    dengan kandungan gula lebih rendah dibandingkan standar. Ozer & Evrendilek (2014)

    menambahkan bahwa kegagalan pada tahap evaporasi, terutama suhu, ditunjukkan

    dengan adanya rasa manis yang dihasilkan namun kandungan gulanya rendah.

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    11/14

    10

    4. KESIMPULAN

    Susu kental manis merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara

    menguapkan air dan menambahkan gula dalam jumlah banyak.

    Prinsip pembuatan susu kental manis adalah standarisasi, pemanasan, penambahan

    gula, evaporasi, serta pendinginan dan pengadukan.

    Penambahan gula dilakukan di akhir evaporasi sehingga dapat meminimalkan

    terjadinya reaksi Maillard yang menyebabkan pencoklatan pada susu.

    Evaporasi bertujuan untuk menurunkan kadar air pada susu hingga mencapai volume

    tertentu sesuai dengan jumlah total padatan akhir yang diinginkan.

    Pengadukan saat pemanasan bertujuan untuk menghindari panas yang tidak merata

    yang dapat memicu kegosongan serta mencegah pemecahan cream pada susu.

    Pendinginan dilakukan pada suhu 25ºC dan disertai pengadukan untuk mencegah

    terjadinya pengendapan kristal laktosa.

    Susu kental manis seharusnya memiliki warna putih hingga kekuningan, rasa manis,

    aroma susu, serta konsistensi yang kental dan homogen.

    Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu pemanasan, maka dihasilkan susu

    kental manis yang memiliki warna semakin kuning/coklat, aroma semakin kuat, rasa

    semakin manis, semakin kental, serta total padatan tinggi.

    Kualitas susu kental manis dipengaruhi oleh perbandingan antara gula dan padatan

    susu, striking point dalam proses evaporasi, stabilitas kimia dalam susu, pemanasan

    awal susu, serta destruksi mikroorganisme yang tidak diinginkan.

    Semarang, 2 Juni 2016Praktikan Asisten Dosen

    - Tjan, Ivana Chandra

    Donna Larissa Khuangga13.70.0171

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    12/14

    11

    5. DAFTAR PUSTAKA

    Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Tarsito. Bandung.

    Asaduzzaman, M.; Miah, M.Y.; Mannan, A.K.M.A.; Haque, M.E.; Ara, A.; Khan,M.M.H.; Dawlatanae, M. & Rahime, M. (2007). A Study on the Quality ofSweetened Condensed Milk Available in the Local Market of Bangladesh.Bangladesh Journal Science and Industrial Research; 42(2):147-156.

    Castilho, S.D. & Barros Filho, A.A. (2010). The History of Infant Nutrition. J Pediatr(Rio J); 86(3):179-188.

    Costa, S.L.; Rossi, N.P. & Maldonado, R.R. (2013). Evaluation of Lactose in Milk andDairy Products. International Journal for Innovation Education and Research.1(3):1-4.

    Early, R. (1998). Technology of Dairy Products. Blackie Academic & Professional.London.

    Gaman, P.B. & Sherrington, K.B. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi,dan Mikrobiologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    Herschdoefer, S.M. (1986). Quality Control in the Food Industry Volume 2. AcademicPress. London.

    Matz, S.A. (1992). Bakery Technology and Engineering. Van Nostrand Reinhold. NewYork.

    Nurwantoro & Djarijah, A.S. (1997). Mikrobiologi Pangan Nabati dan Hewani. Kanisius.Yogyakarta.

    Olaoye, O.A. (2015). A Study on Quality Parameters and Shelf Stability of SweetenedCondensed Vegetable Milks Produced from Four Varieties of Soybeans ( Glycinemax). International Food Research Journal; 22(6):2212-2218.

    Ozer, B. & Evrendilek, G.A. (2014). Dairy Microbiology and Biochemistry: RecentDevelopments. CRC Press. Boca Raton Florida.

    Pennington, N.L. & Baker, C.W. (1990). Sugar: User's Guide To Sucrose.Van NostrandReinhold. New York.

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    13/14

    12

    Ranken, M.D. & Kill, R.C. (1993). Food Industries Manual. Springer Science. New York.

    Rjabova, A.E.; Kirsanov, V.V.; Strizhko, M.N.; Bredikhin, A.S.; Semipyatnyi, V.K.;Chervetsov, V.V. & Galstyan, A.G. (2013). Lactose Crystallization: CurrentIssues and Promising Engineering Solutions. Foods and Raw Materials; 1(1):66-73.

    Robinson, R.K. (2002). Dairy Microbiology Handbook: The Microbiology of Milk andMilk Products. 3 rd Ed. John Wiley and Son, Inc. New York.

    SNI 2971:2011. Susu Kental Manis. Badan Standardisasi Nasional.

    Syarif, E.K. & Harianto, B. (2011). Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

    Van Den Berg, J.C.T. (1990). Evaporated and Condensed Milk. Ministry of Agricultureand Fisheries. Netherlands.

    Winarno, F.G. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Xu, X.L.; Feng, G.L.; Liu, H.W.; Li, X.F.; Zhao, G.I. & Xiao, X.L. (2014). Isolation,Identification and Control of Osmophilic Spoilage Yeasts in Sweetened

    Condensed Milk. African Journal of Microbiology Research; 8(10):1032-1039.

  • 8/16/2019 Susu Kental Manis_Donna Larissa K_13.70.0171_B1_UNIKA Soegijapranata

    14/14

    13

    6. LAMPIRAN

    6.1. Jurnal

    6.2. Laporan Sementara